Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tidak Mengucapkan Selamat Natal Bukan Berarti Tidak Menghargai, Ini Alasan Sesungguhnya!

Sumber Gambar: pgi.or.id

Sebentar lagi Natal tiba, umat Kristen dan Katolik tentu sudah sibuk membuat perayaannya. Sementara itu perdebatan boleh tidaknya mengucapkan "Selamat Natal" di kalangan umat Muslim masih terus berulang.  Rasulullah SAW sendiri memang tidak pernah mengucapkan selamat hari raya untuk agama lain, namun beliau juga tidak pernah melarangnya. Perdebatan antar ulama kemudian terjadi karena perbedaan penafsiran pada dasar yang mereka gunakan dari Qur’an dan Hadist.

Perdebatan tentang boleh tidaknya mengucapkan “Selamat Natal” bukan tanpa alasan.

Default Image IDN

Ulama yang tidak membolehkan beralasan bahwa ucapan ini berkaitan dengan aqidah (keyakinan). Natal merupakan peringatan kelahiran Yesus, Tuhan umat Kristiani. Sementara dalam Islam Yesus bukanlah Tuhan, tapi seorang Nabi. Dengan mengucapkan "Selamat Natal" artinya secara aqidah kita membenarkan bahwa Yesus itu Tuhan. 

Sementara ulama yang memperbolehkan mengatakan bahwa mengucapkan "Selamat Natal" karena toleransi tanpa adanya perubahan aqidah itu sah-sah saja. Artinya kamu mengucapkan "Selamat Natal" tanpa mengimani bahwa Yesus itu Tuhan.

Putuskan kamu ingin ikut pendapat yang mana.

http://cdn.idntimes.com/content-images/post/20151223/toleransi2-kompascom-f89787ae58712df35eb37d000bda4bd8.jpg

Memahami perdebatan yang sudah menyangkut aqidah memang bukan hal yang mudah. Kamu harus memahaminya secara menyeluruh, bukan sepotong-sepotong. Tak akan cukup jika kamu hanya membacanya di internet. Kamu harus berkonsultasi dengan orang yang benar-benar memahami ilmu aqidah dengan baik. Pahami kedua pendapat secara obyektif dan ikuti kata hati dan otakmu untuk memutuskannya.

Hormati dengan "jangan mengganggu, jangan melarang dan jangan menyulitkan!"

Default Image IDN

Umat Kristiani termasuk minoritas di negeri ini, mereka pun tak lepas dari ancaman kaum ekstrimis. Sebagai umat Muslim yang menghormati mereka dan perayaan hari besarnya, kita tidak boleh mengganggu, melarang dan menyulitkan mereka. Kita bahkan harus memastikan bahwa mereka tidak mendapat perlakukan tersebut. Misalnya dengan ikut membantu menjaga Gereja selama mereka beribadah di dalamnya. 

Toleransi itu harus, tapi ingat batasan-batasannya.

Default Image IDN

Mungkin yang dikhawatirkan oleh ulama yang melarang ucapan "Selamat Natal" adalah ketika umat tidak bisa mengontrol toleransinya. Tentu kita belum lupa dengan berita tentang sejumlah mahasiswa IAIN yang ikut misa di Gereja. Ini tentu sudah kebablasan, misa adalah bagian dari ibadah, bukan toleransi. Seperti halnya umat Kristiani pun tidak boleh ikut sholat karena sholat adalah bagian dari ibadah, bukan toleransi.

Tanpa kalimat "Selamat Natal" bukan berarti kamu tidak menghormati mereka.

Default Image IDN

Menghormati tak harus dengan ucapan "Selamat Natal" jika kamu memang tidak ingin mengucapkannya. Kamu bisa tersenyum tulus dan mendoakan mereka. Jika kamu memutuskan untuk menjunjung tinggi toleransi dengan mengucapkannya pun itu adalah pilihan terbaikmu. 

Intinya sebagai umat beragama kita harus saling menghargai. Islam menghargai dan menghormati hari raya Natal, begitu pun sebaliknya. Umat Kristiani juga harus menghormati pilihan dari teman, kolega, atau keluarga mereka yang memilih tidak mengucapkan "Selamat Natal".

Share
Topics
Editorial Team
Fera Nur Aini
EditorFera Nur Aini
Follow Us