Perjalanan Inspiratif Denica Flesch, Founder & CEO SukkhaCitta

Menerapkan konsep sustainability di industri fashion

"SukkhaCitta dimulai dari mimpi," tulis Denica Riadini-Flesch selaku Founder & CEO SukkhaCitta di situs resmi mereka.

Impian tersebut adalah untuk menciptakan kesempatan yang lebih untuk para pengrajin perempuan serta membangun usaha mode yang lebih ramah lingkungan. Dalam perjalanannya, social enterprise ini telah meraih banyak penghargaan.

Lewat wawancara tertulis yang dilakukan pada Senin (29/8/2022), IDN Times berbincang-bincang dengan Denica seputar kisah inspiratifnya mendirikan SukkhaCitta. Simak kisah serunya dalam artikel #AkuPerempuan ini.

1. Perjalanan awal Sukkhacitta berawal dari kesadaran Denica tentang makna dalam di balik selembar pakaian

Perjalanan Inspiratif Denica Flesch, Founder & CEO SukkhaCittaProfil Denica Riadini-Flesch, Founder & CEO SukkhaCitta (dok. SukkhaCitta)

"Aku sedang rutin field trip ke desa dan menyapa ibu-ibu pengrajin. Juga, kini sedang mempersiapkan pembukaan flagship SukkhaCitta di Jakarta," tutur Denica ketika ditanya tentang kesibukannya.

Sejak era pandemik COVID-19 yang berlangsung selama 2 tahun ini, ia mengaku terdapat beberapa perubahan yang terjadi dalam hal wirausaha sosialnya. Salah satu upaya yang difokuskannya adalah untuk menjaga ibu-ibu pengrajin serta keluarga mereka.

Ia menambahkan, "Banyak suami dari ibu-ibu yang kehilangan pekerjaan dan banyak ibu yang ingin bergabung untuk bekerja. Kami berusaha membuat pelatihan jarak jauh supaya tiap ibu bisa bekerja dari rumah secara aman dengan bayaran penuh."

Kilas balik ke masa-masa awal mendirikan SukkhaCitta, perempuan berusia 32 tahun ini menemukan kesadaran tentang makna pakaian yang dikenakan setiap hari. Di balik kain yang dipakai, ada perempuan yang bergantung kepadanya sebagai mata pencaharian utama.

"Ini yang mendorongku untuk membangun jembatan, sebuah usaha sosial yang mengundang komunitas di seluruh dunia untuk menjadi bagian dari solusi beberapa masalah sosial dan lingkungan paling mendesak di dunia," pungkasnya.

Pada sesi interview, dirinya juga membagikan makna khusus di balik pemaknaan 'SukkhaCitta'. Diadaptasi dari bahasa Sanskerta, 'Sukkha' bermakna kegembiraan, sedangkan 'Citta' adalah kain. Ketika digabungkan, 'SukkhaCitta' diharapkan dapat menjadi pakaian yang menghantarkan kebahagiaan atau sukacita untuk pembuat maupun pemakai produknya.

2. Motivasi Denica menggeluti industri mode yang ramah lingkungan

Perjalanan Inspiratif Denica Flesch, Founder & CEO SukkhaCittaProfil Denica Riadini-Flesch, Founder & CEO SukkhaCitta (dok. SukkhaCitta)

Sebagai seseorang yang mendapat gelar di bidang ekonomi, Denica punya motivasi awal yang unik untuk bergelut di industri fashion. Salah satu dorongan terbesarnya ada pada pertemuannya dengan ibu-ibu di pedesaan.

"98 persen perempuan yang membuat pakaian kita, gak dapat menghasilkan cukup uang untuk menghidupi keluarga mereka, yang membuat aku semakin menyadari betapa besarnya pengaruh pilihan kita dalam kehidupan orang lain," ungkapnya.

SukkhaCitta mulai berdiri pada tahun 2016 dengan visi utama untuk memberi akses yang adil ke pendidikan dan pasar kepada perempuan di pedesaan. Mereka juga berupaya untuk memproduksi pakaian yang ramah lingkungan. Contohnya dengan memperkenalkan pewarna alami serta menanam kapas secara regeneratif. 

Ia menambahkan, "Aku melihat secara langsung dampak buruk bahan kimia yang digunakan untuk membuat pakaian kita, di mana sungai-sungai berubah warna mengikuti warna tren koleksi fashion terbaru."

Unit usaha sosial yang berkonsentrasi di bidang fashion ini, gak hanya mengubah kehidupan para perempuan pengrajin serta petani kecil di pedesaan Indonesia, namun telah mendapat beberapa penghargaan. Seperti 'Leadership Award for Sustainable Fashion - WinnerCommon Objective (2022)' serta 'Forbes 30 Under 30Forbes Asia (2019)'.

Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 1.482 keluarga pengrajin dan petani yang terlibat. Di studio SukkhaCitta yang berlokasi di Tangerang, ada 7 anggota tim yang membantu proses operasional.

"SukkhaCitta biasanya mengangkat cerita dari setiap desa. Contohnya, koleksi Seribu Bunga kami terinspirasi dari bunga jasmine yang banyak tumbuh di desa Gesikharjo," ujar alumnus Erasmus Universiteit Rotterdam ini.

3. Melihat makna pakaian lebih dari sekadar label harga yang disematkan

Perjalanan Inspiratif Denica Flesch, Founder & CEO SukkhaCittaProfil Denica Riadini-Flesch, Founder & CEO SukkhaCitta (dok. SukkhaCitta)

Ketika membahas perjalanan membangun sebuah bisnis, tentunya ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Denica pun mengakui ada beberapa kendala yang terjadi.

"Aku sering ditanya mengapa fashion etis lebih mahal. Sebelum memulai SukkhaCitta, aku juga cuma melihat dari label harga. Itu berubah ketika melihat bagaimana pakaian dibuat dan akhirnya paham apa yang ada di baliknya," katanya.

Untuk menyelesaikan kendala itu, SukkhaCitta mengedepankan proses transparansi dan melacak setiap proses pembuatannya. Mereka memastikan produksi pakaian dibuat tanpa menyakiti pembuat, pemakai, serta lingkungan sekitar. Denica juga menekankan pentingnya pemberian edukasi kepada konsumen.

dm-player

Ia menambahkan, "Setiap proses dari pakaian yang dibuat, harga tersebut merepresentasikan pekerjaan yang perlu dilakukan para pengrajin. Terlebih 56 persen dari setiap produk akan kembali ke desa, memberikan upah yang layak, dan akses pelatihan."

Untuk memahami perubahan nyata yang dilakukan oleh komunitasnya, SukkhaCitta secara rutin juga membagikan impact report setiap tahunnya. Tujuan utamanya adalah untuk menjembatani pengrajin dan konsumen.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Andhini Miranda Memilih Cara Hidup Zero Waste

4. Dampak kehadiran Sukkhacitta untuk Denica dan masyarakat sekitar

Perjalanan Inspiratif Denica Flesch, Founder & CEO SukkhaCittaProfil Denica Riadini-Flesch, Founder & CEO SukkhaCitta (instagram.com/denicaflesch)

"Mengingat ibu-ibu di desa selalu menjadi motivasi setiap hari untuk melakukan yang terbaik. Terutama, alasan mereka yang selalu senang belajar dan harapan mereka untuk menyekolahkan setiap putri mereka," kata Denica.

Selama 6 tahun perjalanan membangun SukkhaCitta, dirinya menemukan beragam fakta yang menggetarkan hati. Salah satunya adalah kesadaran bahwa konsentrasi kemiskinan tertinggi di Indonesia ada pada industri kerajinan.

Komitmen untuk membantu menyejahterakan masyarakat di pedesaan serta mengangkat kearifan lokal daerah setempat, jadi pegangan utama SukkhaCitta. Goals tersebut coba diraih dengan cara meningkatkan penghasilan dari pengrajin serta petani dengan cara membuka akses pasar yang lebih adil.

"Melalui Rumah SukkhaCitta (rumahsukkhacitta.org), sekolah kerajinan pertama di Indonesia, kami memberi kesempatan bagi setiap ibu untuk mendapatkan pendidikan," ujarnya lagi.

Akses terhadap pendidikan itu diharapkan dapat membantu para pengrajin untuk meningkatkan keterampilan bisnis. Sekaligus, mengembangkan warisan leluhur dengan praktik yang lebih ramah terhadap alam.

5. Gak cuma fokus pada kelestarian lingkungan, Sukkhacitta juga menyoroti isu pemberdayaan perempuan

Perjalanan Inspiratif Denica Flesch, Founder & CEO SukkhaCittaProfil Denica Riadini-Flesch, Founder & CEO SukkhaCitta (instagram.com/denicaflesch)

"To me, clothes are a lot more than something we wear. They are an expression of who we are and what we aspire to become," ujar Denica.

Sebab itu, baginya, penting untuk mengangkat isu-isu lingkungan dan pemberdayaan perempuan di ranah fashion. Dari sisi pengrajin, mereka mengetahui seberapa besar nilai dari pekerjaan tangan mereka. Awareness tersebut akan melindungi mereka dari ancaman eksploitasi.

"Aku menghadirkan SukkhaCitta untuk mengajak para konsumen ikut mengambil bagian dalam menyelesaikan permasalahan sosial dan lingkungan. Industri fashion adalah salah satu penyumbang terbesar terhadap masalah lingkungan," tuturnya dengan tegas.

Saat mengangkat isu pemberdayaan perempuan, kita gak bisa terlepas dari pembahasan mengenai tantangan yang harus dihadapi para perempuan di Indonesia. Menurut perempuan yang lahir pada 12 April 1990 ini, memang ada beberapa tantangan. Di antaranya adalah punya keinginan untuk memahami serta melawan rasa takut dan keraguan yang muncul dari dalam diri.

Ia menambahkan, "Itulah inti dari pemberdayaan. Ketika mereka merasa dapat mengubah hidupnya sendiri dan mengambil langkah aktif untuk menjadi agen perubahan di komunitasnya."

6. "You are not as small as your mind leads you to believe," pesan Denica kepada perempuan Millennials dan GenZ yang sedang memperjuangkan mimpinya

Perjalanan Inspiratif Denica Flesch, Founder & CEO SukkhaCittaProfil Denica Riadini-Flesch, Founder & CEO SukkhaCitta (dok. SukkhaCitta)

Dalam perjalanannya membangun SukkhaCitta, dirinya mengaku telah bertemu banyak perempuan yang inspiratif, seperti ibu-ibu pengrajin. Bagi Denica, mereka menjadi sosok perempuan hebat, yaitu sosok yang punya tekad bulat serta tujuan yang bermakna.

"Ini jugalah mengapa koleksi pertama SukkhaCitta dinamakan Kupu, melalui courage, seperti butterfly effect – hal kecil yang berdampak besar," tambahnya.

Di akhir sesi wawancara bersama IDN Times, Denica juga menitipkan pesan penting untuk para perempuan di Indonesia yang sedang bersemangat mengejar impiannya. Ia mengatakan pentingnya membangun rasa kepercayaan diri.

"You are not as small as your mind leads you to believe. Ada hari-hari di mana aku merasa satu-satunya pertempuran yang aku hadapi adalah self-doubt dan insecurities. Walau ada hari yang sulit, tapi aku sadar bahwa kita yang menentukan apakah kita cukup atau tidak," tutupnya.

Berdasarkan kisah inspiratif #AkuPerempuan yang dibagikan oleh Denica Riadini-Flesch selaku Founder & CEO SukkhaCitta, kita bisa mempelajari banyak hal. Bahwa ternyata, selembar pakaian yang kita kenakan setiap hari punya makna yang berarti.

Baca Juga: Perjalanan Karier & Profil Melvi Tampubolon, COO Tobatenun

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya