Yayasan Batik Jawa Barat Ungkap Cara Menjaga Tradisi Batik

Jakarta, IDN Times - Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Komisi X DPR RI menghadirkan peluncuran film dokumenter serta talkshow tentang batik dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober lalu.
Acara tersebut digelar pada Selasa (15/10/2024) d Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta. Melalui kegiatan bertajuk Tutur Batik: Jejak Artistik Para Penjaga Tradisi Batik Jawa Barat, Yayasan Batik Jawa Barat berupaya mengajak generasi muda untuk melestarikan tradisi batik.
1. Yayasan Batik Jawa Barat luncurkan film dokumenter

Acara Tutur Batik: Jejak Artistik Para Penjaga Tradisi Batik Jawa Barat diawali dengan peluncuran film dokumenter berjudul Asmaraloka Batik Tatar Sunda. Film ini merupakan upaya Yayasan Batik Jawa Barat dan Bakti Budaya Djarum Foundation untuk menyebarluaskan edukasi tentang budaya Indonesia.
Selama ini banyak orang mengenal batik yang banyak berasal dari Jawa Tengah maupun Jawa Timur, tetapi batik asal Jawa Barat juga memiliki keunikan dan motif yang unik. Renitasari Adrian selaku Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation menegaskan bahwa batik merupakan kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan.
"Pada peringatan Hari Batik kali ini, kami memberikan dukungan terhadap Yayasan Batik Jawa Barat dalam menyelenggarakan kegiatan Tutur Batik: Jejak Artistik Para Penjaga Tradisi Batik Jawa Barat dan juga menghadirkan film dokumenter yang mengangkat kekayaan warna dalam setiap karya batik dari Jawa Barat, bertajuk Asmaraloka Batik Tatar Sunda yang dapat disaksikan di kanal YouTube IndonesiaKaya," ujar Renitasari Adrian.
2. Batik dan proses kreatifnya harus terus diapresiasi

Adanya kegiatan Tutur Batik merupakan upaya menunjukkan bahwa proses kreatif para pengrajin batik juga perlu diapresiasi. Untukitu, Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) melakukan beragam kegiatan untuk mengekspresikan keindahan karya batik Jawa Barat.
Artis sekaligus anggota DPR Dede Yusuf menjelaskan bahwa kebudayaan sifatnya diapresiasi dan gak bisa sekadar tontonan saja, termasuk proses kreatif dalam membatik. Menurutnya era digitalisasi dan globalisasi merupakan tantangan tersendiri untuk membuat anak muda tetap melestarikan kebudayaan Indonesia.
"Anak muda sekarang sudah hidup dengan aplikasi. Yang saya khawatir, tarian bagus tadi (tari tradisional)ibsa disaksikan lewat hape. Batik hanya bisa dilihat lewat grafis atau printing, prosesnya mungkin bisa lama-lama hilang," ujar Dede Yusuf yang juga menghadiri acara Tutur Batik di Galeri Indonesia Kaya pada Selasa (15/10/2024).
3. Pewarisan tradisi batik di Jawa Barat dari 5 menjadi 27 Kabupaten/Kota

Upaya pelestarian seni tradisi batik ditunjukkan oleh YBJB dengan memperluas daerah pembatikan. Dari 5 daerah, kini daerah pembatikan di Jawa Barat telah merambah menjadi 27 Kabupaten/Kota.
Keragaman dan keindahan batik-batik Jawa Barat akan terlihat dengan jelas ketika wastra-wastra batik dikenakan dalam berbagai kesempatan. Batik Jawa Barat memiliki motif-motif seperti motif Megamendung, Motif Wadasan, Motif Sawat Penganten, Motif Bulu Hayam, Motif Merak Ngibing, Motif Lereng Adumanis, Motif Mojang Priangan dan lainnya.
Sebagai Ketua Yayasan Batik Jawa Barat, Sendy Yusuf mengatakan, "Kami melihat di survei bahwa semua pembatik sudah tua. Mata sudah susah melihat. Ketika kita ajak berobat, katanya rumah sakit terlalu jauh. Karena itulah kami berharap anak-anak muda bisa menjadi wirausahawan batik. Saya ingin batik Jawa Barat dibuat oleh putra daerah Jawa Barat."
4. Tercipta teknologi baru untuk membantu para pengrajin batik

Sendy Yusuf bersama YBJB telah banyak melakukan kegiatan dalam mensosialisasikan, melestarikan, menciptakan motif-motif baru, menciptakan alat-alat teknologi batik baru. Ia dan YBJB juga terus mengembangkan tradisi kriya batik ini secara berkesinambungan, serta mengeluarkan beberapa buku.
"Kami juga membuat buku saku batik Jawa barat, buku batik daerah Pesisir Utara dan Pesisir Selatan, membuat alat-alat produksi dengan sentuhan teknologi seperti mesin Fotonik Batik, Pendulum Batik dan teknologi terbaru diantaranya berupa alat Pengolah Limbah Cair Batik Sederhana (Nano Oxymix Microbubble Generator) karya Dr. Komarudin Kudiya selaku Ketua Harian YBJB," ujar Sendy.
Menurutnya, teknologi ini menjadi temuan yang bermanfaat bagi para pengrajin batik. Seperti mesin Fotonik Batik disediakan mengingat batik memerlukan bantuan cahaya sinar matahari. Apabila cuaca sedang tidak baik, bisa menggunakan mesin Fotonik Batik untuk mempermudah produksi batik.
5. Generasi muda perlu tahu beda batik dan tekstil corak batik

Dr. Komarudin Kudiya selaku Ketua Harian YBJB dalam acara Tutur Batik memberikan beberapa tips untuk generasi muda. Menurutnya, anak muda sekarang perlu mempelajari banyak hal untuk bisa membedakan mana batik asli dengan tiruan batik atau tekstil corak batik.
"Batik dengan label hitam dan bordiran emas itu batik tulis. Penempatannya bebas karena sebagai penanda dan prestige untuk pengusahanya. Kalau label hitam bordir putih itu batik cap. Kalau kombinasi label hitam dan tulisan perak itu kombinasi cap dan tulis," kata Komarudin.
Sebagai pengrajin batik selama 14 tahun, Vona Melania menjelaskan bahwa batik adalah media untuk menyimpulkan budaya Sukabumi (asalnya) tanpa meninggalkan tradisi pemakaian lilin panas. Sejatinya, batik memang metode menggambar atau melukis pada selembar kain menggunakan lilin panas.
Untuk itu, Komarudin berharap generasi sekarang mau terus belajar dan mencintai batik. Caranya dengan menggunakan batik dan merasa bangga memiliki batik.