Eri Kuncoro, pendiri Yuk Tukoni (instagram.com/erikuncoro)
Yuk Tukoni hadir dengan konsep yang sederhana pada awalnya. Mereka mengusung semangat gotong royong yang telah mendarah daging di masyarakat Indonesia. Tidak dari modal yang besar, tapi semangat saling bantu di tengah keterbatasan.
Setelah melihat kebutuhan UMKM di sekitarnya, Eri dan Revo bergerak cepat. Hanya dalam waktu 12 hari, mereka mengubah gagasan menjadi gerakan nyata.
"Kalau dihitung dari waktu itu cuma 12 hari. Kita siapkan dari 1 April 2020 ide dan gagasannya muncul, lalu 12 April 2020, gerakannya bisa jalan. Pastinya Tukoni lahir bukan sebagai bisnis, tapi sebagai gerakan sosial penyambung napas UMKM tadi," kata Eri.
Saat itu, gagasan besarnya adalah mengubah makanan menjadi produk frozen food agar konsumen bisa memasaknya di rumah. Kenapa demikian? Seperti yang kita tahu, di masa pandemik, aspek paling utama adalah higienitas. Konsumen ingin bisa memasak makanannya untuk memastikan bahwa semua bahan bersih dari kontaminasi virus penyebab COVID-19.
"Sebenarnya kita tugasnya membantu menjual... Gimana caranya makanan itu bisa dibawa ke rumah, dimasak di rumah. Karena, kan, itu problemnya di waktu pandemik. Jadi kalau bisa dimasak di rumah, otomatis lebih higienis, kan. Aman, tidak kena penyakit, karena itu dimasak sendiri," lanjutnya.
Dalam waktu 12 hari itu, Eri dan Revo mengumpulkan produk UMKM yang ingin mereka coba pasarkan ulang. Kemudian, mereka memotret ulang, membuat branding, packaging baru, dan mempublikasikannya melalui Instagram @yuktukoni. Semua dilakukan dengan peralatan sederhana. Bahkan, lemari penyimpanan dan freezer untuk frozen food itu mereka pinjam dari teman. Ini membuktikan bahwa semangat gotong royong yang jadi "kayu bakar" bagi gerakan ini.
Eri dan tim juga mengupayakan agar konsumen tetap dapat membeli dengan mudah. Mereka menggunakan WhatsApp sebagai jalur pemesanan, sekaligus menyediakan pengantaran gratis dalam radius 10 kilometer. Yuk Tukoni akhirnya menemukan celah dengan menghadirkan akses, menghubungkan pelaku usaha dengan pembeli, dan menghidupkan kembali harapan di tengah masa sulit.