"Kalau kita mengingat 5 tahun yang lalu, benar-benar (situasi) yang sangat tidak menggembirakan. Waktu itu saya cuma berpikir, kalau kita diam saja, gimana ya nasibnya teman-teman yang tadi curhat ke saya makanannya gak laku?" ungkapnya dalam sesi Workshop Kompetisi Menulis Anugerah Pewarta Astra 2025, Rabu (8/10/2025) lalu.
Eri Kuncoro, Penggandeng UMKM Kuliner Yogyakarta Lewat Yuk Tukoni

Pandemik COVID-19 yang melanda Indonesia beberapa waktu lalu sempat membuat perekonomian menjadi lesu. Apalagi, efeknya sangat dirasakan oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), khususnya di bidang kuliner. Sepinya penjualan yang terjadi saat itu membuat tak sedikit pelaku usaha memilih gulung tikar karena sudah tidak sanggup lagi mempertahankan usahanya.
Fenomena tersebut turut menyita atensi pebisnis asal Yogyakarta, Eri Kuncoro. Berangkat dari pintu hatinya yang terketuk, ia pun terdorong untuk membantu para UMKM kuliner di Yogyakarta melalui gerakan Yuk Tukoni. Kala itu, ia mau membantu mereka karena menilai bahwa para pengusaha itu tak hanya sekadar kehilangan omzet semata, tapi juga harapan mereka. Begini cerita inspiratif Eri Kuncoro bantu UMKM Yogyakarta lewat Yuk Tukoni!
1. Yuk Tukoni lahir dari kegelisahan terhadap nasib para pengusaha kuliner di tengah pandemi

Kemunculan Yuk Tukoni dilandasi dari kegelisahan yang dirasakan Eri terhadap nasib para pengusaha kuliner di tengah masa pandemik COVID-19. Ia tak memungkiri kalau pandemik mendatangkan situasi yang sangat tidak menguntungkan bagi mereka. Apalagi, banyak toko sepi hingga pengusaha yang kehilangan pasar karena situasi tersebut.
Berangkat dari kegelisahan itulah, Eri bersama Revo Suladasha akhirnya tergerak membuat gerakan Yuk Tukoni. Melalui gerakan itu, Eri mempunyai niat yang amat mulia, yaitu membantu para pengusaha UMKM kuliner di Yogyakarta tetap bertahan dan memiliki harapan di tengah situasi pandemik yang tidak pasti. Eri juga menjelaskan bahwa kala itu Yuk Tukoni hadir bukan dengan konsep marketplace besar, tapi hanya berbekal semangat gotong royong.
Gerakan ini awalnya dijalankan dengan mengumpulkan produk-produk milik UMKM kuliner, lalu dipromosikan melalui Instagram dan WhatsApp. Ia pun memulai gerakan ini dengan langkah sederhana, bahkan sampai meminjam storage dan freezer untuk menampung berbagai produk tersebut. Tak hanya mengumpulkan produk saja, Eri juga menyiapkan foto produk hingga packaging yang tepat dan menarik.
"Kalau dihitung, waktu itu cuma 12 hari kita siapkan. Dari 1 April idenya, gagasannya muncul. 12 April itu gerakannya bisa jalan. Pastinya, Tukoni ini lahir bukan sebagai bisnis awalnya, tapi sebagai gerakan sosial penyambung napas UMKM tadi," ceritanya.
2. Gerakan Yuk Tukoni memberikan dampak positif bagi pengusaha UMKM kuliner hingga hotel

Inspirasi bagi Eri untuk menjalankan Yuk Tukoni ini sebenarnya berawal dari dirinya yang terdorong membantu usaha mi ayam langganannya yang dimiliki oleh Pak Amin. Sayangnya, pandemik COVID-19 membuat Pak Amin sempat ingin menutup usahanya. Mengetahui itu, Eri kemudian membantu Pak Amin untuk menjual dagangannya lewat gerakan Yuk Tukoni.
Untungnya, bantuan sederhana yang ditawarkan Eri turut memberikan dampak positif bagi Pak Amin. Berkat gerakan tersebut, Pak Amin terus-menerus menerima pesanan, sehingga roda perekonomian kembali berjalan. Pak Amin yang tadinya sudah menyerah akhirnya kembali memiliki semangat hidup dan bisa berjualan.
"Dampak yang nyata paling terlihat sebenarnya UMKM itu kembali bernapas, itu dampaknya," kenang Eri sambil mengingat perjalanan Yuk Tukoni dalam membantu UMKM kuliner di Yogyakarta sejauh ini.
Tak hanya sebatas pada usaha UMKM seperti kedai mi ayam saja, gerakan Yuk Tukoni yang diinisiasi Eri juga membantu usaha kuliner perhotelan. Masih teringat di benak Eri, kala itu usaha hotel juga sempat tersendat akibat COVID-19. Hati nuraninya pun tergerak, sehingga Eri bersama temannya membantu usaha hotel dari segi kuliner.
"Saya bersama teman-teman bilang, 'Mas bikin saja apa yang bisa dijual dan di-packing, karena kita bertugas untuk memasarkan itu,' dan waktu itu ada geliat Dapur Chef gitu. Jadi, mereka membuat makanan-makanan dari hotel untuk dijual pada saat itu," ceritanya.
3. Sempat mendapatkan pesimis di awal perjalanan, kini Yuk Tukoni sudah membantu banyak UMKM kuliner

Dalam perjalanannya sampai saat ini, ternyata Yuk Tukoni sempat menemui tantangan tersendiri yang tidak mudah. Eri masih mengingat betul, tak sedikit pengusaha UMKM kuliner yang pesimis untuk bergabung dengan Yuk Tukoni. Itu terjadi karena masih ada yang ragu apakah ada yang mau membeli atau tidak. Ia pun tak memungkiri hal itu dan melihat situasi pandemik COVID-19 yang saat itu membatasi pergerakan orang-orang dan penyebarannya yang masih cukup tinggi.
"Sebenarnya, kita ini tugasnya itu 'kan di sisi membantu menjual. Nah, awalnya itu memang ada yang masih pesimis. Untuk bergabung saja pesimis. Situasi seperti ini masa ada 'kan (yang mau membeli) gitu," ungkap Eri.
Nyatanya, hal itu tidak membuat semangat Eri patah begitu saja. Walau sempat ada yang pesimis, Eri berhasil meyakinkan para pengusaha UMKM kuliner untuk dibantu olehnya melalui gerakan Yuk Tukoni. Dalam mempromosikan gerakannya, Eri juga tidak lupa mengedepankan kualitas produk yang higienis sebagai keunggulannya. Dari situlah, perlahan pengusaha UMKM percaya dan akhirnya banyak orang yang membeli makanan lewat gerakannya. Bahkan, salah satu produk makanan bernama Mi Ayam Bu Tumini yang dibantunya bisa tembus sampai 100-200an porsi saat pandemik.
Kini, Eri pun menyadari bahwa gerakan Yuk Tukoni sebenarnya tidak hanya sekadar membantu UMKM bertahan di tengah pandemik saja. Lebih dari itu, gerakan yang diinisiasinya juga ikut membantu menyuplai makanan yang higienis kepada banyak keluarga saat COVID-19 tengah merebak kala itu.
"Orang mau datang gak mungkin, dilarang. Mereka juga ada satu hal yang jadi barrier, yaitu kesehatan pada saat itu, tapi begitu masakan itu bisa sampai ke rumah, itu 'kan menjadi pertolongan dua belah pihak. UMKM sendiri terbantu, yang satu lagi adalah keluarga," imbuhnya.
Berjalan dari api yang kecil, kini semangat Yuk Tukoni masih tetap menyala. Setelah 5 tahun berjalan, Eri menyadari betapa besar dampak positif yang ia hadirkan kepada para pelaku usaha kuliner melalui gerakan Yuk Tukoni. Selain memberikan semangat untuk kembali berjualan, gerakan yang diciptakannya itu juga memberikan edukasi kepada para UMKM kuliner yang selama ini belum mengerti tentang cara packaging yang baik dan branding yang tepat. Bahkan, ada beberapa usaha kuliner yang akhirnya jadi lebih laku dan terkenal setelah dibantu olehnya.
Berangkat dari semangat dan ketulusan hati dalam membantu UMKM kuliner di Yogyakarta, Eri dan Revo telah mendapatkan penghargaan 11th SATU Indonesia Awards 2020 kategori Kewirausahaan. Kisah yang dibagikan Eri tentunya tidak hanya sekadar menjadi cerita semata saja, tapi juga dapat menginspirasi banyak orang dari berbagai kalangan untuk terus menjadi terang dan memberikan harapan lewat bantuan sederhana yang bisa mereka lakukan kepada orang lain.



















