Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Alasan Pasangan Mengulang Perdebatan dengan Topik Sama

ilustrasi pasangan sedang berdebat (pexels.com/Alex Green)

Siapapun yang menjalin hubungan asmara yang sudah lama, pasti pernah merasakan situasi ketika kamu dan pasangan terus adu argumen akan topik yang sama. Kamu mungkin terus terjebak dalam perdebatan kecil, seperti siapa yang akan mencuci piring, siapa yang akan memasak makan malam, hingga siapa yang seharusnya membayar uang makan di restoran. Topik perdebatan juga bisa lebih dalam dalam, seperti berapa lama boleh menghabiskan waktu dengan teman dan keluarga hingga pengorbanan soal karir. 

Sebelumnya, kamu dan pasangan mungkin menganggap topik perdebatan tersebut sudah diselesaikan di satu waktu. Namun, beberapa bulan kemudian kamu dan pasangan justru membicarakan topik tersebut kembali. Pertengkaran yang berulang dapat menjadi masalah yang sangat signifikan bagi pasangan. Pertengkaran dapat meningkatkan stres hubungan dan menguras kepuasan, kepercayaan, dan rasa aman yang dibutuhkan dalam hubungan. Lalu, apa penyebab dari pasangan mengulang perdebatan dengan topik sama? Cari tahu jawabannya di bawah ini!

1. Masalah tersebut tidak pernah selesai sepenuhnya

ilustrasi pasangan sedang berdebat (pexels.com/Mikhail Nilov)

Jika kamu dan pasangan terus bertengkar untuk permasalahan yang sama, kemungkinan besar kalian sebenarnya belum pernah menemukan solusi tepat untuk mengatasinya. Bisa jadi, solusi tersebut sebenarnya sudah pernah ditemukan, namun salah satu di antara kamu dan pasangan merasa tidak bisa menghadapi perubahan, akibat dari solusi tersebut. Kemungkinan, kamu dan pasangan harus sama-sama bersabar, saat pasangan mempelajari sebuah perilaku baru sebagai hasil dari solusi akan permasalahan tersebut.

Untuk mengatasi situasi ini kamu bisa coba mengajak pasangan berbicara, menanyakan bagaimana perasaannya akan solusi yang telah kalian putuskan bersama, tanyakan juga apakah pasangan membutuhkan dukungan. Kamu bisa memberikan dukungan sederhana, akibat dari perubahan perilaku pasangan. Misalnya, ucapkan terima kasih atas usaha kerennya untuk membantu membersihkan dapur, setelah masak makan malam selesai. Jika harus ada perubahan, jangan ragu untuk mengatakan kamu akan senang jika pasangan menunjukkan penghargaan atas usaha yang dilakukan.

2. Perdebatan tersebut mencerminkan masalah yang lebih dalam

ilustrasi pasangan yang sedang berdebat (pexels.com/Gustavo Fring)

Terkadang, pengulangan pertengkaran mencerminkan ketegangan atau kekhawatiran yang dirasakan oleh salah satu atau kedua individu dalam hubungan. Artinya, masalah yang terjadi mungkin tidak tampak di permukaan, bahkan jauh lebih dalam. Bukan karena pasangan A tidak bisa membersihkan rumah misalnya, namun sebenarnya karena pasangan A tidak dapat selalu hadir di kehidupan rumah tangga tersebut dan hanya fokus pada pekerjaan. Masalah yang berulang ini sebaiknya segera diselesaikan lebih dahulu, sebelum mengakar ke perdebatan lain yang baru.

Untuk mengetahui jika topik perdebatan berulang tersebut merupakan permasalahan lebih dalam, tanyakan pada diri kamu sendiri, mengenai perasaan, ketakutan, dan kekhawatiran apa yang muncul setelah pertengkaran tersebut. Di sisi lain, perasaan yang muncul ini bisa jadi benar, bisa jadi tidak. Artinya, perasaan dan kekhawatiran tersebut memang valid dalam konteks sejarah pribadi diri kamu, tetapi juga bisa jadi cara otak bekerja untuk melindungi diri dari hasil terburuk yang belum tentu terjadi di masa kini. Jadi, cobalah berdiskusi dengan pasangan atau terapi untuk memastikan interpretasi yang tepat.

3. Harapan kamu dan pasangan mungkin perlu disesuaikan

ilustrasi pasangan sedang berdebat (pexels.com/Timur Weber)

Ketika kamu mengalami berbagai masalah yang sama dalam hubungan lama, kamu dan pasangan perlu menilik kembali bagaimana harapan bersama terhadap hubungan tersebut. Jika kamu merasa dikecewakan berulang kali oleh pasangan, cobalah menulinya dan kemudian berbicara dengan orang kepercayaan untuk meminta saran. 

Paling penting, bicarakan harapanmu tersebut kepada pasangan dan tanyakan apakah ia mampu memenuhinya. Semua orang menjalani hubungan dengan harapan yang diciptakan oleh norma dan nilai yang ditanamkan dalam keluarga, budaya, dan kepercayaan agama di dalam diri. Kamu mungkin memutuskan untuk mencari orang lain dalam memenuhi harapan saat ini. Kamu juga bisa coba untuk berlatih menyesuaikan ulang harapan, agar dapat mengakomodasi kenyataan saat ini dengan pasangan.

4. Kamu tertarik pada pasangan yang mengaktifkan perasaan insecurity

ilustrasi pasangan sedang berdebat (pexels.com/Keira Burton)

Bukan hal yang aneh bagi kebanyakan orang ketika tertarik pada individu dengan kepribadian dan gaya keterikatan yang membuat kamu merasa diayomi sekaligus dicintai. Jika kamu memiliki keterikatan dan dinamika hubungan yang sehat saat tumbuh dewasa, hal ini biasanya tidak menyebabkan penderitaan. Namun, jika salah satu pengalaman hubungan pertama kamu melibatkan pengabaian, disorganisasi, ketidakpastian, dan tanda toxic lainnya ini bisa menunjukkan kecenderungan.

Kamu mungkin menjadi lebih mudah tertarik pada pasangan yang menunjukkan kualitas lebih tinggi daripada kamu. Bukan karena menyukai perasaan cinta yang pasangan beri, melainkan karena keinginan untuk dicintai, kamu pun belajar mengaitkan pengalaman tersebut dengan cinta. Kamu mungkin jadi terdorong menghidupkan kembali argumen yang sama dari masa lalu, ke hubungan saat ini. Bisa jadi juga berasal dari pertengkaran antara orang tua di masa kecil.

Jadi, coba renungkanlah kembali apakah pertengkaran yang terjadi dengan pasangan saat ini pernah terjadi sebelumnya. Coba cari tahu apakah perasaan kamu terasa familier, mungkin berawal dari penolakan perasaan serupa di masa lalu, sehingga belum terpenuhi hingga saat ini. Intinya, jangan abaikan pasangan mengulang perdebatan dengan topik sama yang terjadi berulang kali. Pola ini menjadi bahaya karena sering kali tidak disadari dan berujung pada hubungan yang tidak sehat alias toksik. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nadhifa Salsabila Kurnia
EditorNadhifa Salsabila Kurnia
Follow Us