5 Alasan Kamu Gak Boleh Bersikap Mothering ke Pasanganmu, Hindari!

Ketika menjalin hubungan bersama seseorang, selalu timbul perasaan ingin memberikan yang terbaik untuk pasangan. Beragam cara pun dilakukan untuk membahagiakan pasangan.
"Perempuan tidak sengaja menjadi 'ibu' bagi pasangannya, melainkan pada dasarnya mereka adalah pengasuh naluriah, terutama dalam hal merawat keturunan mereka sendiri dan kadang-kadang pasangan mereka dapat disatukan ke dalam dinamika ini tanpa disadari," jelas Paula Quinsee, seorang pakar hubungan dan pembicara TEDx, dikutip News24.
Fenomena tersebut bisa saja melahirkan sikap mothering, yakni istilah yang merujuk untuk menunjukkan situasi di mana seseorang perempuan bertindak sebagai ibu bagi pasangan laki-lakinya. Tentu tindakan ini memiliki sisi lain yang bisa merugikan salah satu pihak, lho.
Lantas, apa aja sih alasan kamu gak boleh bersikap seperti ini secara berlebihan kepada pasanganmu? Simak di bawah ini, ya!
1. Pasangan akan selalu berharap padamu

Ibu senantiasa menjadi sosok yang menemani anaknya kemana pun, sejak bayi hingga memasuki usia dewasa. Maka tidak heran, jika anak memiliki hubungan yang begitu dekat dengan ibunya.
Namun, dalam sebuah hubungan, bersikap mothering tersebut tentu gak boleh dibiarkan. Sebab, sikap ini akan membuat pasangan laki-laki selalu berharap padamu. Jika kamu berpergian jauh, pasangan akan sulit melakukan suatu hal tanpa bantuanmu. Tentu kamu tidak ingin jika pasangan selalu berharap padamu karena hanya akan membuatmu sulit melakukan suatu hal, bukan?
"Kamu berdua memiliki kualitas dan kekuatan berbeda yang dapat membangun satu sama lain, tetapi jika salah satu dari kamu lebih banyak memberi dalam hubungan (nyata atau dirasakan), pasangan kamu dapat menganggapmu sebagai orang yang mengendalikan, menahan, kritis atau serupa bahkan jika itu dimaksudkan dengan niat terbaik," ujar Paula Quinsee.
2. Tidak ada kemajuan hubungan

Sikap mothering yang ditunjukkan juga berdampak pada kualitas hubungan yang kamu jalankan. Bayangkan saja, jika pasanganmu sudah terbiasa dengan sikap mothering yang kamu lakukan, dia hanya akan tetap diam di tempat.
Seolah-olah hanya kamu yang harus terus bergerak untuk memenuhi keinginan sepelenya. Semua hubungan tentu punya goals atau tujuan. Oleh karena itu, kamu berdua sama-sama harus berjuang, gak timpang dan hanya dibebankan padamu.
3. Merugikan sepihak

Sebagaimana sudah dibahas poin sebelumnya, bahwa sikap mothering ini menunjukkan perempuan yang selalu bergerak untuk merawat pasangannya. Jika dipikirkan lebih jauh lagi, tindakan ini seolah-olah hanya pihak perempuan yang berjuang.
Well, hal tersebut juga bisa membuatmu terjebak dalam kerugian sepihak, lho. Bayangkan saja, jika kamu harus membelikan, memasakkan, hingga mengurus keperluan pasanganmu. Meski kamu melakukannya secara ikhlas, tapi realistisnya kamu jadi merugi.
4. Hanya kamu yang berjuang

Dalam menjalin kisah asmara sebagai pasangan, tentunya dibutuhkan usaha dari kedua belah pihak. Namun, akan sangat disayangkan apabila hanya kamu yang berjuang karena bersikap mothering.
Mothering membuat tenaga, waktu, dan pikiran terkuras hanya untuk merawat pasanganmu. Hendaknya, kamu bisa lebih realistis bahwa sebagai manusia dewasa, pasanganmu juga dapat melakukan semua hal itu. Alih-alih merawatnya, kamu lebih baik menjadi support system untuknya.
5. Rentan menimbulkan konflik

Dalam berhubungan, konflik memang hal yang wajar. Tetapi, konflik tidak dapat dikatakan wajar jika terjadi secara terus-menerus.
Konflik bisa saja muncul ketika adanya penolakan, usaha yang gak maksimal, hingga hasil yang gak sesuai ekspektasi. Tentu, fenomena ini menjadi mimpi buruk dalam sebuah hubungan, bukan?
Bersikap mothering memang bukan sesuatu yang gak boleh, karena bisa jadi bentuk kasih sayang dan perhatian. Namun, apabila berlebihan justru hal tersebut bisa menjadi boomerang untuk diri sendiri dan masa depan hubungan. Jadi, pertimbangkan kembali ketika kamu ingin bersikap mothering ke pasangan, ya!