5 Alasan Mengapa Kencan Buta Sangat Populer di Korea Selatan

Blind date atau kencan buta atau disebut juga dengan istilah “sogaeting” yang merupakan kombinasi dari kata Korea “so-gae”, yang secara harfiah berarti “perkenalan” dan kata “ting” yang berasal dari suku kata terakhir dari kata bahasa Inggris “meeting”.
Orang-orang yang mengikuti kencan buta diperkenalkan satu sama lain oleh teman mereka dan bertemu untuk pertama kalinya di tempat umum, biasanya di sebuah kafe. Kemudian para mak comblang pergi dan membiarkan teman-temannya terus mengobrol, jika mereka senang satu sama lain, mereka dapat melanjutkan ke tempat lain untuk mulai berkencan.
Kerap dipertontonkan dalam serial drama Korea dan sudah menjadi culture di negeri ginseng tersebut. Sebenarnya apa yang membuat kencan buta di Korea sangat populer? Biar tak penasaran, berikut ini penjelasannya.
1. Kebutuhan sosial
Budaya Korea Selatan cukup menghargai pernikahan dan keluarga. Di samping itu ada tekanan sosial untuk menemukan pasangan yang cocok dan menikah pada usia yang relatif muda. Maka dari itu, kencan buta dapat dianggap sebagai cara yang efisien untuk bertemu dengan calon pasangan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya ini.
"Kencan adalah konsep sosial yang relatif baru di Korea, yang berkembang pada tahun 1960-an dengan struktur keluarga yang afektif. Keluarga afektif adalah konsep keluarga modern saat ini, di mana cinta adalah syarat awal untuk menikah. Sebelum diperkenalkan, model keluarga Konfusianisme, di mana pernikahan adalah sarana untuk mengamankan stabilitas sosial dan ekonomi, merupakan standar", kata Irene Yung Park, seorang Profesor dari Departemen Budaya dan Sastra Komparatif Universitas Yonsei, dikutip dari Korea JoongAng Daily.
“Jika ingin menikah karena cinta, kamu perlu bertemu seseorang, mengenal mereka, dan jatuh cinta. Kencan adalah akibat langsung dari pengenalan keluarga yang afektif, ” lanjut kata Park.