5 Alasan untuk Menahan Diri dari Bertanya, 'Apa Kamu Marah Padaku?'

Apakah kamu salah satu tipe orang yang sering bertanya, “Apa kamu marah padaku?” pada teman-temanmu? Dalam sebuah relasi yang dibangun bertahun-tahun, tentu kamu akan menemukan sikap partner atau temanmu yang kadang berubah-ubah: membingungkan, membuat kamu tak tahan untuk tidak bertanya, “Apa dia marah padaku?”
Tapi guys, jangan sekali-sekali melontarkan pertanyaan itu pada teman—terlebih sahabat dekatmu terlalu sering. Ada beberapa alasan mengapa pertanyaan itu tidak berguna dan harus dipikir berulang-ulang sebelum kamu benar-benar mengatakannya:
1.Pertanyaan itu menyebalkan

Jangan terburu-buru menyimpulkan tanpa dasar yang jelas. Bisa jadi ia memang bersikap dingin karena suasana hatinya buruk, karena masalah pekerjaan, atau karena ia tidak dalam kondisi yang baik untuk bercakap-cakap. Tidak semua hal berhubungan denganmu.
Juga, menanyakan itu tanpa sebab menunjukkan bahwa kamu tipe orang yang suka membuat asumsi tak berdasar: asumsi yang tidak peru dan salah. Bisa jadi pula temanmu akan merasa tersinggung dengan tuduhan itu. Alih-alih memperbaiki hubungan, kamu malah mempercanggung relasi pertemanan di antara kalian.
2.Menunjukkan keraguanmu pada diri sendiri

Tahukah kamu bahwa pertanyaan, “Apa kamu marah padaku?” yang dilontarkan berulang-ulang menunjukkan betapa rendah tingkat kepercayaan dirimu? Mungkin kamu tidak sadar. Mungkin kamu hanya ingin merasa lebih baik dengan mengetahui perasaan rekanmu.
Namun ketahuilah, tidak semua hal selalu tentangmu. Pertanyaan itu malah mengundang pandangan bahwa kamu mencari validasi dan keyakinan dari orang lain, karena kamu tidak percaya dengan diri sendiri.
Kamu terbiasa dengan perhatian dan kepedulian dari temanmu, sehingga ketika ia tidak memberi itu, kamu merasa tidak aman.
3.Menyinggung perasaan temanmu

Dengan bertanya, “Apa kamu marah padaku?”, kamu pasti berharap temanmu akan menjawab “tidak”. Ini hanya ditujukan untuk meyakinkan diri sendiri bahwa memang tidak terjadi apa-apa antara kamu dan temanmu.
Sayangnya, tindakan reassurance seperti ini malah bisa menjadi serangan balik pada diri sendiri. Temanmu bisa jadi tersinggung dan kesal karena keraguanmu pada mereka. Hubungan kalian baik-baik saja sampai akhirnya kamu menyatakan keraguanmu dan membuatnya merasa terganggu.
Menurutmu, apa kamu menyelamatkan atau malah memperburuk hubunganmu? Kamu sendiri yang tahu jawabannya.
4.Hanya berpusat pada diri sendiri

Sadarkah kamu bahwa pertanyaan tadi hanya berpusat pada diri sendiri? Kamu tidak peduli dengan keadaan atau suasana hati temanmu, tapi malah menanyakan sesuatu untuk membuatmu merasa aman. Seolah-olah kamu memang “korban” dari tindakan mereka yang berubah-ubah.
Pertanyaan tadi juga bisa membuat temanmu merasa bersalah mengenai perasaanmu. Padahal, ia sama sekali tidak berniat untuk membuatmu merasa seperti itu.
5.Menggambarkanmu sebagai pengganggu yang needy

Pasti menyebalkan bila kamu terus diganggu oleh seseorang yang selalu ingin melekat. Padahal, kamu juga pasti ingin memiliki waktu luang sendiri untuk melakukan hal-hal yang kamu suka.
Inilah yang akan tergambar pada benak temanmu bila kamu terus-menerus meminta validasi mereka. Bukannya rendah hati, sikap tersebut menyebalkan dan bersifat mengganggu. Toh apabila seseorang benar-benar marah padamu, akan lebih baik untuk ngobrol dewasa dan mencari jalan keluar alih-alih menanyakannya terus-menerus.
Ternyata, hal sepele seperti pertanyaan, “Apa kamu marah padaku?” bisa membuat lobang dalam hubungan. Jangan terlalu sering berasumsi yang bukan-bukan, ya. Mungkin sekarang temanmu hanya butuh waktu sendiri, tapi bukan berarti ia tidak mau menjadi temanmu lagi. Cobalah untuk percaya padanya.