5 Ciri-Ciri Halus dari Emotional Abuse dalam Hubungan, Kenali!

- Perasaan bersalah tanpa alasan.
- Menyembunyikan perasaan untuk menghindari konflik.
- Menyalahkan pasangan atas semua masalah.
Emotional abuse atau kekerasan emosional dalam hubungan sering kali sulit dikenali. Kadang, tanda-tanda awalnya begitu halus dan bisa sangat membingungkan, hingga kita merasa "mungkin ini cuma masalah kecil". Tapi, kenyataannya, perilaku-perilaku ini bisa merusak mental dan emosional secara perlahan. Di sinilah pentingnya kita belajar untuk mengenali ciri-cirinya, agar tak terjebak dalam hubungan yang bisa membahayakan kesehatan mental.
Seringkali, kita merasa sulit untuk membedakan antara pertengkaran biasa dan tindakan manipulatif yang lebih serius. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menggali lebih dalam dan menyadari adanya pola-pola tertentu dalam hubungan. Apa saja sih ciri-cirinya? Yuk, simak penjelasan berikut!
1. Selalu merasa bersalah meski tak melakukan apa-apa

Salah satu ciri halus dari kekerasan emosional adalah perasaan bersalah yang muncul terus-menerus, meskipun kamu tidak melakukan kesalahan. Pasangan yang melakukan emotional abuse sering kali membuat kamu merasa bahwa segala yang terjadi dalam hubungan itu adalah salahmu. Mereka akan menciptakan situasi di mana kamu selalu merasa bersalah atas masalah yang tidak ada hubungannya dengan dirimu.
Hal ini bisa terjadi secara halus, seperti pasangan yang mengatakan hal-hal seperti, “Kamu selalu bikin aku marah” atau “Kenapa sih kamu gak ngerti aku?” Semakin sering kamu merasa disalahkan, semakin lama kamu akan merasa tidak berharga dan kurang mampu. Itu adalah taktik manipulasi yang membuat kamu merasa tidak pernah cukup baik untuk pasanganmu.
2. Menyembunyikan perasaan demi menghindari konflik

Dalam hubungan yang penuh kekerasan emosional, sering kali kamu merasa perlu menyembunyikan perasaanmu untuk menghindari konflik atau reaksi negatif dari pasangan. Kamu cenderung menahan diri untuk tidak mengungkapkan apa yang sebenarnya kamu rasakan, karena takut akan dipermalukan atau disalahkan.
Misalnya, ketika kamu merasa tidak dihargai atau kecewa, kamu memilih untuk diam karena kamu tahu, jika mengungkapkan perasaan, pasanganmu akan memberikan reaksi yang tidak menyenangkan—baik itu merendahkan, mengabaikan, atau bahkan memanipulasi perasaanmu lebih jauh. Itu adalah bentuk kontrol yang tidak terlihat, tetapi sangat merusak kepercayaan diri.
3. Menyalahkan kamu untuk semua masalah dalam hubungan

Di dalam hubungan yang emosional abusive, pasangan sering kali tidak bertanggung jawab atas masalah yang ada. Mereka akan selalu menemukan cara untuk menyalahkan kamu atas segala masalah, baik itu besar maupun kecil. Ini adalah cara mereka untuk menghindari rasa bersalah dan melemparkan beban kepada kamu.
Jika kamu merasa terus-menerus disalahkan, padahal tidak merasa melakukan kesalahan apapun, itu bisa menjadi tanda hubungan tersebut tidak sehat. Misalnya, ketika hubungan menjadi buruk atau ada ketegangan, pasangan akan mengatakan hal seperti, “Kalau kamu lebih perhatian, kita gak akan seperti ini.” Mereka akan membuat kamu merasa bahwa segala ketidakbahagiaan dalam hubungan adalah tanggung jawabmu sepenuhnya.
4. Menggunakan isolasi sebagai alat kontrol

Kekerasan emosional juga bisa terjadi ketika pasangan mulai mengisolasi kamu dari teman-teman, keluarga, atau jaringan sosial lainnya. Mereka akan berusaha membuat kamu merasa bahwa mereka adalah satu-satunya orang yang bisa kamu andalkan atau percayai. Ini adalah taktik manipulasi yang bertujuan untuk mengurangi dukungan sosial kamu.
Misalnya, pasangan bisa mengatakan hal-hal seperti, “Kenapa sih kamu masih sering ngobrol sama teman-temanmu? Aku kan lebih penting buat kamu.” Ini adalah cara mereka untuk membuat kamu merasa bersalah karena mempertahankan hubungan sosial dengan orang lain. Ketika kamu terisolasi, kamu akan lebih mudah dikendalikan dan merasa tergantung pada pasangan untuk segala hal.
5. Menggunakan pujian yang berlebihan untuk manipulasi

Salah satu teknik kekerasan emosional yang sering tidak disadari adalah penggunaan pujian yang berlebihan atau 'gaslighting' dalam bentuk positif. Pasangan yang manipulatif bisa memuji kamu dengan kata-kata manis, tetapi dengan tujuan untuk membuat kamu merasa bersalah atau terpojok ketika mereka berbuat salah. Mereka bisa saja mengatakan, “Aku sayang banget sama kamu, kamu satu-satunya yang ngerti aku,” untuk membuat kamu merasa kamu tidak bisa hidup tanpanya.
Di sisi lain, mereka bisa secara perlahan menurunkan harga dirimu dengan komentar-komentar seperti, “Kamu emang gak sebaik itu, tapi aku tetep terima kok.” Dalam situasi seperti ini, kamu akan merasa terbebani untuk terus memenuhi ekspektasi pasanganmu, dan itu menjadi pola hubungan yang tidak sehat.
Hubungan yang sehat seharusnya saling mendukung, bukan saling menghancurkan. Jika kamu merasa ada ciri-ciri kekerasan emosional dalam hubunganmu, jangan ragu untuk berbicara dengan orang terdekat atau mencari bantuan. Ingat, kamu berhak merasa dihargai dan dicintai dengan cara yang sehat. Jangan biarkan perasaanmu diinjak-injak hanya karena takut atau merasa terjebak. Kamu lebih berharga dari apa pun yang bisa dirusak oleh hubungan yang tidak sehat.



















