Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal yang Akan Terjadi Jika Terlalu Fokus Mengejar Hubungan Romansa

ilustrasi pasangan (freepik.com/freepik)
ilustrasi pasangan (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Kehilangan jati diri dalam hubungan.
  • Ketidakseimbangan dalam hubungan.
  • Bergantung berlebihan pada pasangan.

Saat pertama kali menjalin relasi, pasti ada rasa mendebarkan. Rasanya ingin selalu menghabiskan waktu bersama pasangan. Yang awalnya masih fokus mengejar karier, mimpi, atau diri sendiri, kini beralih pada menghabiskan waktu dengan orang yang dicinta.

Sebenarnya hal ini adalah lumrah. Pergantian prioritas menandakan bahwa hidupmu berubah dan berkembang. Namun, bila tidak hati-hati dalam menetapkan batasan, hal ini bisa jadi batu sandunganㅡbaik untukmu, maupun hubungan. Ini lima hal yang akan kamu alami saat terlalu fokus mengejar hubungan.

1. Kehilangan jati diri dalam hubungan

ilustrasi wanita (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi wanita (pexels.com/Ron Lach)

Saat fokusmu hanya terpaku pada mengejar hubungan, kamu cenderung memprioritaskan pasangan lebih dari apa pun. Semua hanya tentang kamu, pasangan, dan hubungan. Kamu menghabiskan waktu hanya untuk pasanganmu, mengabaikan hobi, kesukaan, bahkan dirimu sendiri.

Dalam jangka panjang, hal ini bisa memicu kehilangan jati diri dalam relasi. Kamu hanya suka melakukan sesuatu bila itu bersama pasangan, tapi tidak mampu melakukannya sendiri. Kamu tidak tahu lagi apa yang ingin kamu kejar, apa yang ingin kamu capai, bahkan apa yang kamu inginkan. Isi hidupmu hanya tentang pasangan.

2. Ketidakseimbangan dalam hubungan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Hubungan yang sehat dan seimbang dibangun bukan ketika kamu fokus menyeluruh hanya pada membangun hubungan, melainkan ada ketika kamu juga membangun kehidupanmu pribadi. Ada batas yang sehat, antara kapan menghabiskan waktu dengan pasangan, kapan meluangkan waktu untuk melakukan hal lain.

Bila sehari-harinya dihabiskan bersama doi, memang sih kamu akan kesengsem tiap hari. Tapi coba, saat kalian harus berpisah sebentar saja, pasti rasanya langsung gelisah dan khawatir nggak karuan. Seluruh waktu kamu berikan hanya untuk pasangan. Tidak ada waktu untuk keluarga, teman, bahkan dirimu sendiri.

3. Bergantung berlebihan pada pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/NATASHA LOIS)
ilustrasi pasangan (pexels.com/NATASHA LOIS)

Tanda seseorang sudah bergantung berlebihan pada pasangannya adalah, tidak bisa melakukan sesuatu tanpa pasangan. Maunya selalu berdua, dalam hal apa pun. Hayo, coba evaluasi, apa kamu selama ini juga begitu?

Mau kerja di kantor yang sama dengan doi, mau ikut organisasi hanya karena pasangan, mau belajar hanya kalau ditemani doi. Suasana hatimu pun hanya tergantung ada atau tidak adanya pasangan. Hati-hati dengan hal ini, lambat laun bisa melatihmu jadi pribadi yang manja dan tidak mandiri.

4. Memicu hubungan toksik

ilustrasi pasangan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ketidakseimbangan dalam sebuah hubungan pasti akhirnya memicu hubungan toksik. Termasuk salah satunya, menghabiskan terlalu banyak waktu dengan pasangan. Kalian jadi terlalu bergantung satu sama lain, hingga kehilangan kemandirian dan identitas pribadi.

Alhasil, kamu dan pasangan pun tidak akan bertumbuh sevara individual. Semua hanya tentang kamu dan hubungan, tapi ironisnya, kalian juga tidak bertumbuh dari itu.

5. Kehilangan waktu dan kesempatan

ilustrasi wanita (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi wanita (pexels.com/cottonbro studio)

Di samping cinta, ada banyak hal yang bisa kamu kejar. Salah satunya, mimpi dan pendidikan. Terkadang, terlalu fokus pada satu hal membuat pikiranmu jadi jatuh sempit.

Kamu hanya terfokus pada cara agar bisa selalu dekat dengan doi, tanpa mempertimbangkan masa depan. Alhasil, banyak keputusan-keputusan "dangkal" yang kamu buat. Contoh sederhana, mengabaikan studi demi terus kencan dengan doi. Hal sederhana, tapi berdampak sampai masa depan.

Rasa berdebar-debar dan selalu excited pasti pernah dialami saat awal menjalin relasi. Namun, kamu tetap harus bijak. Jangan sampai keinginan menggebu malah jadi batu sandungan untukmu dan hubungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us