5 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Memulai Hubungan Baru

- Membandingkan pasangan baru dengan mantan bisa menghambat perkembangan hubungan dan menyakiti diri sendiri serta pasangan.
- Rebound relationship karena ingin cepat sembuh bisa membuat hubungan retak karena emosi belum pulih sepenuhnya.
- Terlalu banyak menuntut atau terlalu cepat membuka luka masa lalu dapat mengganggu proses membangun hubungan yang sehat dan tulus.
Memulai hubungan baru setelah berakhirnya hubungan sebelumnya memang bisa terasa seperti awal yang segar. Ada perasaan berbunga-bunga, harapan baru, dan peluang untuk mencintai lagi. Namun, di balik semua itu, ada satu hal yang harus diingat: proses move on bukan sekadar mengganti pasangan. Kalau kalian masih membawa “beban” dari masa lalu ke hubungan yang baru, besar kemungkinan kalian akan mengulangi pola yang sama dan luka yang sama.
Tidak sedikit orang yang terburu-buru menjalin hubungan baru tanpa benar-benar sembuh dari yang sebelumnya. Akibatnya, hubungan baru itu justru jadi pelarian, bukan pilihan. Ini bisa membuat kalian tidak adil terhadap pasangan baru, atau bahkan lebih buruk, menyabotase hubungan itu sendiri. Supaya tidak terjebak dalam siklus yang melelahkan, penting untuk tahu apa saja yang sebaiknya tidak kalian lakukan saat memulai lembaran baru dalam urusan cinta. Yuk, simak lima hal yang wajib kalian hindari kalau ingin hubungan baru berjalan sehat dan penuh makna.
1. Membandingkan pasangan baru dengan mantan

Salah satu kesalahan paling umum yang sering terjadi saat masuk ke hubungan baru adalah membanding-bandingkan pasangan baru dengan mantan. Mungkin terdengar tidak disengaja, tapi ketika kalian masih berkata dalam hati, “Dulu mantanku lebih romantis” atau “Yang sekarang kurang seperti dia,” itu tandanya kalian belum benar-benar memberi ruang untuk cinta yang baru tumbuh.
Setiap orang itu unik, dan hubungan yang sehat hanya bisa tumbuh kalau kalian benar-benar hadir di dalamnya. Kalau kalian terus membawa bayangan mantan ke dalam hubungan baru, bukan cuma menyakiti pasangan kalian, tapi juga menghambat diri sendiri untuk berkembang. Belajarlah menerima pasangan baru dengan apa adanya, bukan dengan standar orang sebelumnya. Hanya dengan begitu, kalian bisa membangun ikatan yang jujur dan tidak terjebak masa lalu.
2. Menggunakan hubungan baru sebagai pelarian

Banyak orang memulai hubungan baru karena ingin cepat-cepat sembuh dari patah hati sebelumnya. Ini yang sering disebut sebagai rebound relationship. Sekilas memang terasa menyenangkan karena kalian merasa diperhatikan lagi. Namun, kalau tujuannya hanya untuk mengalihkan luka, bukan karena kalian benar-benar siap mencintai lagi, itu bisa jadi awal yang keliru.
Hubungan yang sehat butuh pondasi yang kuat. Kalau kalian belum tuntas dengan masa lalu, hubungan baru akan mudah retak saat menghadapi masalah. Kalian jadi tidak benar-benar bisa hadir secara emosional, dan pasangan kalian bisa merasakan itu. Jadi, sebelum masuk ke hubungan baru, pastikan kalian sudah pulih dan siap, bukan sekadar mencari pengganti yang bisa menutupi rasa sakit.
3. Terlalu cepat membuka semua luka lama

Keterbukaan memang penting dalam sebuah hubungan. Namun, kalau kalian langsung curhat tentang semua luka dari hubungan sebelumnya sejak awal, itu bisa membuat pasangan baru kewalahan. Terlalu cepat membicarakan trauma masa lalu bisa memberi kesan bahwa kalian belum move on dan sedang membawa bagasi lama ke dalam perjalanan baru.
Berbagi cerita memang bisa mendekatkan kalian berdua, tapi harus dilakukan dengan waktu yang tepat dan konteks yang tepat. Jangan jadikan pasangan baru sebagai tempat pelampiasan emosi. Bangun dulu rasa percaya, lalu perlahan buka diri. Dengan begitu, kalian tidak hanya membangun hubungan yang sehat, tapi juga membuat pasangan merasa dihargai, bukan sekadar “tempat sampah” emosional.
4. Menuntut terlalu banyak sejak awal

Saat baru menjalin hubungan, wajar kalau kalian ingin merasa aman, dimengerti, dan disayang. Namun, kalau kalian mulai menuntut terlalu banyak sejak awal—misalnya minta balas chat cepat, selalu bersama, atau meminta bukti cinta secara berlebihan—itu bisa jadi tanda bahwa kalian masih belum stabil secara emosional.
Tuntutan yang berlebihan sering datang dari ketakutan yang belum selesai. Ketakutan ditinggal, takut tidak dicintai seperti mantan dulu, atau takut gagal lagi. Padahal, hubungan yang sehat butuh ruang untuk bernapas dan bertumbuh. Biarkan semuanya berjalan alami, tanpa tekanan. Kalau memang pasangan kalian serius, mereka tidak perlu dituntut untuk menunjukkan cinta karena mereka akan melakukannya dengan sendirinya.
5. Mengabaikan red flag hanya karena takut sendiri

Kadang, setelah mengalami patah hati, ada keinginan kuat untuk “cepat-cepat” merasa dicintai lagi. Dalam proses itu, banyak orang yang jadi mengabaikan tanda-tanda bahaya alias red flag pada pasangan baru. Entah itu sikap posesif, kurang menghargai, atau perilaku manipulatif—semuanya dianggap sepele hanya demi tidak merasa kesepian.
Rasa takut sendiri memang wajar, tapi jangan sampai itu membuat kalian buta terhadap kenyataan. Lebih baik sendiri dulu daripada masuk ke hubungan yang salah. Kalian pantas mendapatkan cinta yang sehat dan tulus, bukan cinta yang memaksa kalian untuk menoleransi hal-hal yang menyakitkan. Jadi, bukalah mata dan hati dengan seimbang. Cinta yang baik akan membuat kalian merasa tenang, bukan penuh ketakutan.
Memulai hubungan baru memang selalu jadi momen yang penuh harapan. Tapi jangan sampai harapan itu berubah jadi jebakan hanya karena kalian belum siap melepaskan masa lalu. Hubungan baru bukan tempat untuk menyembunyikan luka, tapi ruang untuk tumbuh bersama—dengan kesadaran, kedewasaan, dan komitmen untuk saling menjaga.
Dengan menghindari lima kesalahan di atas, kalian memberi diri sendiri dan pasangan baru kesempatan terbaik untuk menciptakan sesuatu yang indah. Jangan terburu-buru, nikmati prosesnya. Karena hubungan yang sehat tidak dibangun dalam sehari, tapi dimulai dari niat yang tulus untuk melangkah dengan hati yang benar-benar siap.