5 Ketakutan Ini Membuat Cewekmu Tak Kunjung Menerima Lamaran

Menuju ke jenjang yang lebih serius adalah hal yang sangat diidam-idamkan. Lebih dari sekedar prosesi dan pesta yang sudah dinantikan. Tapi fase dimana status dan semua dalam hidup kita akan berubah pun sudah sangat ditunggu-tunggu.

Saat wanita dilamar oleh sang kekasih, maka belum tentu ia akan langsung menerima. Salah satu yang membuatnya ragu adalah ketidakseriusan saat sang kekasih menyatakan niatannya.

Banyak cara yang bisa digunakan pria saat hendak melamar sang kekasih. Tapi semua itu akan sirna dan tidak lebih penting dari sikap yang ditunjukkan. Bisa jadi ucapan saja bisa membuat wanita meleleh, tapi secara sikap, pria pun belum menunjukkan kesungguhan ingin berkomitmen untuk membangun keluarga.

Misalnya saja, ia yang masih saja malas melakukan hal produktif, pemarah atau kebiasaan buruk lainnya yang tak kunjung ia hilangkan. Lalu, apa yang bisa dijadikan alasan bagi wanita menerima mereka?

Banyak yang harus dipikirkan sebelum benar-benar menerima sebuah ajakan untuk menikah. Tak sedikit wanita yang merasa takut, cemas sampai was-was saat harus menjalani kehidupan berumah tangga. Salah satu yang membuat mereka masih saja takut terhadap sebuah komitmen pernikahan adalah cerita kegagalan orang lain.

Meski tak semua cerita manusia akan sama, tapi yang namanya takut atau cemas juga bisa membuat mereka tak juga yakin untuk menerima lamaran sang kekasih. Kegagalan seperti perselingkuhan atau KDRT yang mengakibatkan perceraian, bisa jadi membuat mereka cemas.

Mereka takut akan mengalami hal yang sama suatu hari nanti. Mereka hanya butuh diyakinkan saja, tidak disalahkan. Senab rasa cemas bisa datang kapan saja, lebih-lebih jika tidak mendapat pengalihan dari orang lain.

Selain ketakutan akan sebuah kegagalan. Wanita yang tak kunjung memberikan jawaban "ya" atau "tidak" pada lamaran kekasihnya. Sebenarnya nereka sedang memikirkan, apakah mereka layak, apakah mereka bisa dan apakah mereka sanggup menerima peran dan tanggungjawab baru sebagai seorang istri. Terlebih jika sebelumnya, mereka adalah anak yabg selalu dimanja dan semua kebutuhannya dipenuhi oleh orang lain. Bisa jadi juga mereka adalah wanita karir yang sibuk.

Peran baru, baik yang menambah peran saat ini atau mengganti peran sebelumnya. Tentu memberikan tekanan bagi seorang wanita. Terlebih jika setelah menikah mereka akan tinggal jauh dari keluarga. Maka semua tanggung jawab akan diemban berdua.

Tak semua wanita memiliki kesiapan yang sama meski untuk peran yang sama. Belum tentu semua wanita bisa menerima peran dan tanggung jawab serta menjalaninya dengan baik.

Selain mempertimbangkan kemampuan diri sendiri saat sudah menjadi istri nantinya. Banyak wanita yang tak kunjung menerima lamaran sang kekasih karena ia takut tak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Mungkin sebelum menikah, ia adalah wanita yang bebas dan bisa melakukan semua hal yang disukai--dari hobi sampai profesi. Maka setelah menikah, maka semua tak akan semudah itu.

Banyak wanita yang takut gerak geriknya, sikap dan kesukaannya dibatasi oleh suami dan keluarga mereka. Hingga hal itulah yang membuat merek tak kunjung yakin ingin menerima lamaran yang diajukan. Meski sesungguhnya ia sangatlah ingin bersanding dengan laki-laki yang ia cintai. Namun kecemasan itu masih saja meliputinya.

Apalagi yang ditakutkan selain perubahan yang memang sudah pasti akan terjadi. Dari perubahan kebiasaan, sikap sampai dengan bentuk tubuh pun tak kuasa membuat wanita begitu saja yakin ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius.

Meski perubahan itu pasti terjadi. Namun siapa kira jika rasa takut bisa datang kapan saja. Termasuk saat sepasang kekasih tinggal selangkah lagi melangkah menuju gerbang pernikahan. Keragu-raguan itulah yang kadang menjadi alasan bagi seorang wanita hingga ia menggantungkan jawaban pada pria yang melamarnya.