5 Pelajaran Jika Pacaran dengan Dia yang Perdana Jatuh Cinta

Jatuh cinta pertamanya ataupun perdana kali pacarannya itu membuat dia terkesan gila-gilaan. Melakukan apa yang tak biasanya dia lakukan demi mendapatkan atau menyenangkan hatimu. Tak jarang, upayanya justru terlihat konyol di matamu. Dia mungkin tak sadar sudah melangkah sejauh itu. Yang dia tahu hanyalah ingin memberikanmu yang terbaik.

Namun, di balik itu semua, kamu pasti mampu menangkap ketulusan darinya. Kentara sekali.

Kamu mungkin mendapati responnya yang terkesan inferior apabila hubungan kalian tengah berkonflik. Seolah dia memilih mundur sebab berpikiran takut akan menyakitimu, hubungan ini seolah racun yang akan menggerogotimu perlahan.

Dia merasa tak cukup layak bagimu, walaupun dia sudah sangat berusaha. Padahal, di matamu, pertengkaran dalam hubungan itu masih wajar. Jangan direndahkan, namun bimbinglah dia untuk belajar bertahan. Mempertahankan hubungan itu memang lebih kompleks, kok.

Sikapnya kadang membuatmu tak habis pikir, terutama ketika dia tak lihai membaca suasana hati dan situasi. Kamu mau marah, tapi kamu pun sadar bahwa dia tak bermaksud begitu.

Dia memang belum punya pengalaman yang mapan untuk itu, perbanyak saja tabungan sabarmu. Tegur dengan bijak jika sudah keterlaluan, berikan penjelasan dengan tenang. Mungkin kamu kadang malah tampak seolah mengajari atau bahkan mendiktenya. Toh, ini juga demi kebaikan hubungan kalian, dia pun berhak tahu letak kelirunya.

Melalui sosoknya, kamu dapat melihat refleksi dirimu ketika jatuh cinta atau pacaran pertama kali dulu. Sikap konyolnya, polosnya dalam mencintaimu, hingga tingkah-polah yang membuatmu naik pitam tapi tak bisa lepas marah begitu saja. Dan jika dulu kamu disakiti, maka jangan balas dendam padanya.

Dia tak salah. Ini pengalaman pertamanya, pasti akan sangat membekas di kemudian hari, bijaksanalah. Ingatlah ketika kamu pertama kali jatuh cinta dulu.

Seiring waktu, kamu akan menemukan sosoknya yang sudah semakin matang dalam menapaki perjalanan cinta kalian.

Dia sudah lebih piawai dalam mengelola perasaannya padamu. Dia tak lagi menggebu-gebu, melainkan tahu bagaimana memperlakukanmu tanpa harus diomeli ini-itu. Dia tak lagi si inferior, sebab tahu bahwa mempertahankan hubungan itu memang butuh kekuatan. Kamu pun menjadi pribadi yang lebih toleran, tabungan sabarmu pun lebih banyak.

Pribadi kalian bertumbuh dewasa bersama, saling belajar satu sama lain, dan memaknai cinta dengan lebih berharga.

Nah, adakah diantara kamu yang mengalami hal demikian? Share pengalamanmu di kolom komentar, yuk!