5 Tanda Waktu yang Tepat untuk Mengajak Doi Menikah

Mengajak anak orang untuk menikah denganmu jelas gak sama dengan ajakan makan atau jalan bareng di malam Minggu. Jadi, pemilihan waktunya harus tepat agar peluang dia menerima ajakanmu menikah menjadi lebih besar.
Selain itu, kamu sendiri juga harus mantap dengan keputusanmu untuk mengajaknya ke pelaminan. Jangan sekarang kamu yang ngajak nikah, tapi nanti kamu juga yang tahu-tahu membatalkan rencana pernikahan.
Sebesar apa pun keinginanmu buat segera bersanding dengannya, cermati dahulu apakah sekarang waktu yang tepat untuk mengajaknya berumah tangga. Kalau kamu hendak mengajaknya menikah, kelima tanda ini seharusnya sudah lengkap.
1. Kalian gak baru kenal

Baru kenal dengan baru berpacaran itu beda, lho. Jika kalian baru berpacaran, bisa saja kenalnya sudah lama. Misalnya, kalian berteman bahkan bersahabat sejak sekolah.
Ini membuat kalian telah saling mengenal sifat masing-masing. Tak apa-apa bila kamu ingin mengajaknya menikah tidak lama setelah kalian jadian. Namun jika kenalnya baru-baru ini, jangan deh.
Selain kamu sendiri belum mengenalnya dengan baik, dia pun dapat takut padamu. Kamu terkesan amat agresif dan kurang berpikir panjang soal masa depan rumah tangga kalian. Apalagi kenalnya cuma lewat media sosial, tambah mencurigakan!
2. Selama ini hubungan asmara kalian berjalan dengan baik

Masa pacaran kalian memang sudah lumayan lama. Akan tetapi, jangan hanya berpatokan pada usia hubungan. Lihat juga kualitas dari hubungan kalian selama ini.
Apakah hubungan tersebut cenderung mulus atau justru putus nyambung dan kerap diwarnai pertengkaran? Kalau hubungan kalian selama ini sudah terseok-seok, berpikirlah seribu kali sebelum mengajaknya menikah.
Sebab mungkin saja kalian memang tidak berjodoh. Daripada kelak kalian bercerai atau merasa tidak bahagia dalam pernikahan, sekarang pikirkan lagi baik-baik sebelum mengajaknya melepas masa lajang.
3. Sudah mengenal keluarga masing-masing

Bila kamu mengajak menikah seseorang yang tidak tahu keluargamu, begitu pula kamu tak mengenal keluarganya, ini berisiko. Apa risikonya? Yaitu, kamu atau dia berubah pikiran setelah hampir menikah dan tahu keluarga masing-masing.
Contohnya, karena merasa tidak cocok dengan sikap anggota keluarga atau gak mampu menerima kekurangan mereka lalu merasa malu. Berkenalanlah dulu dengan keluarga masing-masing. Minimal, sering-seringlah mengangkat topik keluarga kalian dalam obrolan biar saling tahu.
4. Pastinya kamu harus punya pekerjaan dan telah menyelesaikan studi

Menikah selagi berkuliah memang boleh-boleh saja. Namun, ada baiknya selesaikan dulu kuliahnya. Alasannya, awal rumah tangga membutuhkan masa adaptasi. Jika di antara kalian ada yang masih kuliah, takutnya malah jadi sulit fokus.
Lain jika setelah menikah beberapa tahun, salah satu hendak melanjutkan studi. Kondisi rumah tangga biasanya telah lebih stabil sehingga bisa 'ditinggal' berkuliah.
Dan sebagai pihak yang mengajaknya menikah, kamu wajib punya pekerjaan.Tanpa pekerjaan dan penghasilan yang memadai, bagaimana rumah tangga kalian bakal survive?
5. Kamu yakin hanya mencintai dia

Ayo, kembalikan dulu pada hatimu. Apakah dia satu-satunya orang yang mengisi hatimu? Bila ya, silakan mengajaknya menikah. Akan tetapi jika hatimu saja sebenarnya mendua, tunda dulu deh.
Kamu wajib mempertanggungjawabkan ajakan menikah itu dengan tidak menariknya kembali. Awas saja bila kamu mengajak menikah si A; tetapi ketika si B memberikan sinyal positif pada hatimu yang bercabang, kamu lantas mencampakkan si A. Itu jahat!
Keputusanmu untuk mengajak doi menikah tetap ada risiko penolakannya. Misalnya, bila dia masih ingin mengejar cita-cita. Kamu harus siap mendengarkan dan mempertimbangkan keinginannya, bukan cuma main paksa.