TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bikin Trauma, Inilah 7 Kekerasan Emosional Orangtua pada Anak

Terkadang orangtua adalah penyebabnya

ilustrasi menangis (pexels.com/Polina Zimmerman)

Segala bentuk kekerasan pada anak tidaklah benar, termasuk kekerasan emosional. Anak yang mengalami kekerasan emosinal tidak dapat di deteksi secara jelas karena tidak menimbulkan luka fisik melainkan luka batin.

Kekerasan emosional adalah jenis kekerasan secara verbal yang ditampakkan secara langsung maupun tidak langsung. Tidak jarang yang menjadi pelaku kekerasan ini adalah orangtua sendiri.

Anggapan orangtua selalu benar menjadi salah satu alasan anak tidak berani berontak. Padahal kekerasan emosional akan membekas di hati anak dan menjadi trauma.

Berikut 7 kekerasan emosional yang sering dilakukan orangtua pada anak. Apakah kamu juga pernah merasakannya?

1. Selalu mengungkit kesalahan dan biaya hidup

ilustrasi orangtua berbicara pada anak (pexels.com/Monstera)

Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya berhasil dalam tiap fase kehidupan. Namun, anak hanyalah manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan.

Sudah seharusnya orangtua tetap mendukung anak di setiap keadaan susah maupun senang. Namun, beberapa orangtua tidak dapat menerima kegagalan anak.

Misalnya, ketika anak mendapatkan nilai jelek, orangtua mulai mengungkit kesalahanmu karena tidak pernah belajar, malas, bahkan membandingkan kamu dengan anak tetangga.

Lebih buruk lagik, jika orangtua mengungkit biaya yang sudah dikeluarkan untuk les, sekolah, dan menghidupi anak. Tidak enak didengar, bukan? Tanpa disadari, hal inilah yang membuat anak menjaga jarak dan lebih tertutup kepada orangtuanya.

2. Bersikap manipulatif 

ilustrasi anak yang diatur orangtua (pexels.com/Monstera)

Sifat manipulatif adalah bentuk kekerasan emosional secara tidak langsung. Bahkan, beberapa orang tidak sadar jika mereka bersifat manipulatif. Tidak hanya dalam hubungan asmara, manipulasi juga bisa dilakukan oleh orangtua.

Contohnya, anak mendapatkan pekerjaan di luar kota. Namun, orangtua tidak setuju dan berkata, bahwa lebih baik mereka dikirim ke panti jompo, jika sang anak meninggalkan mereka. Padahal solusinya masih bisa dicari tanpa harus mengorbankan keduanya.

Sifat manipulatif seperti itu akan membuat anak takut untuk mengambil keputusan dan mengabaikan perasaannya sendiri.

Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Membuat Anak Kecanduan Gadget, Karena Orangtua?

3. Usaha dan prestasi anak dipandang sebelah mata

ilustrasi anak kecil (pexels.com/Victoria Borodinova)

Mungkin ada orang yang menganggap jika terlalu banyak mendapat pujian akan membuat anak jadi besar kepala dan cepat merasa puas. Padahal, tidak perlu membelikan hadiah atau reward, anak akan merasa dihargai jika usahanya diapresiasi.

Hal tersebut juga dapat menumbuhkan rasa optimis untuk menjadi lebih baik lagi. Jika pencapaian anak selalu dipandang sebelah mata oleh orangtua, nantinya akan membuat si anak merasa tidak percaya diri.

4. Meremehkan perasaan anak

ilustrasi anak sedang dinasehati oleh orangtua (pexels.com/Monstera)

Semua perasaan yang dirasakan manusia itu valid tak peduli berapapun usia mereka. Terkadang, orangtua tidak menyukai jika anak menunjukan emosi negatif seperti perasaan sedih, kesal atau marah.

Mungkin tujuannya supaya anak selalu besyukur dan merasa bahagia dalam kehidupannya, tetapi perasaan negatif itu tidak seharusnya dianggap remeh dan diabaikan.

Hal tersebut dapat menyebabkan anak membatasi emosinya dan terlalu keras pada dirinya sendiri. Itulah alasan mengapa kebanyakan anak lebih suka bercerita pada sahabat daripada orangtua mereka.

5. Tidak meminta maaf saat melakuakan kesalahan

ilustrasi anak merasa bersalah (pexels.com/ cottonbro)

Anggapan orangtua selalu benar memang tidak bisa dihilangkan dari mindset kebanyakan orang. Hal ini yang menyebabkan orangtua sulit mengucap maaf ketika melakukan kesalahan.

Padahal, meminta maaf tidak akan mengurangi rasa hormat anak pada orangtua. Justru tindakan tersebut sangat bijak dan akan menjadi contoh yang baik untuk anak.

6. Anak dicap durhaka ketika memberikan opini

ilustrasi ibu memarahi anak (pexels.com/RODNAE Productions)

Merupakan hal yang wajar jika anak punya pemikiran yang berbeda dengan orangtua, karena beda generasi biasanya mempunyai pola pikir yang berbeda pula.

Dalam parenting yang toxic, anak akan dianggap membangkang jika memiliki perbedaan pendapat dan tidak boleh berkata "tidak" pada orangtua. Hal ini tentu akan berpengaruh pada kehidupan sosial si anak. Mereka akan menjadi pendiam dan tidak berani menyampaikan pendapat.

Oleh sebab itu, jika kamu memiliki perbedaan pendapat dengan orangtua, sebaiknya lebih selektif dalam cara menyampaikan pendapat tersebut. 

Baca Juga: 5 Tantangan Orangtua Muda di Masa Pandemik, Jangan Abai!

Verified Writer

Delweys Octoria

Hi, bestie! Have a great day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya