TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bibit Bebet Bobot dalam Mencari Pasangan Bukan Lagi Jadi Prioritas!

Closeup segarkan makna bibit, bebet, dan bobot

Ilustrasi pasangan muda mudi (IDN Times/Mardya Shakti)

Pernah dengar sebuah filosofi tentang “Bibit, Bebet, Bobot”? Filosofi tersebut merupakan kriteria yang biasa dipakai dalam keluarga secara turun temurun untuk mencari pasangan. Hal ini sangat relate untuk pasangan yang menjalani hubungan unconventional karena permasalahan 3B tersebut, mungkin menjadi salah satu tantangan terbesar mereka.

Sebuah pertanyaan pasti kerap muncul di pikiranmu. Apakah di zaman yang sudah lebih maju dan berkembang ini, filosofi 3B masih cukup relevan? Berangkat dari hal tersebut, Closeup tergerak untuk membantu para pasangan muda unconventional memaknai kembali filosofi 3B yang relevan dengan keadaan saat ini.

Selain itu, Closeup juga mengajak pasangan muda untuk lebih berani mengungkapkan isi hati mereka dengan kampanye #SpeakUpforLove, seperti yang dibahas pada (9/8/2022) di Habitate Jakarta. Mari kita simak bersama untuk fakta menarik seputar 3B!

1. Filosofi 3B sebagai kriteria mencari pasangan

ilustrasi pasangan (IDN Times/Mardya Shakti)

Berbicara tentang Bibit, Bebet, Bobot, tiga hal tersebut sejatinya sudah gak asing lagi untuk kita dengar. Melalui 3B itulah, biasanya para orangtua akan menentukan kriteria pasangan yang dianggapnya terbaik untuk anaknya kelak.

3B sendiri mempunyai arti yaitu Bibit (garis keturunan), Bebet (status ekonomi), dan Bobot (pengetahuan atau keterampilan).  Mungkin menurut keluarga, filosofi tersebut adalah yang terbaik. Namun, itu sebenarnya bisa membuat sang anak kesulitan, lho!

Mereka seakan mempunyai tanggung jawab besar untuk memenuhi kriteria dari keluarga. Bukan hal mudah untuk mencari seseorang yang benar-benar sesuai dengan tiga kriteria dari 3B.

2. 3B menjadi tantangan untuk pasangan unconventional

Konferensi Pers Closeup Memaknai kembali 3B (dok. Closeup)

Penggunaan 3B yang begitu kuat di dalam suatu keluarga, nyatanya jadi tantangan terbesar untuk mereka yang menjalani hubungan unconventional. Hubungan yang dimaksud adalah mereka yang memiliki banyak perbedaan seperti usia, ras atau suku, dan tingkat ekonomi.

“Pemahaman lama mengenai filosofi ini tidak jarang mengakibatkan banyak pasangan, utamanya mereka yang menjalin hubungan yang unconventional karena perbedaan mencolok, terpaksa menyudahi hubungan karena merasa tidak mampu memenuhi harapan dari keluarga maupun lingkungan,” jelas Distya Tarworo Endri, Head of Marketing Oral Care Category, PT Unilever Indonesia, Tbk.

Baca Juga: 5 Tips Gak Bergantung pada Pasangan ketika Pacaran

3. Tips komunikasi dengan orangtua dalam membicarakannya

Konferensi Pers Closeup Memaknai kembali 3B (dok. Closeup)

Mengalami penolakan tentu bukan hal yang diinginkan oleh semua orang. Apalagi jika penolakan tersebut berasal dari orangtua.

Untuk itu, penting sekali menciptakan komunikasi antara kamu dan pasangan dengan orangtua. Hal tersebut diungkapkan oleh Pingkan Rumondor, M.Psi., Psikolog Klinis dan Peneliti Relasi Interpersonal. Untuk membuat orangtua percaya, kamu harus meyakinkan bahwa kamu dan pasangan telah memiliki visi yang sejalan serta siap menjalaninya.

“Dengerin dulu apa yang menjadi alasan orangtua gak menyetujui hubungan ini, kemudian coba tunjukkan bahwa kekhawatiran itu gak akan terjadi,” ungkap Pingkan.

4. Hasil studi yang dilakukan oleh Closeup

Konferensi Pers Closeup Memaknai kembali 3B (dok. Closeup)

Closeup melakukan studi yang memperlihatkan bahwa kriteria generasi muda dalam memilih pasangan telah mengalami pergeseran. Mereka lebih mendambakan chemistry secara interpersonal, pemikiran yang luas, dan visi yang sejalan.

Studi kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan Closeup melibatkan lebih dari 160 responden dari berbagai wilayah Indonesia. Hasil dari studi ini memperlihatkan bahwa masih adanya pasangan atau orang yang ragu dalam menjalani hubungan unconventional karena faktor 3B dan penilaian lingkungan.

“5 dari 10 merasa benar sih bahwa hubungan ini masih ada pengaruh penilaian lingkungan dan membuat mereka meragukan masa depan hubungannya,” jelas Distya.

5. Memaknai kembali 3B

ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sejalan dengan hasil studi dari Closeup, ada  5 dari 10 orang merasa bahwa makna dari 3B ini harus diperbaharui. Hal itu karena, 3B sudah gak lagi relevan dan menjadi prioritas bagi pasangan muda di Indonesia.

Makna yang lebih fresh dari filosofi 3B terangkum sebagai:

  • Bibit: tentang keturunan tapi bukan stereotype, lebih untuk understanding tentang lingkungan dan keluarga. Meyakinkan bahwa ia memiliki lingkungan atau support system yang mendorongnya untuk bertumbuh.
  • Bebet: yang penting adalah bagaimana kita memaksimalkan potensi diri, seperti apakah nantinya akan bertanggung jawab untuk keluarga.
  • Bobot: pendidikan memang penting, tapi yang penting juga adalah visi dan mindset bisa sejalan dan itu turut berhubungan dengan komunikasi.

Baca Juga: 5 Cara Mengurangi Sikap Mengkritik Berlebihan ketika Pacaran

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya