Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Awas! 3 Pemikiran Toksik Ini Diam-diam Menjadi Duri dalam Hubungan 

ilustrasi wanita bersedih (pexels.com/Gustavo Fring)
Intinya sih...
  • Komitmen dalam hubungan harus dilakukan secara sengaja, termasuk menurunkan ego dan belajar mengungkapkan kebutuhan secara terbuka.
  • Ekspektasi tidak diucapkan bisa menjadi bibit toksik dalam hubungan, gantilah dengan pemikiran "aku akan mengekspresikan kebutuhan dan ekspektasiku secara terbuka".
  • Tuntutan berlebihan dan miskonsepsi bahwa hubungan sejati datang tanpa perlu dikerjakan bisa menyabotase hubungan, padahal konflik membangun keintiman.

Komitmen dalam hubungan adalah satu hal yang harus dikerjakan secara sengaja. Bukan hanya meluangkan waktu dengan pasangan, tapi juga belajar untuk menurunkan ego dan gengsi demi relasi itu sendiri.

Yang tidak kalah krusial, pemikiran dan perasaan yang kamu miliki terhadap relasi berpengaruh besar terhadap bagaimana kamu akan mengerjakan hubungan itu sendiri. Sayangnya, banyak orang masih tidak menyadari ia sebenarnya sedang menyimpan-nyimpan pemikiran toksik.

Dari luar terdengar teguh dan berprinsip, tapi sebenarnya tiga pemikiran di bawah adalah toksik dan bisa menyabotase hubungan. Pilah-pilah lagi, deh, sebelum berbuat!

1."Kalau dia benar-benar mencintaiku, dia pasti tahu segalanya tentangku"

ilustrasi pasangan (pexels.com/Timur Weber)

Hayo, siapa yang masih sering punya miskonsepsi tentang arti mencintai? Banyak orang berasumsi bahwa cinta berarti otomatis saling memahami. Walau memang pengenalan dan pengertian adalah fondasi dari cinta dan hubungan, tidak berarti pasanganmu langsung otomatis tahu segala hal tentangmu.

Ekspetasi yang tidak diucapkan bisa menjadi bibit toksik dalam hubungan. Cinta tidak membuat seseorang menjadi tahu segalanya. Harapan tidak realistis seperti itu hanya akan menjadi bumerang kekecewaan.

Gantilah pola pikir demikian dengan pemikiran ini, “karena aku mencintainya, aku akan mengekspresikan kebutuhan dan ekspetasiku secara terbuka”. Ini yang menciptakan kebiasaan komunikasi yang langsung, jujur, dan terbuka.

2. "Dia seharusnya berubah, karena akulah yang paling benar"

ilustrasi pasangan (pexels.com/İlkin Efendiyev)

Tuntutan berlebihan juga bisa menjadi duri dalam hubungan. Percaya, deh, semirip, sedekat, dan secocok apa pun kamu dengan pasangan, pasti ada satu-dua perbedaan. Itulah yang membuat hubungan semakin bermakna.

Namun bila kamu tidak bisa memandang dan menerima perbedaan ini dengan sehat, perbedaan itu bisa menjadi ancaman. Alih-alih menerima dan menghargai pasanganmu sebagai dirinya apa adanya, kamu malah berusaha keras untuk membentuknya menjadi “sempurna”, sesuai dengan versi idealmu.

Alhasil, hubungan yang tercipta penuh dengan kontrol satu pihak alih-alih didasari oleh koneksi yang kuat. Jangan terus bertanya, “bagaimana cara mengubah dia?”, melainkan mulai pikirkan, “bagaimana aku bisa menerima pasanganku apa adanya?”

3."Hubungan sejati seharusnya efforless"

ilustrasi pasangan (pexels.com/RDNE Stock Project)

Banyak orang masih terjebak dalam miskonsepsi bahwa hubungan sejati datang dengan “mudah”, tanpa harus dikerjakan. Seolah kamu dan doi memang tercipta untuk satu sama lain. Tidak ada konflik, tidak ada drama, dan selalu sependapat dalam hal apa pun.

Padahal, hal tersebut keliru besar. Ketika kamu berkomitmen dalam hubungan, itu berarti kamu berkomitmen untuk mengenal doi lebih dalam, berkomitmen untuk terus mengusahakan hubungan itu apa pun keadaannya.

Konflik bukan hal buruk, selama bisa dihadapi dan diselesaikan dengan baik. Justru itu akan semakin membuka pintu keintiman dalam hubungan kalian.

Cinta pun perlu dibangun dan dikerjakan dengan sengaja. Ada kalanya bosan, sulit, tidak enak, tapi di saat-saat itulah hubunganmu sedang bertumbuh. Jadi, jangan cepat menyerah! Jangan mudah terombang-ambing oleh pemikiran dan standar tidak realistis yang nantinya malah menjatuhkanmu lebih dalam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Caroline Graciela Harmanto
EditorCaroline Graciela Harmanto
Follow Us