Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan yang Bikin Proses Cerai Jadi Berantakan

bertemu pengacara dan membaca surat cerai
ilustrasi proses cerai (pexels.com/Karola G)
Intinya sih...
  • Kebiasaan curhat ke banyak orang tanpa memilah informasi
  • Konsistensi cerita yang sering berubah
  • Komunikasi yang dibiarkan saat situasi sudah tidak netral
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Cerai sering terasa lebih rumit dari dugaan awal karena banyak hal kecil ikut mengacaukan prosesnya. Beberapa orang baru sadar bahwa keputusan besar ini butuh langkah yang rapi, bukan sekadar keinginan untuk berpisah.

Situasi emosional juga membuat keputusan kecil terasa seperti beban tambahan. Agar tidak terseret masalah baru, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sejak awal. Berikut hal-hal yang jarang dibahas tetapi sering bikin proses cerai semakin berantakan.

1. Kebiasaan curhat ke banyak orang tanpa memilah informasi

seorang perempuan sedang curhat dengan temannya
ilustrasi curhat (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Saat menghadapi cerai, beberapa orang merasa perlu bercerita ke banyak teman untuk mencari dukungan. Masalahnya, cerita yang disebar tanpa dipilah sering kembali dalam bentuk yang berbeda dan memicu masalah baru. Informasi yang tersebar ke luar lingkaran yang aman bisa menciptakan gosip yang tidak kamu rencanakan. Hal ini akhirnya menambah tekanan mental dan membuat proses cerai terasa lebih berat daripada yang seharusnya.

Curhat masih boleh, tetapi penting memilih siapa yang betul-betul aman untuk diajak berbagi. Batas yang jelas membantu kamu tidak menyebarkan hal yang nantinya menyulitkan diri sendiri. Dengan selektif, kamu bisa menjaga proses cerai tetap fokus pada inti masalah. Langkah kecil seperti ini membuat kamu tetap punya ruang untuk menenangkan diri tanpa membuat situasi makin keruh.

2. Konsistensi cerita yang sering berubah

mediasi perceraian
ilustrasi mediasi perceraian (pexels.com/cottonbro studio)

Proses cerai membutuhkan alasan yang jelas sejak awal, karena itu pengacara dan hakim harus menerima informasi yang sama setiap kali kamu menjelaskan situasi. Masalah muncul ketika alasan cerai berubah-ubah, misalnya hari ini karena KDRT, esok karena perselingkuhan, lalu minggu depan muncul alasan berbeda lagi. Perubahan seperti itu membuat pihak yang membantumu sulit menentukan langkah yang tepat. Selain itu, pihak lawan bisa memakai ketidakkonsistenan itu untuk mengaburkan duduk perkara.

Perbedaan cerita juga membuat dokumen yang sudah disiapkan menjadi tidak relevan sehingga proses akhirnya harus diulang. Banyak orang tidak sadar bahwa perubahan kecil dalam penjelasan dapat mengubah cara hakim menilai situasi. Dengan cerita yang rapi sejak awal, proses cerai lebih mudah diatur karena semua pihak memahami konteksnya dengan jelas. Konsistensi bukan untuk menyulitkan, tetapi untuk menjaga agar proses hukum tidak terhambat oleh hal-hal yang seharusnya bisa dihindari.

3. Komunikasi yang dibiarkan saat situasi sudah tidak netral

chat dengan mantan pasangan
ilustrasi komunikasi (pexels.com/Roman Pohorecki)

Setelah memutuskan cerai, komunikasi dengan pasangan biasanya berubah cukup drastis. Namun sebagian orang tetap memakai cara bicara lama seperti ketika hubungan masih berjalan stabil. Hasilnya, obrolan kecil dapat berubah jadi adu pendapat karena situasinya sudah berbeda. Pembahasan yang seharusnya teknis sering melebar ke masalah lama yang tidak relevan lagi.

Membuat cara komunikasi baru bisa membantu menurunkan ketegangan selama proses cerai. Kamu bisa memakai pesan singkat yang lebih ringkas agar pembahasan tidak meluas. Menentukan waktu bicara juga membantu agar emosi tidak ikut campur saat mengambil keputusan penting. Dengan komunikasi yang terarah, proses menjadi lebih mudah dijalani tanpa harus terseret konflik yang sebenarnya sudah lewat.

4. Mengatur ulang aktivitas sehari-hari tanpa perhitungan yang matang

ibu dan tiga orang anaknya
ilustrasi ibu tunggal (pexels.com/Helena Lopes)

Perubahan terbesar setelah cerai bukan hanya soal hukum, tetapi aktivitas sehari-hari yang ikut berubah. Beberapa orang fokus pada sidang sampai lupa menyiapkan hal dasar seperti jadwal anak, biaya harian, atau rencana tinggal setelah pisah. Ketidaksiapan ini membuat hari-hari pertama terasa kacau dan memengaruhi fokus selama proses cerai. Kondisi seperti itu sering membuat seseorang merasa kehilangan kendali.

Mengatur ulang aktivitas perlu jelas dari awal. Mulai dari hal yang paling mendesak dapat membantu kamu menyesuaikan hidup yang baru. Pengaturan sederhana ini membuatmu tidak kewalahan saat menghadapi perubahan yang datang bersamaan. Dengan langkah yang terencana, proses cerai tidak ikut terganggu oleh hal-hal teknis yang terlambat disiapkan.

5. Menunda urusan teknis karena terlalu fokus pada emosi

seorang pria yang bersandar di tembok
ilustrasi emosi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Emosi yang naik turun sering membuat seseorang menunda hal-hal penting seperti mengumpulkan dokumen, mengecek data, atau menyiapkan bukti yang diperlukan. Penundaan kecil ini bisa memberi kesan bahwa kamu tidak siap atau tidak serius menjalani proses cerai. Dalam beberapa kasus, penundaan justru memperkeruh hubungan dengan pihak lawan karena dianggap menghambat. Padahal sebagian besar terjadi karena kelelahan mental.

Memisahkan waktu khusus untuk mengurus hal teknis membantu kamu menyelesaikan proses tanpa merasa kewalahan. Daftar sederhana berisi apa yang harus dipersiapkan dapat mempercepat alurnya. Kamu juga bisa meminta bantuan orang yang kamu percaya untuk hal-hal yang sifatnya administratif. Dengan pengaturan yang lebih rapi, proses cerai tidak terbebani oleh urusan teknis yang seharusnya bisa diselesaikan sejak awal.

Cerai memang membawa perubahan besar, tetapi beberapa langkah sederhana dapat membuat prosesnya tidak terlalu berantakan. Namun, yang penting, kamu bisa mengenali hal-hal kecil yang berdampak besar pada jalannya proses. Dari semua poin ini, mana yang paling ingin kamu perbaiki dulu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Cara Membuat Vision Board yang Efektif untuk Mewujudkan Mimpi

30 Des 2025, 23:15 WIBLife