Mekala-kalaan atau madengen-dengen adalah rangkaian prosesi adat Bali yang terdiri dari menyentuhkan kaki pada kala sepetan, jual beli, dan menusuk tikeh dadakan, serta memutuskan benang. Pertama kedua mempelai melakukan upacara menyentuhkan kaki pada kala sepetan yang bertujuan untuk menyucikan dan membersihkan diri. Ritual ini dimulai dengan mempelai wanita membawa bakul perdagangan, dan mempelai pria memikul tegen-tegenan, keduanya berputar sebanyak tiga kali mengelilingi pesaksi, kemulan, dan penegteg. Setelah itu baru menyentuhakn kaki pada kala sepetan.
Kemudian dilanjutkan dengan prosesi jual beli oleh kedua mempelai, kegiatan ini adalah simbol dari kehidupan berumah tangga yang harus saling melengkapi, memberi dan mengisi, hingga meraih tujuan yang ingin dicapai. Seusai jual beli, mempelai wanita telah siap memegang anyaman tikar yang terbuat dari pandan muda (tikeh dadakan), sedangkan calon mempelai pria menyiapkan keris. Menurut kepercayaan Hindu, tikeh dadakan menyimbolkan kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan yoni), sedangkan keris pria melambangkan kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga).
Prosesi memutuskan benang dimulai dengan kedua mempelai yang bersama-sama menanam kunyit, talas, dan andong di belakang merajan (tempat sembahyang keluarga). Ritual ini sebagai wujud melanggengkan keturunan keluarga. Kemudian setelah itu memutuskan benang yang terentang pada cabang dadap (papegatan) yang berarti kedua mempelai siap memulai hidup berkeluarga.