Ayah, Lewat Surat Ini Akan Kuceritakan Sosok Lelaki Cinta Pertamaku
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Artikel ini merupakan karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.
Ayah, engkau harus tau siapa cinta pertama dan siapa laki-laki yang selalu bertahta di hati putrimu. Putrimu mencintainya lebih dari laki-laki manapun. Laki-laki hebat itu adalah engkau, Ayah. Masih jelas dalam ingatanku, ketika engkau begitu sabar menuntunku berjalan. Mengajariku mengayuh sepeda agar mencapai keseimbangan. Seperti filosofi hidup.
Hingga suatu waktu aku beranjak remaja. Mungkin dulu aku tak mengerti kenapa ayah memberlakukan aturan jam malam untuk putri-putrinya. Bagiku itu hal kuno. Sampai aku beranjak dewasa dan akhirnya aku paham bagaimana susahnya menjaga anak perempuan. Terlebih untuk seorang ayah. Banyak hal yang engkau ajarkan padaku agar kelak tumbuh menjadi wanita terhormat, yang menjunjung tinggi harga diri sebagai wanita.
Ayah, susah payah kau menjaga anak gadismu ini. Sekarang aku tahu kenapa dirimu begitu mengkhawatirkanku.
Editor’s picks
Ayah, aku tau di balik sikap ayah yang kaku, di situ ayah berusaha menyembunyikan rasa cemburu ketika aku berusaha memperkenalkan pria pilihanku. Bukan cemburu tanpa sebab, melainkan ayah khawatir, takut, dan was-was jika lelaki pilihan putrinya itu bukanlah lelaki yang baik. Ayah akan menimbang dan memikirkan matang-matang apakah lelaki itu pantas. Tentu ayah tak mau melepas putrinya untuk lelaki yang tak bertanggung jawab.
Ayah, suatu saat engkau akan melepasku bersanding dengan pria lain. Aku tau, ayah bukanlah sosok yang ekspresif. Mungkin ketika waktu itu tiba, aku tidak akan melihat air mata bahagia sekaligus haru dari ayah.
Mungkin ayah akan flashback sejenak dan bergumam lirih dalam hati, “Anak gadis manis yang dulu belum bisa berjalan, belum bisa mengayuh sepeda, sekarang telah menjelma menjadi perempuan dewasa yang sudah menjadi tanggung jawab lelaki lain. Lelaki yang semoga terbaik dari yang terbaik”. Sebegitu cintanya seorang Ayah kepada anak perempuannya.
Ayah, terima kasih atas kasih sayangmu. Ketahuilah, hanya dirimulah cinta pertamaku!
Kini aku paham, menjaga anak perempuan lebih sulit daripada menjaga anak kecil. Ayah akan rela berkorban apapun untuk putrinya. Susah payah engkau menjaga putrimu. Do’akan putrimu agar kelak bisa bersanding dengan sosok lelaki sepertimu, Ayah. Lelaki yang bisa menjagaku seperti engkau menjaga dan melindungiku dari kecil hingga sekarang.
Ayah, semoga senantiasa engkau diberi kesehatan. Do’akan putrimu ini bisa membahagiakanmu seperti engkau membahagiakanku dulu. Terima kasih atas pengorbanan yang engkau berikan. Terima kasih engkau telah menjadi cinta pertamaku, Ayah.