Apa Itu Gray Divorce? Ini Dia Pengertian dan Tips Menghadapinya!

Mempertahankan hubungan pernikahan memang bukan hal yang mudah. Bukan hanya bagi pasangan muda saja, pasangan lansia juga kerap mengalami kesulitan dalam hubungan pernikahannya. Hal tersebut terkadang akhirnya berujung pada perceraian.
Mungkin, kita sudah gak asing dengan fenomena perceraian. Namun, tahukah kamu bahwa ada juga istilah yang dikenal dengan gray divorce (perceraian kelabu)? Istilah ini digunakan untuk konsep perceraian pada hubungan lansia. Simak di bawah ini penjelasan lebih lengkapnya beserta penyebab dan tips menghadapinya.
1. Apa itu gray divorce?
Dalam bahasa Indonesia, gray divorce dikenal juga dengan istilah perceraian kelabu. Dilansir Psychology Today, Carol Hughes dan Bruce Fredenburg, seorang certified-licensed marriage dan terapis keluarga, menyebutkan bahwa gray divorce mengacu pada pasangan yang berusia 50 tahun ke atas.
Dapat dikatakan bahwa gray divorce merupakan istilah perceraian yang digunakan oleh pasangan lansia. Mengutip dari She Knows, Korin Miller, penulis spesialis lifestyle, menyebutkan bahwa orang berusia 50-an mungkin gak siap menghadapi apa yang terjadi selanjutnya sehingga memilih bercerai.
2. Fenomena gray divorce kian bertambah setiap tahunnya
Miller menunjukkan data bahwa perceraian secara umum memang menurun. Walau begitu, gray divorce justru semakin meningkat. Data dari Pew Research Center menunjukkan bahwa orang yang berusia 50 tahun ke atas mengakhiri pernikahannya dua kali lipat dibandingkan pada tahun 1990-an lalu.
Hal itu selaras dengan yang ditulis juga oleh studi National Center for Family & Marriage Research. Mereka menuliskan bahwa tingkat perceraian pasangan 50 tahun ke atas mengalami peningkatan sampai 2 kali lipat dibandingkan tahun 1990 dan 2010.
Baca Juga: 5 Tips Menghadapi Proses Perceraian, Jaga Kestabilan Emosi
3. Mengapa fenomena gray divorce semakin meningkat?
Sebenarnya, banyak yang menyebabkan fenomena gray divorce ini kian meningkat. Misalnya, faktor perubahan masyarakat yang disebutkan oleh Holly J. Moore, seorang pengacara hukum keluarga, dilansir She Knows.
Editor’s picks
"Saya yakin peningkatan perceraian di kalangan orang berusia 50 tahun ke atas dapat dikaitkan dengan perubahan masyarakat. Perceraian kurang dapat diterima dan sering kali tidak memungkinkan secara finansial di masa lalu karena rumah tangga berpenghasilan tunggal," jelasnya.
Dahulu, perceraian mungkin masih sangat dianggap tabu sehingga banyak pasangan yang berusaha mempertahankan pernikahan. Berbeda dengan sekarang, pandangan masyarakat sudah lebih bebas dan mandiri. Menurut Moore, dengan adanya pergeseran perspektif ini, perceraian di kalangan lansia bukan lagi hal yang terlalu tabu. Itulah yang akhirnya menyebabkan fenomena ini meningkat sampai dua kali lipat dibandingkan 10-20 tahun lalu.
4. Penyebab terjadinya gray divorce
Melansir Forbes, Marguerita Cheng, seorang Certified Financial Planner, menyebutkan beberapa penyebab terjadinya gray divorce. Mulai dari masalah finansial hingga usia yang semakin menua.
Pertama adalah finansial. Keuangan menjadi penyebab utama yang muncul dalam fenomena ini. Keuangan bisa jadi sulit untuk ditangani, terutama ketika salah satu pasangan mempunyai tantangan dalam mengelolanya. Pasangan yang bergelut dengan utang atau terus-menerus bertengkar soal keuangan, sering kali berakhir dengan perceraian. Termasuk, pasangan yang ada di usia lansia.
Kedua adalah jiwanya yang sudah lama gak sejalan. Banyak pasangan lansia yang akhirnya memutuskan untuk bercerai karena memang sudah gak sejalan. Terlebih di usia lansia pun, biasanya ada perubahan emosi yang lebih signifikan. Gak jarang, gray divorce terjadi karena memang sudah lama ditunda. Entah karena faktor anak-anak atau yang lainnya. Mungkin, ada beberapa pasangan yang sebenarnya sudah gak sejalan sejak lama sehingga baru memutuskan bercerai di usia yang sudah lanjut.
5. Apa yang harus dipertimbangkan?
Kian maraknya fenomena gray divorce sebenarnya jadi hal yang patut diwaspadai. Banyak juga pertimbangan yang harus dilakukan sebelum memutuskan bercerai di usia lansia. Langkah terbaik sebelum memutuskan bercerai adalah berkonsultasi dengan pengacara.
"Luangkan waktu untuk berbicara dengan pengacara perceraian untuk mengidentifikasi potensi masalah dan dampaknya, sehingga kamu dapat membuat keputusan yang tepat dan mengambil langkah apa pun yang diperlukan untuk menempatkan kamu pada posisi terbaik jika memutuskan untuk bercerai," saran Paul Talbert, Founder Donohoe Talbert (konselor keluarga), dilansir Psychology Today.
Moore menyarankan, jika akhirnya memang harus bercerai, maka ini waktunya kamu menemukan sesuatu yang positif. Misalnya, melakukan hobi atau menetapkan tujuan karier baru sehingga bisa memberikan nilai positif untuk diri sendiri.
Itu dia beberapa penjelasan terkait gray divorce. Pada intinya, fenomena ini terjadi pada pasangan di atas 50-an atau lansia. Sebenarnya, secara keseluruhan hampir sama seperti perceraian umum. Hanya saja, ada beberapa penyebab dan tantangan yang berbeda.
Baca Juga: 4 Faktor yang Paling Sering Jadi Penyebab Perceraian