Pertanyaan yang Takut Kutanyakan Padanya

Pandangan kuarahkan ke sekeliling, memperhatikan segerombolan orang yang lalu lalang. Sejenak kulirik dirinya yang berada di seberangku, dia pun juga demikian, memandang entah kemana, yang pasti tak sama dengan arah yang kupandang. Tak ada sepatah katapun yang terdengar selain suara-suara ramainya mall ini. Tapi kosentrasiku selalu saja terfokus padanya, berusaha merespon secepat mungkin bilamana dia mengucapkan sesuatu padaku. Kami tak sedang marahan seperti ABG yang baru beberapa bulan pacaran, kami sudah melalui masa-masa itu. Kami juga tak sedang saling mendiamkan seperti saat salah satu dari kami melakukan sebuah kesalahan, kami sudah lama melewati kebiasaan itu. Bukankah pertemuan ini terasa aneh?
Entah sejak kapan aku merasa aneh saat bertemu dengannya, merasa aneh dengan kencan ini. Dia lebih banyak diam dan lebih sering memperhatikan sekitar, memandang apa saja yang penting bukan orang di seberangnya. Tak lagi kurasakan genggaman erat tangannya dan berbagai hal kecil yang dulu sering dia lakukan. Bertemu denganku seolah-olah seperti sebuah kewajiban yang harus dikerjakan, bukan untuk bersenang-senang atau bahkan untuk melepas rindu. Dia lebih riang gembira saat bertemu dengan teman-temannya dibandingkan denganku, akan sangat terlihat perbedaannya. Astaga, apa aku iri dengan teman-temannya? Kurasa iya sedikit, tapi itu tidak penting, karena mungkin baginya rasa iri ini tak masuk akal. Aku tak berhak mempermasalahkan hal ini, dia pasti menganggapku berlebihan, aku memilih diam.
Mungkin dia sedang bosan?