Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Konflik saat Hendak Pindah Agama agar Bisa Nikah, Yakin?

ilustrasi berdoa (pexels.com/Garon Piceli)

Pernikahan beda agama masih sulit dilakukan di Indonesia. Dilansir Komisi Yudisial, Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menyebutkan bahwa, "Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu." Lebih lanjut Pasal 40 huruf (c) Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria kepada seorang wanita yang tidak beragama Islam.

Demikian pula pada Pasal 44 Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa seorang wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak beragama Islam. Lebih jelasnya, dalam laman Kemenagdituliskan bahwa apabila ada perkawinan beda agama, maka salah satu pihak harus menundukkan diri pada agama pasangannya. Singkatnya, salah satu wajib pindah keyakinan dulu yang dibuktikan dengan perubahan agama dalam KTP.

Jika saat ini kamu sedang menjalani hubungan dengan seseorang yang berbeda agama, pikirkan betul masa depan kalian. Ke mana kalian ingin membawa hubungan ini? Dirimu dan dirinya tentu tidak bisa selamanya berpacaran. Akan tetapi, bila kalian hendak menikah dan harus ada salah satu yang pindah agama juga bukan hal mudah. Berikut lima konflik yang bakal terjadi jika harus pindah agama agar bisa nikah. Kalian harus berpikir ulang sampai yakin betul untuk ganti keyakinan.

1. Konflik dengan pasangan, siapa yang akan pindah keyakinan?

ilustrasi berdoa (pexels.com/RDNE Stock Project)

Meski kalian saling mencintai dan sama-sama ingin untuk terus bersama, tiba waktunya membicarakan syarat pindah agama agar bisa menikah mungkin bakal berlangsung panas. Makin kalian taat pada keyakinan masing-masing, makin sulit untuk ada yang mengalah. Agama bukan sesuatu yang bisa dipermainkan.

Terlebih kalian sudah mempelajari dan menganutnya sejak anak-anak. Misalnya, kalian sekarang berumur 25 tahun. Kalian telah dengan sadar mempelajari agama sejak usia 4 tahun. Artinya, ajaran itu sudah tertanam dalam diri selama 21 tahun. Jelas bukan hal yang mudah baik buat kamu maupun pasangan untuk begitu saja mau melepaskan keyakinan.

Kalian bakal saling berusaha buat mengalahkan sikap keras kepala masing-masing. Setiap argumen boleh jadi terdengar sangat menyakitkan. Kalian gak pernah bertengkar sehebat ini tentang apa pun. Ini titik yang menentukan kelanjutan hubungan kalian. Bila setelah berdebat panjang tetap tidak ada yang mau pindah agama berarti hubungan berakhir.

2. Konflik dengan diri sendiri bikin cemas tinggi

ilustrasi memasuki tempat ibadah (pexels.com/RDNE Stock project)

Khususnya kalau kamu yang di posisi akan berpindah keyakinan. Sekalipun di depan pasanganmu dan keluarganya dirimu dapat mantap berkata siap mengikuti agama mereka, faktanya tetap terasa gak gampang. Konflik batin pasti terjadi. Ajaran agama yang sudah kuat tertanam dalam diri seperti akar pohon besar.

Bila pohon itu ditumbangkan sampai akarnya tercabut, tentu menyisakan lubang yang sangat besar di tanah bekas tumbuhnya. Bahkan terbentuk retakan-retakan panjang di tanah sekitarnya. Di dalam agamamu mungkin juga disebutkan tentang konsekuensi apabila tidak memercayai ajarannya.

Ini membuatmu sangat takut akan melakukan dosa yang amat besar dan tidak bisa diampuni menurut ajaran agamamu sekarang. Di sisi lain, dirimu juga menyaksikan sendiri bahwa pasanganmu tidak lantas menjadi orang jahat hanya karena keyakinannya berbeda darimu. Jadi, mana yang benar di antara kedua agama tersebut? Kamu merasa cemas sekaligus kebingungan.

3. Konflik dengan keluarga besar yang tak menyetujui

ilustrasi berdoa (pexels.com/Puwadon Sang-ngern)

Umumnya keluarga besar tidak begitu saja menyetujui perpindahan agama anggotanya. Walaupun keyakinan sejatinya ranah yang sangat pribadi, keluarga tetap merasa harus menyelamatkan anggotanya dari tindakan yang dipandang amat tercela. Jika kamu yang akan berpindah keyakinan, dirimu berhadapan dengan keluarga sendiri.

Sebaliknya apabila pasanganmu yang hendak mengikuti agamamu, kamu mungkin dipandang sebagai perusak keimanan di mata keluarga besarnya. Akibatnya, hubungan kalian malah dapat tidak direstui. Kalaupun kalian berhasil menikah, hubungan dengan keluarga besar menjadi tak harmonis.

Bahkan siapa pun yang bersikap mendukung atau membiarkanmu atau pasanganmu berpindah agama bakal ikut dimusuhi. Misalnya, orangtua menyerahkan keputusan ganti keyakinan sepenuhnya padamu. Mereka dapat dihujat habis-habisan oleh saudara-saudara yang berbeda pendapat. Keretakan hubungan keluarga bisa bertahan sampai bertahun-tahun kemudian.

4. Konflik dengan teman-teman komunitas keagamaan

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Bila kamu selama ini aktif dalam komunitas keagamaan, siap-siap disebut tersesat oleh teman-teman yang tadinya baik sekali padamu. Awalnya, mereka berusaha menarikmu kembali agar tetap berpegang pada suatu agama. Lama-lama sikap mereka dapat makin keras seiring kebulatan tekadmu untuk mengikuti keyakinan pasangan.

Sangat mungkin sahabatmu pun sampai menganggapmu seperti musuh. Canda dan tawa sudah menjadi masa lalu. Andai pun kamu berpindah agama tidak semata-mata agar bisa menikah melainkan telah menemukan ketenangan dalam keyakinannya, tetap saja kawan-kawanmu tak menyukainya.

Dirimu dapat dipandang sebagai noda besar dalam komunitas tersebut. Kamu melanggar komitmen bersama mereka. Bahkan dirimu dikhawatirkan menjadi contoh buruk untuk anggota komunitas lainnya. Kamu harus siap membentuk pertemanan baru dengan orang-orang yang lebih terbuka terhadap perubahan keyakinanmu.

5. Konflik dengan tetangga, siap jadi bahan gunjingan?

ilustrasi beribadah (pexels.com/RDNE Stock project)

Ada beberapa topik yang sangat menyita perhatian tetangga. Terutama jika kamu tinggal di lingkungan yang masih banyak orang suka bergunjing dan kurang terbuka pada keberagaman. Perceraian, perselingkuhan, kasus hukum, ekonomi yang terlalu rendah atau terlampau tinggi dibandingkan mayoritas warga, serta perpindahan agama menjadi topik panas.

Meski kamu dan pasangan berusaha menutupi pergantian keyakinan, ini cukup mudah diketahui. Agama tercantum dalam KTP yang digunakan untuk mengurus berbagai keperluan. Bahkan dari upacara pernikahan kalian saja telah tampak jelas diselenggarakan mengikuti agama tertentu. 

Keyakinan juga bakal terlihat ketika kalian merayakan hari besar keagamaan atau pergi ke tempat ibadah. Penampilanmu atau pasangan mungkin juga berubah menyesuaikan dengan ajaran dalam keyakinan yang baru. Butuh kesiapan mental kalau-kalau pergunjingan tentang kalian terjadi jauh lebih lama dari perkiraan.

Bahkan boleh jadi kelak mereka memberi tahu anakmu tentang pergantian agama tersebut. Baik dirimu maupun pasangan harus mampu menjelaskan hal ini pada anak. Sedikit saja kalian gak sabar dengan omongan tetangga, cekcok hebat dapat terjadi. Mereka merasa berhak membicarakan kalian, sedangkan kamu dan pasangan merasa sangat terganggu.

Pernikahan tanpa perlu ada yang pindah agama saja harus dipikirkan masak-masak. Apalagi jika dirimu serta pasangan berbeda keyakinan dan harus pindah agama agar bisa nikah. Bila salah satu dari kalian mantap buat pindah agama, sebaiknya pernikahan tidak dijadikan satu-satunya alasan. Hati pun harus merasa cocok dengan keyakinan baru yang akan dianut.

Namun, seandainya kalian memutuskan untuk berpisah daripada pindah agama, akhiri hubungan secara baik-baik. Jadikan pelajaran biar ke depan dirimu mencari pacar yang seiman. Itu akan menghindarkanmu dari patah hati di kemudian hari padahal kamu telah merasa cocok sekali dengan seseorang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us