Membayangkan hidup berumah tangga bersama orang yang kita cintai pastinya menyenangkan. Namun, pada kenyataannya kehidupan pernikahan gak selamanya berjalan mulus.
Jika gak disikapi dengan bijak, beberapa hal bisa menjadi masalah antara suami dan istri, seperti keuangan, pola asuh anak, hingga tugas rumah tangga. Untuk meminimalisasi kemungkinan munculnya masalah, setidaknya 13 poin ini harus kamu kamu diskusikan bersama si dia sebelum menikah!
Apakah kamu dan pasangan akan tinggal di rumah orang tua, mengontrak, atau telah menyiapkan hunian sendiri? Apakah memilih tinggal di rumah tapak atau apartemen? Tinggal di tengah kota atau daerah yang lebih di pinggir?
Persoalan tempat tinggal akan menjadi lebih kompleks ketika kamu dan dia berada di kota yang berbeda. Setelah menikah, apakah akan menjalani hubungan jarak jauh, atau salah satu akan pindah mengikuti yang lainnya?
Rumah tangga dan berpacaran adalah dua hubungan yang jauh berbeda. Seberapa lama pun kamu telah berpacaran, akan ada banyak hal baru yang terbuka setelah menikah. Persoalan ini bisa saja menjadi pemicu konflik antara kamu dan pasangan. Apalagi untuk kamu yang menikah tanpa proses pacaran dan mengenal lebih jauh sebelumnya.
Kamu dan pasangan harus membicarakan bagaimana kesepakatan saat muncul perselisihan. Apakah kamu ingin langsung membahas masalah, atau meminta waktu untuk menenangkan diri dan menyelesaikan masalah setelah emosi mereda.
Sekilas pekerjaan rumah mungkin tampak seperti persoalan sepele. Seringkali diremehkan sejak awal, hal ini bisa saja menimbulkan permasalahan. Jika dibiarkan ini bisa menjadi pemicu perselisihan antara suami dan istri.
Mungkin saja salah satu pihak akan merasa kewalahan saat menyelesaikan pekerjaan rumah sendirian, apalagi bila keduanya sama-sama bekerja. Untuk mencegahnya, lebih baik membicarakan rencana pembagian tugas masing-masing sejak sebelum menikah.
Sebelum memutuskan menikah, kalian harus saling mengetahui mimpi dan rencana masa depan masing-masing. Misalnya, mengenai apa yang ingin kamu dan dia capai dalam jangan waktu lima hingga 20 tahun ke depan. Setiap orang pasti mempunyai gambaran kehidupan ideal yang berbeda-beda.
Bisa saja salah satu pihak ingin beralih menjadi pebisnis di usia tertentu. Sedangkan pihak lain menginginkan kehidupan yang stabil dengan penghasilan yang tetap. Mendiskusikan hal ini bisa membantumu membayangkan kehidupan seperti apa yang akan kamu jalani bersamanya nanti.
Kamu dan pasangan harus mendiskusikan secara jujur mengenai riwayat kesehatan fisik dan mental. Hal ini penting untuk saling mengetahui kondisi masing-masing. Apalagi bila kamu berencana untuk mempunyai keturunan.
Ini juga termasuk riwayat kesehatan keluarga dekat, seperti keluarga dan orang tua. Dengan begitu kamu bisa mempersiapkan berbagai kemungkinan yang terjadi di masa depan.
Ini jadi salah satu topik yang krusial. Gak semua pasangan yang menikah ingin memiliki keturunan. Beberapa memutuskan untuk childfee karena berbagai alasan.
Jika kamu dan dia ingin memiliki keturunan, tetap ada hal yang harus didiskusikan. Berapa jumlah anak yang diinginkan, rencana jarak usia anak, pola asuh, hingga tindakan yang diambil bila anak terlahir disabilitas.
Misalnya pada poin keenam, kamu dan pasangan memutuskan untuk mempunyai keturunan, kamu juga harus membahas soal kemungkinan infertilitas. Sebagian orang memiliki masalah infertilitas yang membuatnya sulit untuk memiliki keturunan.
Apabila kamu dan pasangan ternyata mengalami hal ini, diskusikan tentang jalan keluar yang akan ditempuh. Apakah akan menjalani program bayi tabung, mengadopsi anak, atau pilihan lainnya?
Secara umum, selingkuh artinya mengkhianati komitmen pernikahan. Namun, gak semua orang mempunyai pemahaman yang sama mengenai masalah ini.
Misalnya, sebagian besar orang berpikir menjalin hubungan diam-diam di belakang pasangan adalah perselingkuhan. Sementara sebagian lagi beranggapan sebatas bertemu mantan pun sudah dapat disebut berselingkuh. Oleh karena itu, kamu dan dia harus mendiskusikan anggapan masing-masing mengenai perselingkuhan dan batasan bergaul dengan lawan jenis.
Meskipun terikat pernikahan, bukan berarti setiap orang harus menghabiskan seluruh waktunya bersama. Kamu dan dia tetaplah individu yang membutuhkan waktu sendiri. Ada kalanya kalian ingin melakukan hal-hal yang disukai.
Misalnya, untuk menjalani hobi, bertemu sahabat dan lainnya. Diskusikan mengenai me time, kapan waktunya, berapa lama durasinya sebelum memutuskan menikah. Penting untuk mendiskusikan ini agar tidak terjadi salah paham. Sedang ingin sendiri, tapi malah dikira marah pada doi.
Keuangan adalah salah satu hal yang krusial dalam pernikahan. Kamu dan pasangan sebaiknya mendiskusikan siapa yang akan mengatur keuangan rumah tangga kelak. Aturan ini juga termasuk berapa batasan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari dan sebagainya.
Kamu dan dia juga mungkin memutuskan untuk memiliki tabungan pribadi yang terpisah dari tabungan bersama. Hal semacam ini harus dibahas secara transparan sebelum menikah. Agar nantinya kalian bisa lebih luwes dalam mengatur keuangan bersama.
Kamu dan dia mungkin mempunyai hutang piutang yang ada sejak masih lajang. Hutang tersebut bisa berupa cicilan kendaraan, rumah dan sebagainya. Jujur dan bicarakan hal ini sebelum menikah.
Jangan sampai salah satu pihak merasa dibebani dengan hutang pasangannya. Siapapun akan merasa kesal bila baru mengetahui jumlah hutang yang harus dibayar oleh pasangannya setelah menikah. Mendiskusikan hutang piutang juga dapat memberi gambaran bagaimana rencana keuangan ke depan.
Suatu hari, kamu dan dia akan pensiun dari pekerjaan. Itu artinya, kemungkinan penghasilan akan berkurang. Maka dari itu penting untuk merencanakan dana pascapensiun satu sama lain. Jangan lupa untuk menyiapkan anggaran darurat yang digunakan untuk keperluan kesehatan.
Setidaknya kamu perlu menyusun anggaran yang cukup untuk hidup dua orang. Sebab, menikah adalah merencanakan hidup bersama hingga menua dan ajal menjemput.
Hari demi hari, orang tua akan semakin renta, atau bahkan mungkin mengalami sakit. Di kondisi seperti ini, mereka membutuhkan bantuan anak-anak untuk merawatnya.
Jika ini terjadi, kamu dan dia harus memutuskan apakah akan tinggal di rumah mereka, membawa mereka tinggal bersama, atau jalan keluar lainnya. Jangan sampai salah satu pihak merasa keberatan bila harus mengurus orang tua yang sakit.
Memang gak ada satupun pasangan yang ingin rumah tangganya dihadapkan pada masalah. Setidaknya bila kamu sudah mendiskusikan 13 poin di atas sebelum menikah, kamu mempunyai gambaran mengenai bagaimana solusinya. Semoga tulisan ini bermanfaat!