Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Risiko Mempertahankan Toxic Relationship hingga Pernikahan

freepik/vgstockstudio

Sebagian orang yang tengah terjebak toxic relationship, memaksa diri untuk nyaman bahkan bertahan hingga ke pernikahan. Berisiko gak ya membawa hubungan yang gak sehat ke pernikahan?

Sri Juwita K., M.Psi, Psikolog Klinis dan Founder ‘Cinta Setara’, membahas risiko menikah dengan pasangan toksik di Online Class "Cara Move On Pasca Putus dari Toxic Relationship" yang diselenggarakan IDN Times Sabtu (11/4) lalu. Apa saja risikonya?

1.Ingat, pernikahan gak bisa mengubah seseorang!

Pexels/Danu Hidayatur Rahman

Pertama, harus diingat bahwa pernikahan gak akan bisa mengubah perilaku dan karakter seseorang. Kalau bukan karena kesadaran dan keinginannya sendiri, orang lain gak punya kuasa mengubahnya, sekalipun itu pasangannya.

Jika berniat membawa hubungan ke jenjang pernikahan, pastikan kamu dan pasangan sudah banyak berdiskusi. Penting banget menyelaraskan visi dan misi, sebelum nantinya kalian hidup bersama.

2.Menimbulkan ekspektasi berlebih

freepik/shisuka

Dampak lain yang ditimbulkan dari toxic relationship adalah munculnya ekspektasi berlebih. Apalagi, jika kamu berniat mempertahankan hingga ke pernikahan, gak dimungkiri bakal banyak harapan yang menyertai.

Berhubungan dengan poin pertama, kamu berharap karakter pasangan akan berubah setelah menikah. Ada harapan bahwa hubungan kalian akan jadi lebih baik dan menyenangkan.

Anggapan seperti ini rasanya kurang tepat. Pernikahan bukanlah jalan keluar dari masalah dan gak bisa diandalkan sebagai solusi. Tetap akan ada permasalahan baru yang bakal muncul setelah menikah nanti.

3.Risiko kecewa jadi lebih besar jika gak ada kesadaran dari masing-masing pihak

freepik/yanalya

Kalau sudah mematok ekspektasi tinggi, risiko terdekat yang bakal kamu hadapi adalah kekecewaan. Selagi masih ada waktu, pertimbangkan matang-matang apakah hubungan yang saat ini kamu jalani layak dibawa ke jenjang pernikahan.

Memang dibutuhkan kebesaran hati dari masing-masing pihak untuk memutuskan apakah masih bisa dipertahankan atau lebih baik berpisah. Daripada menyesal di belakang, lebih baik dikomunikasikan sedini mungkin, kan?

Itulah risiko mempertahankan toxic relationship hingga pernikahan. Tiga poin di atas bisa dijadikan pelajaran penting agar lebih mantap melangkah ke jenjang pernikahan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriyanti Revitasari
EditorFebriyanti Revitasari
Follow Us