Jangan Biarkan Pertanyaan “Kapan Punya Pacar” Menghantui Langkah Hidupmu

Karena hidup tak selamanya tentang pacar.

Memang lidah tercipta untuk berucap. Namun pandailah sedikit dalam berucap terlebih dalam memilah hal yang patut diucap. Jangan sampai ucapanmu menorehkan luka dalam hati seseorang. Tak selamanya lidah membuahkan kata-kata manis. Ada kalanya lidah mengeluarkan kata-kata pahit yang bertajuk pada pertanyaan “kapan”.

“Kapan punya pacar?” Inilah pertanyaan yang sering dilontarkan teman-temanku kala kami berkumpul bersama. Memang diantara kami semua hanya akulah yang tak pernah pacaran. Aku hanya dapat memberikan senyuman termanis atas pertanyaan itu. Namun telinga ini panas. Bosan mendengar pertanyaan itu mendera di telingaku. Ingin aku berteriak mengatakan,

Hellow, aku masih muda. Aku masih 19 tahun. Perjalanan hidupku masih panjang. Bukankah masih terlalu dini untuk mendesakku mempunyai pacar?

Dan yang lebih menyakitkan lagi ketika seorang teman menanyakan kenormalan diriku lantaran aku tak pernah pacaran. Aku terkejut. Tak dapat mengeluarkan satu katapun. Pertanyaan itu menusuk hatiku yang paling dalam. Tentu saja aku normal. Aku juga pernah menyukai lawan jenisku. Lantas salahkah aku jika aku hanya sebatas menyukai tanpa menginginkan sebuah status? Sekali lagi aku hanya memberikan senyuman termanisku walaupun hatiku perih bagai tersayat pisau belati.

Bahkan sahabat mamaku juga menanyakan hal yang serupa. Beliau bahkan membandingkanku dengan anaknya yang sering gonta-ganti pacar. Rasanya ingin sekali aku menghilang dari bumi. Kenapa mereka selalu menanyakan hal yang serupa? Tak dapatkah mereka menanyakan hal lain selain “kapan”?

dm-player

Pertanyaan “kapan” sepertinya tak pernah jera terlontarkan. Pertanyaan itu kembali tergiang di telingaku. Dan yang lebih parah pertanyaan itu dilontarkan oleh nenekku. Nenekku mengatakan,

Untuk apa kamu kuliah. Kamu wanita. Pada akhirnya juga akan berurusan di dapur. Kamu menghabiskan uang orang tuamu saja. Sebaiknya kamu mencari pacar lalu menikah. Wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi.

Seketika aku beku di tempat. Aku tahu dan maklum dengan pikiran nenekku yang masih primitif. Namun itu sudah keterlaluan. Aku bahkan baru saja melepaskan seragam abu-abuku. Sekali lagi aku hanya memberikan senyuman termanisku walaupun hati ini meronta-ronta kesakitan.

Tak sadarkah mereka pertanyaan itu menyakiti psikisku? Siapa bilang aku tak ingin pacaran. Aku adalah wanita. Perasaan iri juga pernah terbersit dalam diriku kala aku melihat temanku bahagia dengan pacarnya. Aku hanya tak ingin mengemban status itu sekarang. Banyak hal yang harus aku gapai terlebih dahulu. Hal yang lebih penting ketimbang pacaran.

Jadi untuk kamu yang pernah ditanyai dengan pertanyaan “kapan” jangan biarkan pertanyaan itu menghambat langkah hidupmu. Biarlah mereka berkata apa. Hidupmu ada ditanganmu bukan ditangan mereka. Balas saja pertanyaan itu dengan senyuman termanismu. Niscaya hidupmu akan lebih bermakna ketimbang memikirkan pertanyaan itu. Hidupmu belum berakhir hanya karena pertanyaan itu. So, merdekakan dirimu dari pertanyaan “kapan” yang menjeratmu selama ini.

Dan untuk kalian yang suka menanyakan “kapan” berhenti menanyakan itu. Tak perlu kalian tanyakan karena kami tak punya jawaban atas pertanyaan itu. So, stop ask it!

thesept universe Photo Writer thesept universe

Instagram : @_____sept_____

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya