Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Tanda Kamu Terlalu Idealis saat Mencari Pasangan

ilustrasi pasangan yang berdebat (pexels.com/Keira Burton)
Intinya sih...
  • Terlalu fokus pada kriteria yang kaku dan detail
  • Selalu mengharapkan versi sempurna dari pasangan
  • Sulit menerima perbedaan pandangan dan gaya hidup

Mencari pasangan yang tepat memang bukan perkara mudah. Banyak orang berharap dapat menemukan sosok yang sejalan secara nilai, visi hidup, dan kebiasaan sehari-hari. Akan tetapi, ketika standar yang ditetapkan terlalu tinggi, bisa jadi itu pertanda idealisme yang berlebihan.

Idealisme memang tidak salah, bahkan penting agar tidak jatuh pada hubungan yang tidak sesuai harapan. Namun, idealisme yang berlebihan akan membuat kamu terjebak dalam lingkaran pencarian yang tidak pernah berakhir. Berikut empat tanda kamu terlalu idealis saat mencari pasangan yang harus kamu sadari.

1. Terlalu fokus pada kriteria yang kaku dan detail

ilustrasi pasangan yang berdebat (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi pasangan yang berdebat (pexels.com/Alex Green)

Salah satu tanda paling umum dari sikap terlalu idealis adalah menetapkan daftar kriteria yang sangat spesifik. Misalnya, menginginkan pasangan dengan tinggi badan tertentu, latar pendidikan yang sama, hobi yang identik, hingga gaya berpakaian yang sesuai selera pribadi. Padahal, hal-hal ini belum tentu menentukan kualitas hubungan dalam jangka panjang. Kriteria yang terlalu rinci bisa menutup kemungkinan untuk menjalin hubungan dengan orang yang sebenarnya cocok secara emosional maupun nilai hidup.

Selain itu, terlalu fokus pada daftar kriteria bisa membuat kamu sulit melihat kualitas positif yang sebenarnya penting. Seorang pasangan yang mungkin tidak memenuhi semua poin dalam daftar bisa jadi justru memiliki karakter yang mendukung, mampu berkomunikasi dengan baik, dan berkomitmen tinggi dalam menjalin hubungan. Jika hanya terpaku pada syarat-syarat yang kaku, maka potensi untuk membangun hubungan yang kuat dan sehat bisa hilang begitu saja.

2. Selalu mengharapkan versi sempurna dari pasangan

ilustrasi pasangan yang sedang tidak akur (pexels.com/Alena Darmel)

Membayangkan pasangan yang ideal bisa menjadi motivasi untuk mencari yang terbaik. Namun, jika harapan itu mengarah pada gambaran yang terlalu sempurna dan tidak manusiawi, maka kamu akan merasa kecewa terus-menerus. Tidak ada satu pun orang yang bisa selalu memenuhi ekspektasi tanpa cela. Setiap individu membawa kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam hubungan, dan memahami hal itu adalah bagian penting dari kedewasaan.

Menuntut kesempurnaan dalam diri pasangan juga bisa menyebabkan hubungan menjadi penuh tekanan. Ketika pasangan terus-menerus dibandingkan dengan gambaran ideal di kepala, hubungan pun kehilangan ruang untuk berkembang secara alami. Pasangan yang baik bukanlah yang tanpa kesalahan, melainkan yang mampu tumbuh bersama dan belajar dari kekurangan satu sama lain. Terlalu mengutamakan kesempurnaan justru bisa menjauhkan dari pengalaman cinta yang tulus dan realistis.

3. Sulit menerima perbedaan pandangan dan gaya hidup

ilustrasi pasangan yang berdebat (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi pasangan yang berdebat (pexels.com/Yan Krukau)

Setiap individu tumbuh dengan latar belakang, pengalaman, dan nilai-nilai yang berbeda. Terlalu idealis dalam mencari pasangan sering kali ditandai dengan sulit untuk membuka diri terhadap perbedaan tersebut. Padahal, perbedaan bukan selalu hal negatif, justru bisa memperkaya hubungan jika dikelola dengan komunikasi yang baik dan rasa saling menghargai. Kaku dalam menerima pandangan yang berbeda bisa membuat hubungan tidak berjalan seimbang dan cenderung mudah retak.

Sikap terlalu menuntut kesamaan bisa membuat seseorang cepat menilai bahwa hubungan tidak layak dipertahankan hanya karena tidak sesuai harapan awal. Padahal, banyak pasangan yang justru berhasil karena mampu saling melengkapi dan menghargai cara pandang masing-masing. Menerima perbedaan bukan berarti mengorbankan nilai diri, tetapi memberi ruang untuk tumbuh bersama dalam keragaman.

4. Selalu membandingkan dengan hubungan orang lain

ilustrasi sepasang kekasih (pexels.com/SHVETS production)
ilustrasi sepasang kekasih (pexels.com/SHVETS production)

Membandingkan hubungan pribadi dengan kisah orang lain, baik di media sosial maupun film, adalah kebiasaan yang bisa memperkuat idealisme yang tidak realistis. Melihat pasangan lain yang tampak sempurna di media sosial bisa menimbulkan perasaan kurang dan terus-menerus merasa hubungan sendiri tidak cukup baik. Padahal, kenyataan setiap hubungan jauh lebih kompleks dari apa yang terlihat. Ketika membandingkan terus dilakukan, maka ekspektasi akan terus naik.

Cerita cinta yang disajikan dalam film atau novel juga sering menggambarkan hubungan yang tidak realistis. Hubungan digambarkan indah tanpa konflik yang kompleks, sehingga siapa pun yang menontonnya bisa tergoda membentuk harapan serupa. Dalam kenyataannya, hubungan membutuhkan usaha, kompromi, dan kerja sama dua arah. Jika selalu mencari hubungan seperti di layar kaca, maka akan sulit merasakan keaslian cinta di kehidupan nyata.

Idealisme berlebihan ini bisa muncul dari pengaruh media, pengalaman masa lalu, atau tekanan sosial. Menjadi idealis bukanlah sebuah kesalahan, terutama jika itu berakar dari keinginan untuk mendapatkan hubungan yang sehat dan membahagiakan. Belajar membuka hati, menerima ketidaksempurnaan, dan memberi ruang untuk pertumbuhan bersama adalah langkah penting untuk membangun hubungan yang nyata dan bertahan lama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us