Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Taxi Cab Theory, Membahas Timing Pria Ketika Siap Berkomitmen

Ilustrasi yellow cab theory (pexels.com/Sora Shimazaki)
Intinya sih...
  • Teori Taxi Cab berfokus pada pria yang memutuskan untuk berkomitmen, bukan tentang kesalahan dalam hubungan sebelumnya.
  • Cinta tidak selalu berhubungan dengan komitmen, melainkan tentang waktu yang tepat menurut teori ini.
  • Ada pandangan pro dan kontra terhadap teori ini, namun penting untuk fokus pada komunikasi dan persiapan diri sebelum berkomitmen.

Kamu mungkin pernah mengalami menjalin hubungan dengan waktu yang lama, namun akhirnya kandas. Kamu terkejut ketika pasanganmu langsung mendapatkan "jodohnya", tidak lama kalian putus.

Kamu tentu bertanya, apa yang membuat pria justru dengan cepat berkomitmen dengan orang baru setelah putus darimu? Ternyata, ada teori yang membahas fenomena ini, yang dikenal dengan "Taxi Cab Theory" atau Teori Taksi.  

Teori ini fokus pada komitmen pria yang tidak didasari tentang kesiapan saja, namun tentang timing yang tepat. Buat kamu para cewek yang penasaran dengan teori ini, yuk ketahui lebih banyak di sini!

1. Taxi Cab Theory menurut ahli

Ilustrasi yellow cab theory (pexels.com/Tim Samuel)

Taxi Cab Theory (teori taksi) adalah gagasan yang berfokus pada pria dan menyatakan, bahwa mereka memutuskan untuk berkomitmen. Menurut teori ini, gagalnya hubungan jangka panjang sebelumnya atau tiba-tiba berkembangnya hubungan baru hingga ke jenjang pernikahan, bukanlah kesalahan siapa pun.

Itu hanya soal "takdir", karena menurut teori ini, "pria akan menikahi perempuan yang ada dihadapannya saat mereka sudah siap." Teori ini mengisyaratkan bahwa cinta bukanlah tentang komitmen, melainkan tentang waktu yang tepat.

Ketika seseorang akhirnya merasa “siap” untuk menetap, maka hubungannya kemungkinan besar akan berkembang. Artinya, kesuksesan hubungan tidak ditentukan oleh lamanya bersama, tetapi lebih pada kesiapan emosional seseorang pada saat tertentu.

"Taxi CabTheory menggambarkan, bahwa ketika seorang pria merasa siap untuk menikah, itu seperti ia menyalakan lampu taksinya, menandakan bahwa dirinya tersedia dan terbuka untuk berkomitmen. Pada titik itu, bukan lagi soal dengan siapa ia bersama. Tetapi lebih kepada waktunya; ia siap mengambil ‘penumpang’ berikutnya dan menikah dengannya," ungkap terapis hubungan, Afton Turner, LPCA, dilansir Verywell Mind. 

2. Asal usul Taxi Cab Theory dari serial Sex and The City

Ilustrasi yellow cab theory (pexels.com/Zeeshaan Shabbir)

Taxi Cab Theory menyatakan, bahwa cinta tidak ada hubungannya dengan komitmen, semuanya hanya soal timing. Yang menarik, teori ini sebenarnya tidak berasal dari pakar psikologi atau hubungan, melainkan dari serial TV Amerika, Sex and the City, tahun 2000-an. 

Diketahui dari episode 8 season 3, serial Sex and The City, salah satu karakter bernama Charlotte, sedang membahas konsep 'true love' setelah ia dua minggu bertemu calon suaminya. Ia menganggap pertemuan tersebut sebagai takdir. Inilah momen ketika karakter pengacara perempuan, Miranda Hobbes, dengan sarkastik memperkenalkan Taxi Cab Theory.

Dalam dialognya, Miranda mengatakan, "Ini bukan takdir, lampunya menyala, hanya itu saja. Pria itu seperti taksi; saat mereka siap, lampu mereka menyala. Suatu hari mereka bangun dan memutuskan sudah waktunya untuk berumah tangga, punya anak, lalu mereka menyalakan lampu mereka. Perempuan berikutnya yang naik ke taksi itulah yang mereka nikahi. Ini bukan takdir, hanya keberuntungan."

Singkatnya, teori ini berangkat dari gagasan bahwa komitmen tidak selalu sejalan dengan kecocokan. Bukan berarti menemukan pasangan yang sempurna itu mustahil, tetapi Taxi Cab Theory menyoroti kecenderungan untuk memilih seseorang yang nyaman diajak hidup bersama.

3. Teori ini menjawab fenomena pria cepat berkomitmen dengan orang baru setelah putus darimu

Ilustrasi yellow cab theory (pexels.com/Budgeron Bach)

Menurut Dr. Wendy Walsh, PhD, pakar hubungan di DatingAdvice, pria sibuk membangun hidupnya dan begitu pendidikannya selesai, karier mereka berjalan sesuai rencana, serta teman-teman mereka mulai menikah, mereka akan berkomitmen kepada perempuan yang ada dalam hidup mereka saat itu. 

Namun, Dr. Walsh mengatakan, bahwa perempuan tidak perlu khawatir tentang hal ini. Ia menjelaskan bahwa setiap orang memiliki konsep cinta yang berbeda dalam pikirannya, dan cinta tidak pernah terasa sama bagi dua orang. Bagi banyak pria, “keadaan kesiapan” mereka juga merupakan bentuk cinta.

Jika kamu adalah perempuan yang hanya menginginkan pasangan yang sudah siap menikah, Dr. Walsh menjelaskan ada tanda-tanda yang cukup jelas untuk melihat apakah pasangan potensial terbuka terhadap komitmen semacam itu.

Sayangnya, banyak perempuan yang pernah bertemu pria yang "lampu taksinya" belum menyala. Namun, Dr. Walsh menjelaskan bahwa beberapa perempuan dapat menilai situasi ini sejak awal.

“Secara umum, bukan ide yang baik untuk terus berinvestasi pada seorang pria dan menunggunya siap. Inilah sebabnya, beberapa perempuan hanya menjadi “pengganti sementara”, sampai akhirnya lampu taksi menyala, mereka siap menetap, dan seseorang kebetulan muncul dalam hidup mereka," jelas Dr. Walsh, dilansir laman Betches. 

4. Kontroversi di kalangan perempuan

Ilustrasi yellow cab theory (pexels.com/Sora Shimazaki)

Banyak para ahli yang memberikan komentar beragam atas Taxi Cab Theory. Dilansir Bustle, seorang terapis, Michelle Herzog, memberikan respons yang lugas atas teori ini. Menurutnya, teori ini tidak sepenuhnya tepat karena banyak pria yang bersedia dan tertarik untuk menjalin hubungan serius serta secara aktif mencari pasangan romantis.

Pekerja sosial klinis dan terapis lainnya, Natatasha Ceballos, LCSW, juga turut berpendapat. Menurutnya, stereotip ini berakar dari bagaimana kita membentuk pola pikir pria dan perempuan dalam menjalin hubungan.

Taxi Cab Theory mungkin terasa sesuai dengan pengalaman pribadi, tetapi pada dasarnya teori ini justru memperkuat peran gender yang sudah usang. Selain itu, teori ini mereduksi perempuan menjadi sekadar penumpang dalam perjalanan cinta.

“Dalam metafora ini, hanya satu pihak yang mengendalikan arah hubungan, padahal idealnya, hubungan adalah kemitraan dimana kedua belah pihak menentukan perjalanan bersama dan bergantian mengambil keputusan,” jelas terapis sex dan hubungan, Shadeen Francis, LMFT, dikutip Bustle. 

Semakin sulit menemukan hubungan yang sehat dan bahagia, semakin besar godaan untuk percaya bahwa satu-satunya alasan kamu masih sendiri adalah karena belum bertemu pria yang "lampunya menyala". Mempercayai bahwa calon pasanganmu ada di luar sana dan hanya masalah waktu menjadi terasa menenangkan.

5. Saran untuk para perempuan dari para ahli

Ilustrasi yellow cab theory (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Meskipun Taxi Cab Theory terasa masuk akal, cobalah untuk tidak terlalu terikat padanya. Namun, bukan berarti ide ini harus sepenuhnya ditolak. 

“Ada frustrasi umum dalam dunia kencan yang menyebabkan kelelahan, penolakan berulang, rendahnya harga diri, dan sebagainya. Semakin kita mengangkat teori seperti ini, semakin kita memperkuat budaya kencan yang toxic," ungkap Herzog. 

Pahami dengan jelas jenis hubungan seperti apa yang ingin kamu bangun bersama orang lain. Komunikasikan kebutuhanmu. Jangan terlalu memikirkan apakah "lampu" seseorang menyala atau tidak. Sebaliknya, ambillah kendali dan tentukan sendiri arah perjalananmu.

"Taxi Cab Theory mengingatkan kita bahwa dalam hubungan, kedua pihak harus berada dalam garis waktu yang sejalan. Daripada mengasumsikan keinginan seseorang hanya berdasarkan gendernya, cobalah untuk mendiskusikannya secara terbuka," ungkap Francis. 

Sebagai perempuan, mempersiapkan diri sebelum berkomitmen hingga menjadi lebih percaya diri jauh lebih disarankan. Dengan begitu, hal ini akan menarik pria yang juga ingin berkomitmen dengamu.

Kamu juga jadi terhindar dari hubungan yang seakan penuh harapan, namun tidak ada ujungnya. So, bagaimana pendapatmu tentang Taxi Cab Theory?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aliya
EditorAliya
Follow Us