Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tips agar Tak Suka Bersikap Kasar pada Pasangan, Selalu Lemah Lembut

ilustrasi pasangan (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Memiliki pasangan mestinya disyukuri karena bersamanya kamu menjadi punya teman menjalani hidup dan menatap masa depan. Adanya pasangan juga memungkinkan kalian meneruskan keturunan. Pun keputusan kalian buat bersatu dalam pernikahan bukan paksaan pihak-pihak lain.

Wajib bagi kalian menjaga kesucian janji pernikahan. Termasuk kamu sendiri harus memperhatikan sikapmu terhadap suami atau istri. Baik kalian berstatus pengantin baru maupun lama, sikapmu gak boleh sembarangan apalagi kasar pada pasangan.

Partner hidup kudu disayang-sayang. Bukan malah diancam, dicela habis-habisan, atau dipukul. Apa pun alasanmu, berbuat kasar pada suami atau istri tak dapat dibenarkan. Penuhi rumah tangga kalian dengan kasih sayang yang mendalam. Cegah dirimu suka berbuat kasar padanya dengan tujuh tips di bawah ini.

1. Mempertegas definisi cintamu padanya

ilustrasi pasangan (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi pasangan (pexels.com/August de Richelieu)

Cinta itu apa sih? Keinginan buat memiliki seseorang sebagai pasangan hanyalah bagian kecil dari cinta. Sesungguhnya mencintai adalah tentang cara sebaik mungkin dalam memperlakukan seseorang. Kamu mengistimewakannya lebih dari yang lain, tidak mau menyakitinya, bahkan berusaha selalu menjaganya dari segala bentuk bahaya dan rasa tak nyaman.

Jika dirimu sampai tega berbuat kasar pada pasangan, ini tidak menggambarkan arti cinta sejati. Cintamu gak lebih dari kata-kata di ujung lidah sehingga tak meresap ke dalam hati. Kamu mudah bilang cinta, tetapi juga tidak berpikir panjang apalagi menyesali sikap semena-menamu padanya. Jangan mengaku dirimu mencintai pasangan apabila sikapmu saja sesuka hati dan gemar melukainya.

2. Mewaspadai sikapmu diperhatikan anak

ilustrasi pasangan (pexels.com/olia danilevich)
ilustrasi pasangan (pexels.com/olia danilevich)

Untukmu yang sudah memiliki anak harus selalu menyadari sepenuhnya tentang keberadaan mereka di antara kalian. Anak-anak bukan benda mati. Mereka melihat perlakuanmu serta mendengarkan perkataanmu pada pasangan. Anak yang masih kecil bisa tahu bahwa dirimu berbuat jahat pada ayah atau ibunya.

Pemahaman ini bakal membuatnya ikut terluka sekalipun sikapmu padanya baik. Sebab dia tentu juga menyayangi ayah atau ibunya yang diperlakukan dengan buruk olehmu. Kasar padanya sama saja dengan kamu sedang menyakiti anak sendiri.

Itu bukan tontonan yang menyenangkan dan baik untuk anak. Mereka dapat membencimu sampai masa dewasanya. Jaga perkataan serta perilakumu terhadap pasangan guna mencegah anakmu ikut menanggung akibat negatif dari sikapmu yang gak terpuji. 

3. Sadari hatinya tak terbuat dari batu

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Jangan mengira pasanganmu akan dapat terus bersabar dengan segala ulahmu yang menyakitinya secara fisik maupun psikis. Hati pasanganmu sama seperti hatimu yang dapat merasa rapuh. Apalagi dengan sikap kasarmu yang tidak kenal waktu serta tempat.

Kebersamaan kalian bukannya memberinya kebahagiaan malah menjadi siksaan terbesar untuknya. Jangankan sebagai pasangannya, pada orang lain saja kamu perlu berusaha menjaga perasaannya. Dengan begitu, dirimu tidak sering menjadi penyebab luka hati mereka. Apalagi terhadap pasangan, menjaga perasaannya ialah bagian dari kewajibanmu.

Tidak ada pasangan yang terlalu lemah dan cengeng. Kalau pasanganmu sampai menangis berarti sikapmu padanya telah keterlaluan. Segeralah minta maaf dan jangan sekalipun mengulanginya kembali. Batu saja bisa pecah ketika dipukul dengan palu atau godam. Apalagi perasaan manusia yang amat halus.

4. Menghargai titipan Tuhan dan kepercayaan kedua orangtuanya

ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Hanya karena kamu sudah menikah dengannya bukan jaminan dirimu bakal memilikinya untuk selamanya. Ini tergantung dari caramu menjaga titipan Tuhan. Kalau hobimu menyia-nyiakan pasangan, kapan saja nikmat memilikinya dapat dicabut. Seperti dengan pasanganmu minta cerai.

Apabila dirimu tidak ingin hal seperti itu terjadi, perhatikan betul caramu memperlakukannya sehari-hari. Sikapmu yang baik menjauhkannya dari keinginan berpisah darimu. Hargai pula rasa percaya kedua orangtuanya padamu. Dahulu kamu datang bak mengemis restu mereka.

Namun setelah kalian menikah, kenapa dirimu justru menyia-nyiakan anak mereka? Andai mereka tahu sikapmu bakal seburuk itu, tentu mereka tak sudi memberimu restu buat menikah. Boleh jadi mereka sampai berkata mending anaknya melajang selamanya daripada diperlakukan dengan buruk olehmu.

5. Bergaul dengan teman yang respek pada pasangan masing-masing

ilustrasi pasangan (pexels.com/Spora Weddings)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Spora Weddings)

Dengan siapa kamu bergaul juga memengaruhi perilakumu. Kalau dirimu dekat dengan teman-teman yang memandang pasangan mereka sebagai objek dan bukan subjek, kamu pun bisa ikut-ikutan. Mereka bilang pasangan mesti dikerasi biar menurut, dirimu membenarkannya.

Padahal, pasangan memang tidak punya kewajiban patuh secara mutlak padamu. Terlepas dari siapa yang menjadi kepala rumah tangga, kalian adalah dua manusia yang setara. Tidak ada pihak yang boleh menginjak-injak kehormatan pihak lainnya. Jangan berharap dirimu bakal dihormati apabila kamu gak terlebih dahulu menghargai orang lain.

Jauhi orang-orang yang tega berbuat jahat pada pasangannya. Entah dengan main pukul, suka memarahi, atau melakukan berbagai pemaksaan. Bergaullah dengan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam menyayangi pasangannya. Kalian bisa saling berbagai tips membahagiakan pasangan, bukan malah bikin dia babak belur.

6. Saat marah dan capek diam atau tidur dulu

ilustrasi pasangan (pexels.com/Lauren Hogue)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Lauren Hogue)

Sebagai manusia biasa, kamu bisa marah karena apa saja. Termasuk terkadang disebabkan pasangan melakukan sesuatu yang kurang berkenan di hatimu. Tapi ini bukan pembenaran untukmu berhak berbuat kasar padanya. Jangan menghadapi pasanganmu dengan kemarahan yang terasa memuncak.

Tenangkan diri dulu supaya kamu tak menyesali perbuatanmu di kemudian hari. Biar omonganmu tidak merendahkan martabatnya apalagi sampai melayangkan tinju, kunci dulu bibirmu. Kamu juga dapat tidur atau tiduran untuk menenangkan diri. Pokoknya, nanti dirimu keluar kamar sudah harus dalam keadaan terkendali.

Begitu juga ketika kamu lagu capek-capeknya. Waspadai akibatnya yang memudahkan emosimu tersulut. Pasangan tidak melakukan hal buruk pun kamu dapat kesal padanya. Kalau kamu menyadari pengaruh kelelahan pada kestabilan emosimu, dirimu akan lebih berhati-hati saat berhadapan dengan orang lain termasuk pasangan. Bilang saja padanya bahwa kamu capek sekali dan mau istirahat dulu.

7. Sering ciptakan suasana romantis dan santai

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Ketegangan pikiran akibat berbagai kesibukan di luar rumah juga bisa membuatmu sering kehabisan kesabaran pada pasangan. Makanya, di waktu luang kalian punya tugas menciptakan suasana romantis agar hubungan pun harmonis. Keromantisan dengan pasangan bisa dibangun selepas anak-anak tidur atau sebelum mereka bangun.

Sedang di luar waktu tersebut, secara umum suasana santai juga mesti dikondisikan. Caranya, jangan selalu membahas hal-hal berat yang bikin kepala pusing ketika di rumah. Gak apa-apa membicarakannya sebentar jika memang diperlukan.

Namun, lebih banyak kebersamaan mesti diisi dengan obrolan ringan dan canda tawa. Libatkan anak-anak untuk membuat permainan yang seru, menyanyi, menari, atau menyaksikan tayangan komedi. Perasaan rileks sangat membantu mencegah terjadinya berbagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga.

Tega berbuat kasar pada pasangan bukan sikap yang pantas dibanggakan. Buktikan rasa cintamu padanya dengan selalu memperlakukannya secara baik. Berbicaralah dengan lemah lembut, turunkan nada suaramu, dan hanya memberikan sentuhan yang membuatnya senang. Bukan malah ia menjadi kesakitan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us