“Memang, ada yang bisa jalan lebih cepat, tapi bisa jadi bayi lain lebih dulu lancar bicara,” kata Tiffany Norris, Pakar Parenting, dilansir Echo Live.
“Jadi, jangan membandingkan bayi kamu dengan bayi siapa pun,” tambahnya.
5 Hal Dikira Prestasi Parenting, Padahal Hanya Faktor Alami Bayi

Menjadi orangtua baru sering kali membawa kebanggaan tersendiri. Setiap kemajuan kecil yang ditunjukkan bayi terasa seperti hasil kerja keras dan dedikasi orangtua. Namun, tidak semua hal yang dibanggakan sebenarnya mencerminkan keberhasilan dalam mengasuh, beberapa di antaranya murni karena faktor bawaan dan kepribadian bayi itu sendiri.
Dr. Genevieve von Lob, seorang psikolog klinis dan penulis Happy Parent, Happy Child, dilansir Echo Live, menegaskan bahwa menjadi orangtua bukanlah ajang kompetisi. Bayi berkembang dalam ritmenya sendiri dan itu bukan cerminan apakah kamu orangtua yang baik atau tidak. Nah, berikut ini beberapa hal yang sering dikira prestasi parenting, padahal sebenarnya hanyalah faktor alami dari sang bayi.
1. Bayi yang tidur semalaman

Banyak orangtua merasa bangga ketika bayi mereka bisa tidur nyenyak sepanjang malam. Padahal, kemampuan tidur bayi sangat dipengaruhi oleh faktor biologis dan ritme sirkadian masing-masing. Ada bayi yang mudah tidur lama, sementara yang lain sering terbangun dan keduanya sama-sama normal.
Menurut Dr. von Lob, anggapan bahwa semua bayi harus tidur semalaman adalah mitos yang justru membuat orangtua merasa gagal. Bangun di malam hari adalah hal yang sepenuhnya alami bagi bayi. Jadi, kalau bayimu belum bisa tidur tanpa terjaga, itu bukan karena kamu kurang pandai mengasuh, memang begitu cara tubuhnya berfungsi.
2. Bayi yang cepat bicara atau jalan

Ketika bayi mulai bisa mengucapkan kata pertama atau melangkah lebih cepat dari teman sebayanya, orangtua sering merasa itu bukti keberhasilan pola asuh mereka. Padahal, perkembangan motorik dan verbal anak dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk genetik dan stimulasi alami dari lingkungan. Tidak ada standar pasti kapan anak harus bisa melakukan hal-hal tersebut.
Setiap bayi punya kecepatan perkembangan sendiri yang tidak bisa dipaksakan. Meski stimulasi seperti mengajak bicara atau melatih berdiri penting, hasilnya tetap berbeda-beda. Daripada membandingkan, lebih baik fokus memberi dukungan dan rasa aman agar anak belajar dengan cara yang menyenangkan.
3. Bayi yang tidak pernah menangis

Ada sebagian orangtua yang dengan bangga mengatakan bayinya “tenang banget” atau “jarang menangis”. Padahal, bayi yang lebih ekspresif bukan berarti rewel atau sulit diatur, itu hanya cara mereka berkomunikasi. Menangis adalah bahasa alami bayi untuk menyampaikan kebutuhan, bukan tanda bahwa orangtua gagal menenangkannya.
Tiffany Norris, menjelaskan, bahwa menangis adalah bentuk komunikasi utama bayi, bukan perilaku buruk. Artinya, bayi yang sering menangis tidak menandakan pola asuh yang salah, melainkan menunjukkan mereka mampu mengekspresikan diri. Orangtua justru perlu peka mengenali makna di balik tangisan tersebut, bukan berusaha menghentikannya dengan cara apa pun.
“Hampir mustahil melewati satu hari tanpa bayi menangis,” jelas Norris.
“Menangis adalah cara bayi berkomunikasi. Jadi, jika seseorang mengklaim bayinya tidak pernah menangis, kemungkinan besar itu hanya persepsi atau pembesaran cerita,” tambahnya.
4. Bayi yang mudah makan atau menyusu

Bayi yang lahap makan atau menyusu dengan baik sering dianggap hasil dari keahlian orangtua. Padahal, kemampuan ini sebagian besar ditentukan oleh anatomi mulut, refleks hisap, dan kenyamanan bayi itu sendiri. Beberapa bayi cepat beradaptasi, sementara yang lain membutuhkan waktu lebih lama dan keduanya tetap normal.
Dalam jurnal yang diterbitkan American Physiological Society, kemampuan bayi menyusu dipengaruhi faktor biologis, bukan semata-mata cara orangtua mengasuh. Tantangan menyusui lebih soal kombinasi fisiologi bayi dan pengalaman belajar ibu. Orangtua bisa membantu dengan suasana nyaman dan kesabaran, karena yang penting adalah terpenuhinya kebutuhan nutrisi bayi.
5. Bayi yang mudah diurus

Sebagian bayi memang cenderung tenang dan mudah diatur, sementara yang lain lebih sensitif dan membutuhkan perhatian ekstra. Perbedaan ini bukan karena kemampuan orangtua, melainkan sifat alami yang sudah ada sejak lahir, yang dipengaruhi oleh faktor genetik, hormon, dan lingkungan awal.
Orangtua tidak bisa mengubah karakter bawaan anak, tetapi dapat menyesuaikan cara mengasuhnya. Kemampuan beradaptasi dengan keunikan bayi justru mencerminkan kedewasaan dalam pengasuhan dan membantu menciptakan hubungan yang sehat antara orangtua dan anak.
Setiap bayi berkembang dengan ritme dan caranya sendiri, jadi orangtua tidak perlu menilai keberhasilan dari hal-hal di luar kendali, seperti tidur, makan, atau temperamen bayi. Fokuslah pada hal yang bisa dikontrol, seperti memberikan kasih sayang, kepekaan, dan lingkungan yang aman bagi tumbuh kembang anak.