Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Menghadapi Pasangan Boros, Dukung Dia Punya Income Sendiri

ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Salah satu sifat pasangan yang mungkin paling bikin kamu cemas adalah boros. Selama berpacaran dengannya saja, kamu sudah dibuat pusing. Bahkan terkadang dirimu sampai kesal melihat banyaknya uang yang dihabiskannya.

Bagaimana jika kelak kalian menikah? Kamu tentu takut kalau-kalau sifat borosnya tak juga berkurang dan menimbulkan masalah ekonomi dalam keluarga. Bila memang kalian saling mencintai, lima cara ini dapat dicoba untuk menengahi.

1. Dia harus punya penghasilan sendiri

ilustrasi berbelanja (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi berbelanja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Repot kalau kamu yang harus membiayai seluruh keinginannya. Apalagi dengan sifat borosnya yang bisa membuat penghasilanmu tak bersisa tiap bulannya. Maka dia kudu bekerja dan memiliki penghasilan sendiri.

Ini akan sangat mengurangi rasa stresmu. Dia juga dapat terdorong untuk lebih berhemat setelah merasakan susahnya mencari uang. Mengeluarkan uang dari kocek sendiri gak segampang tinggal minta pada orang lain.

2. Batasi pemberianmu padanya

ilustrasi pasangan (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Pasangan harus sadar akan kekurangannya. Di depannya, kamu tidak perlu selalu memenuhi keinginannya. Terlebih setelah kalian yakin untuk menikah, sifat boros ini harus dibicarakan secara terbuka.

Kesadaran pasangan tentang kelemahan diri bakal membuatnya lebih mampu memahami keputusanmu untuk tak terlalu banyak memberinya uang. Daripada sebanyak apa pun uang pemberianmu ludes, mending kamu yang menyimpan sebagiannya guna masa depan bersama.

3. Sama-sama belajar pengelolaan keuangan yang lebih baik

ilustrasi pasangan (pexels.com/Jack Sparrow)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Jack Sparrow)

Tahu dirinya boros belum tentu membuat pasanganmu mau belajar tentang pengelolaan keuangan. Ketika kamu menyarankannya, dia malah tersinggung. Di matanya, kamu berlagak sudah paling ahli dalam hal keuangan.

Hindari kesalahpahaman ini terjadi dengan ikut belajar bersamanya. Sekalipun kamu telah jago dalam hal berhemat dan mengalokasikan uangmu, kembali belajar tentu bukan hal yang buruk. Terpenting pasangan gak lantas anti dengan ajakanmu.

4. Mengajaknya membangun tujuan finansial

ilustrasi mencatat pengeluaran (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi mencatat pengeluaran (pexels.com/Antoni Shkraba)

Pasanganmu akan tetap boros selama dia belum punya tujuan finansial yang jelas dan bermakna baginya. Ia berprinsip uang ada untuk dihabiskan. Menyimpannya tidak terasa penting karena dia gak memiliki tujuan keuangan di masa depan.

Pandangannya tentang uang masih pendek. Kamu perlu membantunya membangun tujuan finansial. Ada dua tujuan finansial yang penting untuk dimiliki, yaitu terkait keluarga kecil kalian serta kehidupan pribadinya.

Target keuangan bersama misalnya, memiliki hunian pribadi karena kalian gak mungkin selamanya tinggal di rumah mertua. Sedang tujuan finansial pribadi contohnya, dia ingin melanjutkan pendidikan atau membuat usaha sendiri.

5. Bandingkan pemasukan dan pengeluarannya biar objektif

ilustrasi belanja banyak (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
ilustrasi belanja banyak (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Membicarakan kekurangan pasangan plus uang akan menjadi topik yang sangat sensitif. Ini membuatmu gak boleh sembarangan menyebutnya boros. Kamu jangan menudingnya boros cuma gara-gara membandingkannya dengan caramu membelanjakan uang.

Bakal lebih objektif apabila kamu melihat besaran penghasilannya versus pengeluarannya. Sebab seiring tingginya pendapatan, kebutuhan dan keinginan orang tentu berubah. Selama persentase saving-nya masih cukup besar dan belanjanya tak mengganggu pos-pos lain yang lebih penting, kamu gak perlu terlalu mengkritiknya.

Pasangan yang boros membuatmu cemas. Akan tetapi, pasanganmu juga bisa melihatmu terlalu pelit dan membuatnya gak nyaman. Ketika kalian membicarakan masalah keuangan, hindari sikap menggurui apalagi mencela. Utamakan pendekatan yang persuasif atau memengaruhi secara halus.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us