Nitchii: Perempuan Hebat Itu Tidak Menjatuhkan Perempuan Lain

#AkuPerempuan Suarakan opini dan isu perempuan lewat gambar

Sebagai perempuan, apakah kita harus MEMILIH?

Kalimat yang diimbangi dengan ilustrasi sosok perempuan berjaket kuning ini tiba-tiba banyak bertebaran di story Instagram teman-teman. Postingan tersebut dibagikan oleh BBC Indonesia yang mempertanyakan bagaimana sosok wanita di mata masyarakat Indonesia.

Namun lebih dari itu, yang menjadi pertanyaan adalah siapakah sosok yang membuat ilustrasi tersebut? Tak disangka ilustrator dan pengaju pertanyaan akan isu perempuan tersebut merupakan seseorang yang sering tampak di Surabaya.

Nita Darsono sering menghabiskan waktunya di C2O Library. Di kala senggang perempuan yang biasa dikenal dengan Nitchii tersebut pasti akan tampak sedang mengobrol atau menggambar. Tidak kaget karena Nita sendiri merupakan alumni perguruan negeri di Surabaya dalam bidang desain. Jelas dengan budaya pembelajaran di sekolah tersebut, dirinya akan banyak menghabiskan waktunya untuk menggambar.

Hampir keseluruhan ilustrasi yang digarap oleh Nita merupakan sosok perempuan atau anak kecil. Warna yang dipilih untuk karakter pun rata-rata adalah pilihan warna cerah, membuat siapa pun yang melihatnya pasti akan memberikan celetukan, “Imut ya gambar-gambarnya.” Bahkan ada pula ilustrasi untuk seluruh personil Queen, termasuk Freddie Mercury.

“Woo oke. Tak sasakan disik brarti (aku dandan dulu) ahahak,” jawab Nita di WhatsApp ketika berjanjian ketemu melakukan wawancara pada Rabu sore (11/12) di C2O Library. Sudah jelas dari cara jawabnya ini, Nita merupakan sosok yang easy going dan akan banyak berbicara. Dan benar saja. Kurang lebih satu jam lamanya kami berbicara, terfokus pada satu topik maupun ngalor ngidul ke berbagai isu.

1. Karena suka menggambar, Nita pernah hampir kehilangan nyawanya

Nitchii: Perempuan Hebat Itu Tidak Menjatuhkan Perempuan LainNita Darsono saat ditemui tim IDN Times. 11 Desember 2019. IDN Times / Abraham Herdyanto

Siapa yang menyangka kalau obrolan pertama kami bukanlah tentang dirinya, melainkan pada kaos yang aku kenakan, Street Fighter. “Aku tuh selalu suka pakai Chun-Li, terus pakai tendangan yang beruntun itu. Makanya orang-orang sebel kalau main sama aku hahaha,” komentarnya pada bajuku yang bergambar Ryu, Ken dan Sagat yang melakukan gerakan pukulan naga. Tapi bukan video game yang membawa perempuan berkulit putih dan berambut keriting tersebut menyukai bidang ilustrasi.

Nita sudah sejak lama senang menggambar. Bahkan ketika ditanya mulai sejak kapan dirinya suka mencoret-coret, Nita tak bisa menjawabnya dengan detail karena tidak ingat. “Kalau katanya orang tuaku, aku emang suka gambar dari dulu.” Lebih lanjut dirinya bercerita kalau dia suka menghilang ketika sedang menggambar dan dicari orang tuanya.

“Dulu sempat ada kejadian. Rumahku hampir kebakaran karena korsleting, terus aku dicari-cari nggak ada. Ternyata aku lagi di paviliun, ruangan kecil di rumah itu. Aku di situ DOOONG, nyalain AC sambil tengkurap menggambar. ‘Hee, keluar-keluar.’ Ya kan aku nggak tahu kalau rumahku kebakaran,” cerita Nita akan pengalaman masa kecilnya yang cukup epic.

2. Guru paling dibencinya yang membawa Nita menuju dunia ilustrasi

Nitchii: Perempuan Hebat Itu Tidak Menjatuhkan Perempuan LainInstagram.com/nitchii

Walaupun suka menggambar, tetapi perempuan kelahiran 1982 itu tidak benar-benar menggeluti bakatnya tersebut. Bahkan ketika duduk di bangku SMA, Nita memilih mengambil jurusan IPA. “Kayaknya salah jurusan sih. Aku suka biologi, tapi benci Fisika.” Sampai pada suatu ketika ada momen menarik yang benar-benar mengubah arah profesi Nita menjadi seorang ilustrator.

Di suatu waktu pelajaran fisika, Nita bercerita kalau dirinya tidak memperhatikan pelajaran dan lebih asyik menggambar buku catatannya. Sang guru fisika pun tahu akan hal itu dan anehnya tidak menegur atau memarahinya. “Sudah hopeless mungkin ya.”

Pas lagi coret-coret itu, sang guru tiba-tiba mendatangi meja Nita dan memberikan sebuah brosur. Ternyata brosur itu berisikan informasi tentang kursus menggambar desain untuk masuk kuliah di jurusan desain produk industri. “Wah, ternyata ada ya jurusan kuliah ini. Aku baru tahu lho,” terangnya tentang perasaannya waktu itu. Dari sana, Nita fokus belajar masuk ke perkuliahan tersebut dan berhasil mendapatkannya. “Aku utang budi sih sama guruku itu. Hahaha. Nggak mengira dia sepeduli itu sama aku. Padahal aku benci banget ama pelajarannya,” celetuk Nita.

3. Ilustrasi yang digarap Nita kebanyakan menceritakan pengalamannya

Nitchii: Perempuan Hebat Itu Tidak Menjatuhkan Perempuan LainNita Darsono saat ditemui tim IDN Times. 11 Desember 2019. IDN Times / Abraham Herdyanto

Nita tidak pernah muluk-muluk dalam menggambar. Karya-karyanya yang ditampilkan di akun Instagram bernama Nitchii tersebut tidak pernah menggambar suatu hal yang terlalu imajinatif, seperti karakter manusia super. Malahan karya-karyanya lebih bercerita tentang pengalaman pribadinya, tentang apa yang dia rasakan pada itu, dan tentang apa yang dia pikirkan akan suatu isu.

“Karena aku tuh nggak bisa nulis, jadi aku rasa gambar lebih gampang dilakukan untuk menceritakan pengalaman. Aku lebih memfungsikan gambar untuk outlet saja. Begitu. Semacam diary,” ucap Nita mendeskripsikan apa yang digambarnya.

Perempuan yang saat itu mengenakan kaos hitam bertuliskan Satan tersebut menambahkan bahwa dia tidak terlalu mempedulikan ketenaran. “Yang aku pedulikan itu adalah aku menggambar. Aku berkarya aja. Kalau dikenal atau tidak, nggak penting sih ya menurut aku,” jawabnya ketika ditanyai mengenai caranya untuk lebih banyak dikenal orang. “Susah ya. Banyak orang sekarang berpikiran bahwa profesi itu adalah cara mencari ketenaran dan kekayaan. Sebenarnya sebaliknya. Ya kamu melakukan dulu. Dikenal apa nggak, itu akibatnya,” tambah Nita.

Baca Juga: Cinta pada Sepak Bola Alasan Deliana Fatmawati Tekuni Profesi Wasit

4. Tantangan Nita datang dari kaumnya sendiri

Nitchii: Perempuan Hebat Itu Tidak Menjatuhkan Perempuan LainInstagram.com/nitchii

Untuk saat ini, Nita tidak terikat pada perusahaan mana pun. Dia menjalani profesinya sebagai seorang freelancer. Alasannya mudah: Nita lebih memilih kebebasan ketimbang harus terus menerus melakukan suatu hal yang tidak dikehendakinya. Namun di sisi lain itu memberikannya tantangan yang berbeda untuk bisa bertahan hidup.

dm-player

“Kita memang bisa menentukan sendiri jam kerja kita, tapi di sisi lain itu akan bergantung pada tingkat kerajinan kita juga. Maksudnya kalau malas ya penghasilannya seret juga, cuy,” terang Nita. Beruntung Nita tidak mendapatkan beban berlebih dari keluarganya. “Orangtuaku nggak paham sih buat profesiku ini, tapi mereka melihat kalau bisa menghasilkan uang. Tapi susah.”

Malah nyinyiran akan karya Nita datang dari luar. Beberapa karya Nita belakangan ini membahas isu-isu tentang pemberdayaan dan kesetaraan wanita yang mencoba dan berusaha mengaburkan pandangan patriarki di masyarakat. Namun beberapa komentar warganet malahan berusaha menjatuhkannya dan itu datang dari kaum perempuan sendiri.

“Itu sedih sebenarnya. Woy, itu buat kita nih. Bukan sok-sokan. Apalagi kalau baca komentar yang ada di BBC itu. Buset. ‘Ini nih ajaran Sekulerisme.’ ASTAGA! Apaan nih? Maksudku kan perempuan itu bisa menjadi apa saja yang mereka mau. Nggak harus memilih. ‘Ya kalau kamu sudah jadi ibu rumah tangga, nggak usah kerja. Ya udah itu prioritasmu.’ Nggak harus kayak gitu sebenarnya,” cerita Nita tentang tanggapan masyarakat terhadap karyanya.

“Aku berkarya bukan untuk unjuk gigi, menunjukkan diri ‘Ini lho aku seniman.’ Seni itu ya merespons sekitar. Menyuarakan isu yang ada walaupun tidak solutif.”

5. Dikriminasi akan perempuan dirasakan pula di sekitarnya

Nitchii: Perempuan Hebat Itu Tidak Menjatuhkan Perempuan LainInstagram.com/nitchii

Bagi perempuan berzodiak Gemini itu, tidak ada yang lebih menyakitkan untuk mendengarkan isu yang mengekang istri harus patuh pada suami. Isu yang memberikan batasan kepada kebebasan berekspresi ini dirasa Nita sebagai bentuk terendah dan penjatuhan terhadap martabat perempuan sendiri.

Salah satu yang paling diingat Nita akan isu diskriminasi terhadap kaum perempuan adalah ketika viralnya kampanye #IndonesiaTanpaFeminis. Fenomena yang digalakkan oleh sesama kaum perempuan tersebut dirasa Nita menjadi sebuah bentuk perpecahan yang berimbas mengapa perempuan Indonesia selalu dipandang sebelah mata.

“Maksudku kalau kamu memang mau menjadi ibu rumah tangga yang patuh terhadap suami, ya lakukan. Jangan jadikan itu sebagai standar. Karena tidak semua orang bisa dibegitukan, tidak semua orang harus begitu,” itulah pendapat Nita.

“Aneh gitu. Kamu diajarkan untuk berbakti kepada ibumu, sementara istrimu yang akan menjadi ibunya anakmu digituin.” Isu inilah yang membuat Nita menciptakan karya berjudul 'Sebagai perempuan, apakah kita harus MEMILIH?' “Ini itu tidak menyerang satu pihak. Intinya kita punya kebebasan untuk tidak memilih,” jelas Nita akan karyanya yang tergolong kontroversial tersebut.

Masalah standarisasi perempuan wanita Indonesia ini juga menyebabkan perempuan selalu serba salah. “Mau kerja dianggap nggak peduli anaknya. Mau nggak kerja, ninggalin sekolah untuk anaknya, salah juga. Padahal itu juga hidupnya siapa?”

6. Namun beban itu tidak sebanding dengan kehidupan yang dialami Nita sendiri

Nitchii: Perempuan Hebat Itu Tidak Menjatuhkan Perempuan LainInstagram.com/nitchii

Mungkin bagi beberapa orang biasa, lontaran komentar warganet yang seperti itu sudah cukup untuk menghancurkan semangat tidak berkarya lagi. Tetapi bagi Nita, itu tidak sebanding dengan apa yang dirasakannya.

Sebagai seorang istri, jelas salah satu tugas Nita adalah untuk merawat suami. Bagi Nita hal ini menjadi tugas ekstra karena sang suami tidak lagi dalam kondisi yang fit. Ya, sang suami mendapatkan penyakit radang otak. Itu menyebabkan suami Nita mengalami kelumpuhan yang membuatnya tidak mampu melakukan aktivitas apa pun dan hanya dapat berbaring di ranjang saja.

Untuk bertahan hidup, mau tidak mau Nita harus berjuang dengan kemampuannya sendiri, baik untuk menafkahi serta merawat suaminya tersebut. Ada sedikit getaran suara yang dikeluarkan Nita ketika bercerita hal ini, mencoba menyembunyikan bagaimana emosionalnya situasi tersebut.

Nita sendiri mengakui kalau kondisi terbawah dirinya ini menjadi sebuah titik balik akan keadaannya. Masalah tersebut membuatnya sadar bahwa hal-hal duniawi itu tidaklah sebanding dengan kesehatan dan kewarasan diri sendiri. Itu semua mengubah pola pikir Nita.

“Apa yang aku ributin dulu, kayak nggak bisa nonton konser, nggak bisa liburan, asss itu perkara eplekenyes (sepele). Kesehatan suamimu, mau dibeli di mana?” Ujarnya. “Ini seperti panah. Kamu mundur jauh banget, tapi setelah itu kamu melesat maju.”

7. Semangat dari sang suami dan Greta Thunberg adalah yang membuat Nita terus berkarya

Nitchii: Perempuan Hebat Itu Tidak Menjatuhkan Perempuan LainInstagram.com/nitchii

Kondisi sang suami jelas membuat Nita harus menjadi personal lebih baik. Namun lebih dari itu, ternyata semangat Greta Thunberg juga menjadi tamparan keras baginya. Bagi yang tidak tahu, Greta adalah aktivis lingkungan yang baru berumur belasan tahun.

Menurut Nita, keluhan Greta terhadap para orangtua akan masalah lingkungan di bumi ini adalah sesuatu yang luar biasa. Tidak banyak anak seumurannya bisa berpikir kritis seperti itu dan berani mengemukakan pendapatnya kepada orang dewasa. “Aku umur segitu masih main Nintendo hahaha.”

Sebagai bentuk penghargaannya kepada Greta, Nita pun membuat ilustrasi karakter Greta yang diposting di Instagram-nya. “Coba ya. Dia masih anak kecil saja sudah dipandang sebelah mata. Tambah dia perempuan. Itu sih yang aku kagumi dari dia.”

Lewat karya-karyanya, Nita sudah menunjukkan bagaimana seorang perempuan tidaklah kalah hebat dengan para pria dan bisa menyuarakan haknya pula. Namun masih ada tantangan yang harus dilalui Nita maupun kita: mengubah persepsi standarisasi perempuan di Indonesia.

“Perempuan idaman yang hebat itu adalah perempuan yang tidak menjatuhkan perempuan lain. Dia sadar akan kemampuan serta haknya, tapi tidak menghakimi yang lain. Dia mampu memperjuangkan haknya, tapi tidak menyerang yang lain.” pungkasnya mengakhiri pertemuan kami.

Baca Juga: Perjalanan Naya hingga Jadi Sutradara, Gak Malu Memulai dari Bawah

Topik:

  • Abraham Herdyanto
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya