Farhanah Fitria, Perempuan yang Gigih Berdayakan Remaja Panti Asuhan

Ia menebarkan kebaikan melalui Yayasan Teman Saling Berbagi

Jakarta, IDN Times - Apa yang kamu pikirkan bila mendengar sebutan "anak panti asuhan"? Apakah ada rasa iba atau mengingatkanmu pada acara ulang tahun yang digelar bersama panti asuhan? Tak jarang, masih ada stigma negatif pada anak-anak panti asuhan. 

Nyatanya, hal tersebut juga berdampak pada konsep diri yang mereka bangun, lho! Melalui Yayasan Teman Saling Berbagi (YTSB), Farhanah Fitria Mustari membagikan perjalanannya untuk memberdayakan siapa saja yang ada di panti asuhan agar bisa menjadi pribadi yang berdaya. Simak kisah serunya yang dibagikan melalui wawancara #AkuPerempuan dengan IDN Times.

1. Yayasan Teman Saling Berbagi (YTSB) berawal dari keresahannya terhadap anak panti asuhan

Farhanah Fitria, Perempuan yang Gigih Berdayakan Remaja Panti AsuhanFarhanah Fitria Mustari, Managing Director Yayasan Teman Saling Berbagi (dok. Farhanah Fitria Mustari)

Sejak kecil, perempuan yang akrab disapa Hana ini, terbiasa merayakan ulang tahun. Perayaannya selalu mengundang anak panti asuhan ke rumah. Namun, mindset-nya waktu itu hingga beranjak dewasa makin berubah.

“Yang dulu diyakini oleh saya dan keluarga itu, konsep menyantuni anak yatim adalah mengundang mereka ke acara ulang tahun dan pengajian,” katanya.

Bagi Farhanah, konsep menyayangi ini cukup bias karena apa yang kita pikir baik belum tentu baik bagi orang lain. Berawal dari refleksi pribadinya, ia merasa ada ketimpangan hidup saat anak panti asuhan melihat orang lain meniup lilin ulang tahun bersama orangtua masing-masing.

“Akhirnya dari situ, saya mulai berpikir bahwa sepertinya stigmanya terlalu dikasihani sehingga banyak orang yang keliru secara empati. Akhirnya pas saya lulus dari S1, saya mulai penasaran dengan panti asuhan. Penasaran saya ini tuh membuktikan kalau plang panti asuhan itu tampaknya ada di setiap kecamatan, artinya kita jalan dikit tuh kita ketemu sama panti asuhan,” lanjutnya.

Keresahan ini membawa Farhanah menelusuri langsung bagaimana pola kehidupan yang ada di panti asuhan. Ternyata, hal ini membuka matanya bahwa kehidupan di panti asuhan pun sama seperti masyarakat pada umumnya. Pasalnya, selama ini ia banyak menemukan pemikiran masyarakat bahwa panti asuhan hanya sebatas berbagi kebaikan melalui donasi, pengajian, dan ulang tahun.

Lebih lanjut, Farhanah menerangkan bahwa, “Kadang kita melihatnya ‘Oh karena mereka berbeda, maka saya harus mengasihani mereka dengan begitu  berlebihan.' Ternyata pas saya lihat, mereka hidup juga dengan teman sebayanya, ketawa biasa, bercanda biasa, juga makan bareng biasa gitu. Maksudnya, gak ada satu pun sudut pandang yang bikin saya merasa bahwa panti asuhan adalah faktor pembeda untuk memperlakukan mereka.”

Di tahun 2018, mulailah ia merintis komunitas yang akhirnya bertransformasi menjadi Yayasan Teman Saling Berbagi (YTSB). Melalui YTSB, Farhanah percaya bahwa setiap anak memiliki peluang untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka masing-masing dengan cara yang berbeda.

2. Anak yang tinggal di panti asuhan rentan mengalami masalah psikologis

Farhanah Fitria, Perempuan yang Gigih Berdayakan Remaja Panti AsuhanFarhanah Fitria Mustari, Managing Director Yayasan Teman Saling Berbagi (dok. Farhanah Fitria Mustari)

Sebagai orang yang bersinggungan langsung dengan Panti Asuhan, Farhanah melihat bahwa mentalitas anak yang tinggal di panti asuhan cukup berbeda. Tentu saja, hal ini bisa memengaruhi bagaimana mereka bisa mengambil keputusan dan membuat perencanaan untuk kehidupan mendatang.

Farhanah merasa bahwa panti asuhan lebih dominan mengajarkan keterampilan hidup secara teknis dalam kehidupan sehari-hari. Namun, ironisnya, kemampuan soft skill tidak begitu terasah. Hal ini memungkinkan mereka tidak terampil secara sosio-emosional.

“Secara psikologis seorang anak panti asuhan, ketika orang lain melihat ke anak-anak itu merasa ingin dikasihani, tapi justru anak-anak itu ngebalesnya dengan kebalikannya. Justru mereka gak ingin dikasihani. Jadi, artinya si anak ini sebenarnya ingin diperlakukan setara, gak dipandang bias gitu ya sama orang lain. Kan itu sebenarnya berlaku juga ya untuk semua hal yang sifatnya marginal, termasuk disabilitas kan,” terangnya saat dihubungi IDN Times pada Senin (21/8/2023) secara daring.

Melalui pemberdayaan panti asuhan yang ia lakukan bersama YTSB, Farhanah melihat bahwa stigma, perlakuan khusus, atau perasaan dikasihani oleh orang lain, tanpa sadar membuat anak-anak panti asuhan memiliki orientasi untuk membuktikan siapa dirinya sendiri.

“Justru ketika didampingi dengan kompetensi sosio-emosional yang baik, pembuktian siapa dirinya itu bukannya jadi sesuatu yang sifatnya bagus atau versi terbaik gitu ya. Itu bisa jadi bumerang ke mereka. Nah, bisa jadi mereka akan menganggap harus mengkritisi diri sendiri begitu berlebihan kalau misalnya gak berhasil gitu kan. Nah, hal-hal yang kayak gitu justru sebenarnya jadi tugas YTSB, yaitu mendampingi mereka agar tidak terisolasi. Dalam artian, tidak terisolasi dengan pandangan orang kepada mereka dan juga pandangan mereka terhadap dirinya mereka sendiri karena konsep diri yang mereka bentuk itu adalah hasil daripada orang lain gitu,” ungkap Farhanah.

3. Pola pengasuhan juga berperan penting membentuk tumbuh kembang anak-anak yang tinggal di panti asuhan

Farhanah Fitria, Perempuan yang Gigih Berdayakan Remaja Panti AsuhanAnak-anak panti asuhan (dok. Farhanah Fitria Mustari)

Berdasarkan pengalamannya, Farhanah menemui isu-isu lainnya daripada stereotip yang tersemat pada anak Panti Asuhan. Cukup ironi mengetahui bahwa ada pengasuh panti asuhan yang harus merawat lebih dari 20 anak.

Menurutnya, ada yang jauh lebih krusial untuk dibantu, yaitu memberikan pendampingan pada anak dan pengasuh panti asuhan untuk mengasah keterampilan sosio-emosional tersebut. Sangat disayangkan bahwa sebagian besar orang meletakkan beban yang besar pada pengasuh, padahal mereka pun punya keterbatasan. 

"Orang sering menganggap kalau pengasuhan itu tanggung jawabnya ibu dan bapak atau para pengurus di panti asuhan aja. Tapi saya selalu bilang ke volunteer, orang yang terlibat di YTSB , atau yang punya peran sebagai mentor gitu, bahwa pengasuhan itu tanggung jawab bersama,” ujarnya.

Ini juga yang mendorong Farhanah bersama YTSB untuk memberikan pelatihan kepada anak dan pengasuh di panti asuhan. Baginya, setiap orang bisa berkontribusi memberikan dampak berupa apa pun walau tidak selalu berupa materi. Salah satunya dengan mendampingi dan membantu lewat ilmu yang kita miliki.

Farhanah merasa prihatin bahwa, “Kepribadian kita kan sebenarnya cuma terbentuk 30 persen, sisanya 70 persen dari lingkungan di mana kita berada. Kebetulan saja lingkungannya mereka itu adalah panti asuhan yang secara budaya itu turun temurun. Warisannya adalah warisan rasa kasihan. Akhirnya, konsep dirinya bakalan terus saja seperti itu.”

4. Program yang dilakukan YTSB mendorong seseorang memiliki pengembangan diri yang baik sebagai bekal menghadapi kehidupan di luar panti asuhan

Farhanah Fitria, Perempuan yang Gigih Berdayakan Remaja Panti AsuhanFarhanah Fitria Mustari, Managing Director Yayasan Teman Saling Berbagi (dok. Farhanah Fitria Mustari)

Yayasan Teman Saling Berbagi (YTSB) merupakan organisasi non-profit yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan. Apa yang dikerjakan YTSB berfokus pada pengembangan diri agar setiap orang maupun instansi, mampu mencapai versi terbaik masing-masing.

dm-player

Salah satu program YTSB adalah memberdayakan beberapa panti asuhan di Bandung. Di baliknya, ada banyak penghuni panti asuhan yang berpotensi besar memiliki kehidupan yang layak secara fisik dan emosional. YTSB jadi wadah untuk memfasilitasi para remaja dan pengasuh di panti asuhan agar berkarakter positif dan memiliki keterampilan yang mumpuni.

“Program pemberdayaan berada di bawah program unggulan. Kita ada tiga aktivitas. Pertama, latihan sosio-emosional untuk anak, remaja, dan pengasuh. Nah, ada sub aktivitas peningkatan self esteem atau self confidence melalui program pembelajaran Bahasa Inggris," terang sosok yang juga dosen STMIK Mardira Indonesia itu.

Setiap programnya memiliki kurikulum yang disesuaikan lagi dengan kebutuhan panti asuhan masing-masing. Artinya, apa yang diberikan YTSB tidak hanya mencakup pengelolaan secara emosional saja. 

Program Berbagi Semangat berkolaborasi dengan Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk melatih kepercayaan diri anak-anak dhuafa. Sementara program Berbagi Kebaikan berfokus pada personal development remaja panti asuhan di Bandung. Selain mengakomodir pengembangan diri pada sekitar 13 panti asuhan di Bandung, YTSB juga memiliki SBS Institute untuk menjangkau pasar lebih luas di kalangan para profesional untuk mengasah soft dan life skills.

Baca Juga: Kisah Seru Ningrum, Si Pemalu yang Dobrak Diri jadi Pound Pro

5. Filosofi di balik Yayasan Teman Saling Berbagi

Farhanah Fitria, Perempuan yang Gigih Berdayakan Remaja Panti AsuhanFarhanah Fitria Mustari, Managing Director Yayasan Teman Saling Berbagi (dok. Farhanah Fitria Mustari)

Kata "berbagi" memiliki makna tersendiri bagi Farhanah Fitria. Konsep berbagi terkesan seperti dua orang yang tidak semuanya memiliki kelebihan. Bagi Farhanah, konsep ini sifatnya lebih setara. 

"Artinya, ketika saya berbagi sama kamu, kamu pun sebenarnya akan membagikan sesuatu untuk saya. Nah, konsep teman sebenarnya adalah agar proses berbagi itu gak merasa bahwa ada yang lebih besar dan ada lebih kecil karena kita sama-sama punya peran untuk saling melakukan sesuatu demi kebaikan," imbuhnya. 

Melalui yayasan yang dipimpin Farhanah, ia turut memperkenalkan konsep Saling Bukan Silang. Di dalamnya terdapat tiga prinsip, yakni saling menguatkan, saling berbicara baik, dan saling mencintai lebih baik. 

Farhanah menjelaskan, "Ketika kita punya tiga itu sebagai fundamental kita dalam berbagi, justru sebenarnya itu yang akan membuat kita menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Itu juga saya tanamkan kepada program-program YTSB, khususnya program yang di panti asuhan."

Bagi perempuan yang juga berprofesi sebagai trainer ini, Farhanah memandang bahwa konsep berbagi menyatukan orang-orang yang saling terkoneksi. Bukan sekadar hubungan timbal balik, tetapi saling percaya bahwa masing-masing orang akan bertumbuh sesuai dengan cara mereka masing-masing. 

6. Perjalanannya berkarier tentu tidak mudah. Namun, ia berhasil menunjukkan karakter pemimpin yang mau, mampu berbagi, dan memberdayakan orang lain

Farhanah Fitria, Perempuan yang Gigih Berdayakan Remaja Panti AsuhanFarhanah Fitria Mustari, Managing Director Yayasan Teman Saling Berbagi (dok. Farhanah Fitria Mustari)

Selain menjadi Managing Director untuk YTSB, Farhanah juga berprofesi sebagai freelance professional trainer, dan dosen di STMIK Mardira Indonesia. Ia menyadari bahwa beragam aktivitas yang dijalaninya mengajarkan banyak hal tentang kepemimpinan, kapasitas diri, dan personal branding.

“Saya justru melihatnya ‘oh, ini bagus banget ketika saya organize banyak hal. Satu sisi, skill saya semakin terasah. Kalau pisau, itu kan kayak semakin tajam gitu. Saya jadi bisa tahu tentang mana yang penting dan yang gak penting. Jadi, sebenarnya tergantung kita gitu melihatnya dan saya melihatnya semakin banyak peran, justru semakin membuat orang itu jadi lebih bertumbuh,” tuturnya.

Menurutnya, pemimpin yang pintar gak hanya menyimpan ilmunya untuk diri sendiri, tapi memakai ilmu tersebut untuk memberdayakan orang lain. Berbekal keterlibatannya di organisasi non-profit  ‘Satu Indonesia’, Farhanah memahami pentingnya seseorang mengasah kecerdasan emosional melalui interaksi dengan tim dan masyarakat di desa.

“Saya mulai ngerasa perubahan itu karena saya join NGO Satu Indonesia. Saya harus belajar bikin program, terus juga harus ngobrol sama masyarakat di desa, harus mengatur tim yang ada di bawah divisi saya waktu itu. Kan akhirnya jadi belajar ternyata ‘oh, ternyata kecerdasan emosional itu penting’ gitu. Artinya, saya boleh berambisi tapi saya gak boleh lupa untuk berafiliasi dengan orang-orang yang ada di sekitar,” sambungnya.

Sejak saat itu, perempuan lulusan Institut Teknologi Bandung ini merasa bahwa setiap orang sebenarnya memiliki super power. Kekuatan atau super power ini bukan tentang seberapa besar dan megah, melainkan apa yang bisa diberikan kepada orang lain sesuai dengan kapasitas diri untuk menciptakan perubahan baik bagi lingkungannya.

Prinsip inilah yang menjadi tujuan dan harapan Farhanah untuk anak-anak panti asuhan yang diberdayakannya melalui YTBS. Ia merasa perubahan besar baru terjadi ketika anak-anak yang tinggal di panti asuhan bisa hidup bermasyarakat dengan baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya.

“Semua momen berkesan (di panti asuhan) itu karena lingkaran kebaikan yang gak putus,” jelasnya.

7. Kunci hebatnya seorang perempuan terletak pada keyakinan pada dirinya sendiri

Farhanah Fitria, Perempuan yang Gigih Berdayakan Remaja Panti AsuhanFarhanah Fitria Mustari, Managing Director Yayasan Teman Saling Berbagi (dok. Farhanah Fitria Mustari)

Melalui perjalanannya, ia berhasil menyebarkan semangat pembaharu bagi perempuan. Dari keresahan pribadi terhadap nasib hidup anak-anak panti asuhan, Farhanah menunjukkan pentingnya seorang perempuan juga perlu yakin pada dirinya sendiri.

Farhanah menggambarkan sosok perempuan hebat sebagai, “Perempuan yang yakin dengan dirinya sendiri, yakin dengan kemampuan, yakin dengan kapasitas dan pertumbuhan hidupnya. Yakin itu satu kata yang gak gampang diucapin dan perempuan akan menjadi menarik ketika dia punya keyakinan yang sangat kuat dengan dirinya karena yakin bahwa dia bisa menjalankan hidupnya dengan bermakna.”

Kisah inspiratif Farhanah Fitria jadi bukti bahwa perubahan yang berdampak baik bisa terjadi saat kita mengenal diri sendiri. Ketika generasi muda gak percaya dengan apa yang dilakukannya, maka mereka pun tidak akan bisa berkomitmen dan perubahan tidak akan terjadi.

“Segala sesuatu itu sebenarnya tumbuh dari refleksi diri yang rutin. Menurut saya, anak muda gak cuma sekedar bergerak, tapi juga mengambil jeda untuk refleksi. Dengan itu, dia jadi tahu sebenarnya dia itu mau ke mana,” tutupnya.

Baca Juga: Kisah Ara Kusuma, Pembaharu Muda yang Gigih Wujudkan Perubahan Baik

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya