TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IWD 2020: Hernani Sirikit Bicara Soal Tantangan Terberat Perempuan

#IWD 2020 Sesama perempuan mestinya saling mendukung

IDN Times/Indra Zakharia

Memeringati International Women's Day yang jatuh di bulan Maret, IDN Times menggelar acara dengan tema #EachForEqual. Diselenggarakan di kantor IDN Media Creative Lab Surabaya pada 7 Maret 2020, acara ini menghadirkan ibu Risma selaku walikota Surabaya dan lebih dari 20 pembicara wanita inspiratif di berbagai bidang yang akan menceritakan perjuangan masing-masing dalam mewujudkan #EachForEqual.

Dr. Hernani Sirikit, MA adalah salah satu wanita hebat yang turut bergabung di acara ini. Sebagai seorang seniman, penulis yang juga dikenal dengan nama Sirikit Syah ini sudah melahirkan banyak karya sastra, di antaranya adalah 17 buku.

1. Pendiri Sirikit School of Writing (SSW) yang sempat bercita-cita menjadi guru

IDN Times/Indra Zakharia

Dikenal sebagai penulis dan jurnalis, siapa sangka Dr. Hernani Sirikit, MA bercita-cita menjadi guru sejak remaja. Perempuan kelahiran Surabaya ini menamatkan studi S1 nya di IKIP Surabaya, dan aktif di media kampusnya yang bernama GEMA.

Belum lama menyandang gelar sarjana, Sirikit dilamar oleh koran Surabaya Post sebagai wartawan. Kegemarannya menulis puisi, cerpen, dan resensi setiap selesai menonton pertunjukan seni membawanya makin dekat ke dunia jurnalistik.

Baca Juga: IWD 2020: 6 Pembicara di Sesi Literasi IWD 2020 by IDN Times

2. Tantangan terberat yang dihadapi perempuan seringnya justru datang dari kaumnya sendiri

Dok. Istimewa

Berawal dari Surabaya Post, karier Sirikit sebagai seorang jurnalis terus berkembang. Beliau sempat bergabung dengan The Jakarta Post dan beberapa stasiun televisi swasta. 

Berkarier sebagai wartawan wanita bukanlah pekerjaan mudah bagi Sirikit. Di awal-awal kariernya, jumlah wartawan wanita sangat sedikit. Lain cerita dengan masa sekarang, di mana kaum hawa mulai mengisi banyak sektor perekonomian.

Di acara #EachForEqual, Sirikit menyebutkan bahwa tantangan terbesar bagi perempuan seringnya datang dari kaumnya sendiri. Munculnya rasa iri yang kadang membuat persaingan jadi tidak sehat.

"Kadang-kadang sesama perempuan itu tidak supportif, lalu tidak mau ada matahari kembar, yang satu harus mati mataharinya. Mestinya bisa menjadi bulan dan matahari, kenapa harus mati satu mataharinya. Itu yang menghambat," ujar Sirikit menceritakan pengamatannya pada persaingan antar perempuan di kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: IWD 2020: Dulu, Arumi Bachsin Tak Pernah Melihat Sisi Dunia yang Lain

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya