Susy Susanti: Membimbing Atlet Millennials Harus to the Point! 

Ngobrol santai dengan legenda hidup bulu tangkis

Sekarang, generasi millennials mengenal dan mengelu-elukan Jonathan Christie maupun Tontowi Yahya dan pasangannya di ganda campuran, Liliyana Natsir, yang baru saja gantung raket. Namun, kenalkah generasi millennials dengan sosok Susy Susanti? Dialah legenda hidup dalam dunia olahraga bulu tangkis Indonesia karena masih menjadi satu-satunya pemain wanita yang berhasil meraih posisi tertinggi, yaitu medali emas di Olimpiade Barcelona pada 1992. Selain itu, gelar juara dari sederet pertandingan tingkat dunia lain pun berhasil digenggam. Sebut saja World Championship, All England, dan masih banyak lainnya.

Berhasil mengharumkan nama bangsa di kancah dunia lewat olahraga bulutangkis, yuk kita kulik kabar terbarunya.

1. Ngobrol sore santai dengan Susy Susanti di Blibli Friends Meet Up

Susy Susanti: Membimbing Atlet Millennials Harus to the Point! IDN Times/Elfida

Ditemui dalam acara Blibli Friends Meet Up pada Minggu (14/7) lalu di GOR PB Djarum, Jakarta, Susy tampil santai mengenakan kaos lengan pendek berwarna biru tua dengan logo Blibli di bagian dada, berpadu dengan black legging selutut, dan sepatu olahraga berwarna putih. Alan Budikusuma, sang suami, juga hadir karena di hari itu, pihak Blibli memang mengundang mereka berdua untuk ngobrol santai seputar Blibli Indonesia Open (BIO) 2019 yang mulai digelar hari ini, 16-21 Juli di Istora Senayan, Jakarta. 

Ditanya soal persiapan atlet dari Indonesia, Susy Susanti yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, mengaku bahwa persiapan atlet sudah cukup baik. Susy pun menambahkan harapan kepada tim Indonesia mengingat poin Indonesia Open ini cukup besar dan ikut masuk penghitungan kualifikasi Olimpiade 2020. Selain itu, Susy juga berharap ada kejutan seperti pada tahun lalu, di mana Indonesia berhasil meraih dua gelar juara melalui pasangan ganda putra, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan pasangan ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. 

2. Atlet dulu dan atlet millennials, apa bedanya?

Susy Susanti: Membimbing Atlet Millennials Harus to the Point! IDN Times/Elfida

Susy bercerita, terdapat perbedaan yang dirasakan ketika dirinya dulu menjadi atlet bulu tangkis dengan apa yang dia lihat dan rasakan dari atlet sekarang. 

"Pastilah berbeda karena zaman juga berbeda, tapi yang paling mencolok itu perbedaan dari segi fasilitas, seperti perhatian dari pemerintah. Kalau dulu, perhatian pemerintah itu minim, sehingga otomatis mau gak mau harus berusaha sendiri, harus lebih tough. Contoh sederhana, habis main pasti lapangan licin jadi mesti nyapu sendiri. Kalau sekarang, sudah pakai karpet jadi lebih enak. Lebih mau berusaha juga karena kalau gak juara, kita gak dikirim. Budget lebih sedikit, yang dikirim sampai yang juara kedua saja. Kalau sekarang kan budget lebih besar, perhatian lebih besar, semua lebih mudah, jadi dari atletnya sendiri yang harus mau gigih," terang Susy.

Meski begitu, Susy mengaku tidak bisa membandingkan secara langsung antara generasi dulu dan sekarang karena semua itu memiliki sisi plus dan minus tersendiri.

"Apa yang pernah kita capai dulu bisa diterapkan juga saat ini, tapi dengan cara berbeda," ujar dia. Susy menerangkan lebih lanjut, misalnya dari segi komunikasi. Menurut Susy, generasi millennials harus diberikan pengertian yang logis. "Gak bisa tuh dipakai lagi perumpamaan demi mengabdi kepada negara, kalau ke atlet-atlet sekarang saya harus lebih to the point. Saya bilang ke mereka kalau kamu mau duit banyak, ya harus menang. Kalau kamu mau bonus besar, ya saya kasih bonus latihan dulu sekarang. Karena dunia ini kan sudah jadi pilihan mereka, untuk masa depan mereka juga. Kalau dulu mungkin tabu ya, sedikit-sedikit ngomongin duit, padahal bukan masalah itu. Anak-anak ini, saat terjun ke sini, kan mereka berharap ada masa depan di sini. Rasa nasionalisme sih tetap punya, tapi tujuan utama kan berbeda," ungkap dia.

Baca Juga: Inspirasi Rumah dengan LB 178 m, Kapasitas Garasinya Cukup Dua Mobil!

3. Kemauan yang kuat membuat kita berkomitmen

Susy Susanti: Membimbing Atlet Millennials Harus to the Point! Dok. Poplicist ID

Susy pun mengenang masa-masa di awal dia terjun menjadi atlet bulu tangkis.

dm-player

"Saya terjun ke bulu tangkis karena memang kedua orangtua hobi main bulu tangkis. Jadi memang ada peran orangtua, saya sering diajak ke lapangan. Awalnya sih cuma nonton, bawain bola, akhirnya belajar mukul. Pas itu mungkin papa lihat, sifat saya yang paling menonjol itu gak mau kalah. Jadi pas belajar, saya gak mau berhenti kalau belum bisa. Penasaran. Saya punya tekad yang kuat dan kemauan. Begitu saya mau, saya berkomitmen," cerita dia.

Dari situ, Susy pun didaftarkan ke klub yang kebetulan adalah milik pamannya sendiri. Prestasinya di tingkat daerah mengantarnya untuk menekuni bulu tangkis lebih profesional lagi di Jakarta.

"Saya masuk asrama umur 14 tahun, dalam waktu setahun saya berhasil masuk pelatnas. Dari situ, saya terus menggeluti olahraga ini sampai akhirnya pensiun di usia 27 tahun," kenang Susy.

Susy pun mengaku, tidak ada keinginan atau rasa rindu untuk kembali ke bulu tangkis di awal-awal gantung raket karena Susy merasa sudah total dan memberikan yang terbaik selama menjalaninya.

4. Susy ingin atlet wanita tak kalah dari pria

Susy Susanti: Membimbing Atlet Millennials Harus to the Point! Instagram.com/@alanbudikusumaofficial

Susy mengagumi sosok Bunda Theresa karena rasa kemanusiaan yang dimilikinya begitu tinggi. Namun untuk pelajaran hidup sehari-hari, Susy mengaku banyak belajar dari sosok Ibu Kartini.

"Dari sosok Kartini, saya belajar tentang kesetaraan. Kalau dibilang wanita itu lemah, tidak lho. Wanita itu kuat sekali, wanita itu serba bisa. Wanita punya peran ganda, sebagai ibu namun juga mampu untuk mencari nafkah sendiri. Sebuah generasi tidak mungkin tumbuh tanpa wanita, didikan seorang ibu," kata Susy.

Untuk itulah, Susy berharap atlet bulu tangkis perempuan juga tidak kalah dari laki-laki. "Kita harus belajar dari Ibu Kartini bagaimana kita bisa berjuang dan berprestasi, dalam karier apa pun itu. Kita harus bisa berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain karena itu yang bakal jadi kelebihan kita sendiri. Asal ada kemauan, pasti bisa," jelas dia.

Susy bercerita, tak hanya sebagai pembina, dia pun berperan sebagai kakak untuk atlet-atlet bulu tangkis di PBSI. Dia tak segan-segan memberi nasihat atas kegalauan-kegalauan yang pernah timbul. "Saya pernah bilang jangan mau jadi artis, jadi atlet yang juara dulu, baru jadi artis. Kalau gak juara juga gak dikenal kok, orang gak mau juga jadiin artis. Sekarang gara-gara media sosial, orang-orang bisa jadi seperti artis. Mungkin karena saya juga punya anak perempuan seumuran ya, jadi saya bisa memberi nasihat seperti itu," cerita dia sambil tertawa.

5. Film "Susy Susanti - Love All" menguak segala hal yang belum kamu tahu soal perjuangannya

Susy Susanti: Membimbing Atlet Millennials Harus to the Point! INSTAGRAM/filmsusisusanti

Kisah hidup Susy Susanti pun tak pelak diangkat ke dalam bentuk film. Berjudul “Susi Susanti - Love All”, film ini tengah memasuki tahap pascaproduksi. Film ini juga ikut meramaikan Blibli Indonesia Open 2019 dengan membuka official booth yang akan menayangkan video teaser 30 detik. Kemudian pada 19 Juli, akan diadakan Meet & Greet bersama pemeran utama wanita, Laura Basuki dan produser film, Daniel Mananta. Sementara pada 21 Juli, akan diadakan Meet & Greet bersama Dion Wiyoko yang memerankan Alan Budikusuma dan Sim F selaku sutradara film. Film ini juga mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia sebagai prestasi yang membanggakan bagi Indonesia dan perlu diingat oleh generasi muda.

Susy sendiri mengaku film ini dapat memberi inspirasi tersendiri bagi generasi millennials, penikmat bulu tangkis, serta masyarakat Indonesia pada umumnya. "Orang mungkin melihat saya saat juara, tapi bagaimana perjalanan menuju ke sana, pengorbanan, ketekunan, disiplin, dan kerja keras seperti apa yang saya berikan, tidak banyak yang tahu. Perjalanan karier saya di sini tidak selalu berjalan mulus, ada kalanya jatuh terpuruk, kemudian bangkit lagi. Selain itu, lewat film ini kita juga bisa melihat Indonesia bersatu tanpa peduli suku, agama, dan lain-lainnya," ungkap Susy.

Buat kamu yang tertarik melihat langsung Blibli Indonesia Open 2019 sekaligus keseruan Meet & Greet film "Susy Susanti - Love All", beli tiketnya mulai sekarang, ya. Tapi jangan khawatir, kalau kehabisan atau memang tidak sempat untuk datang langsung, kamu masih bisa online streaming lewat aplikasi blibliplay. 

Baca Juga: 7 Kalimat Paling Menyakitkan Untuk Putus

Topik:

  • Elfida

Berita Terkini Lainnya