Perempuan Harus Berani agar Tidak Hilang Eksistensi

Berani menghadapi keberagaman dan kontroversi!

Isu-isu tentang perempuan selalu menarik untuk dibahas. Perempuan sering mengalami diskriminasi sosial yang membuatnya tampak kalah dengan laki-laki. Banyak aktivis dan feminist penggerak kesetaraan perempuan yang selalu bersemangat untuk mengajak perempuan untuk mau berani menyuarakan keadilan. Mereka berjuang agar perempuan memiliki tempat yang layak dan sejajar dengan laki-laki dalam masyarakat.

Dalam peluncuran buku "Melati di Taman Keberagaman: Praktik kepemimpinan Inklusif di Indonesia dan Australia," hadir perempuan-perempuan hebat yang membagikan pengalamannya dalam menyuarakan keadilan perempuan di bidangnya masing-masing. Peluncuran buku ini dilakukan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Rabu (30/11).

1. Sang Penulis, Mathilda AMW Biro, menulis buku berdasarkan pengalamannya mengikuti Australia Awards Indonesia (AAI)

Perempuan Harus Berani agar Tidak Hilang EksistensiPeluncuran buku "Melati di Taman Keberagaman". 30 Oktober 2019. IDN Times/Klara Livia

Mathilda AMW Biro adalah penulis dari buku ""Melati di Taman Keberagaman: Praktik kepemimpinan Inklusif di Indonesia dan Australia." Secara praktis, buku membahas tentang bagaimana pentingnya keberagaman dan inklusi dalam kepemimpinan perempuan yang efektif dan mampu memengaruhi perubahan dengan studi kasus di dua negara yaitu Australia dan Indonesia.

"Buku ditulis bukan untuk menggurui. Saya hanya sekadar berbagi apa yang telah saya alami setelah 30 tahun bergelut dalam corporate communication dan 10 tahun organisasi. Buku ini juga merupakan perjalanan saya dan teman-teman saya dalam mengikuti Australia Awards Indonesia (AAI)," papar Mathilda.

2. Mathilda merasa perempuan perlu melek kepemimpinan. Baginya, pemimpin tidak harus mereka yang duduk di posisi puncak

Perempuan Harus Berani agar Tidak Hilang EksistensiPeluncuran buku "Melati di Taman Keberagaman". 30 Oktober 2019. IDN Times/Klara Livia

Telah berkarier lebih dari 30 tahun, Mathilda melihat perempuan memiliki insting dan passion keibuan yang memungkinkannya lebih mudah untuk menjalani tugas-tugas merawat kebinekaan, menjaga keberlangsungan hidup, mereda konflik dan memelihara perdamaian.

"Kita ingin agar perempuan Indonesia melek kepemimpinan, memiliki leadership literacy karena kepemimpinan bukan hanya milik mereka yang duduk di posisi puncak. Nilai-nilai kepemimpinan ada di setiap diri kaum perempuan. Memahami potensi diri, berani bersikap, bersuara, merebut peluang yang ada. Jangan lagi ada pelaku teror di antara kita," tuturnya.

3. Sayangnya, menurut Prof Dr. Musdah Mulia perempuan sering takut untuk menghadapi kontroversi

Perempuan Harus Berani agar Tidak Hilang EksistensiPeluncuran buku "Melati di Taman Keberagaman". 30 Oktober 2019. IDN Times/Klara Livia
dm-player

Mathilda melihat bahwa perempuan memiliki potensi diri untuk menjadi pemimpin. Sayangnya, banyak perempuan lebih memilih diam dalam menghadapi kontroversi. Prof Dr Musdah Mulia merasa perempuan takut dianggap bukan perempuan ideal apabila bersuara dan menegakkan kebenaran.

"Gak banyak perempuan berani menghadapi kontroversi. Sejak kecil, kita selalu dikatakan 'Kamu jadi perempuan yang baik-baik,' dan mereka yang baik-baik itu diam. Kalau perempuan bilang 'Oh itu tidak benar' dianggap bukan perempuan ideal," papar Prof. Dr Musdah Mulia dari Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP).

Baca Juga: Ini Sosok-sosok Perempuan Tangguh di Balik Peringatan Sumpah Pemuda

4. Hermie Kleden bergerak di bidang jurnalistik selama lebih dari 30 tahun, menurutnya jurnalis perempuan memiliki daya tambang yang sangat kuat

Perempuan Harus Berani agar Tidak Hilang EksistensiPeluncuran buku "Melati di Taman Keberagaman". 30 Oktober 2019. IDN Times/Klara Livia

Berbeda dengan Prof Dr. Musdah Mulia, Jurnalis Senior, Hermien Kleden melihat perempuan yang bergerak di bidang jurnalistik memiliki daya tambang luar biasa. Ia tidak ingin membandingkan jurnalis perempuan dan laki-laki, namun selama ini ia melihat jurnalis perempuan jauh lebih kuat dibanding yang orang-orang kira.

"Pengalaman saya memegang sekian banyak reporter, perempuan itu daya tambangnya tinggi sekali. Jadi gak mati-mati diapain pun susah matinya. Kebetulan saya pegang kursi panas yaitu investigative reporting dan perempuan itu kok jago banget ya merayapnya. Betul-betul saya gak mencoba perbedaan antara laki dan perempuan, tapi itu pengalaman saya," tutur Hermien, mantan pemimpin redaksi Tempo English.

5. Perempuan harus berani supaya tidak kehilangan eksistensi

Perempuan Harus Berani agar Tidak Hilang EksistensiPeluncuran buku "Melati di Taman Keberagaman". 30 Oktober 2019. IDN Times/Klara Livia

Akhir kata, para narasumber setuju bahwa meskipun banyak tantangan, perempuan memiliki potensi diri yang sangat kuat untuk mendapatkan posisi yang setara dalam masyarakat.  Kepemimpinan perempuan ini juga akan membantai tiga hal krusial dalam Negeri yaitu: sikap intoleran, radikalisme, dan terorisme

"Pengalaman saya mengatakan perempuan tuh harus berani lho, karena kalau kita kehilangan keberanian, kita kehilangan eksistensi," ungkap Musdah mengakhiri pembicaraan.

Baca Juga: Misiyah Berbagi Mengenai Kepemimpinan Arus Bawah Lewat KAPAL Perempuan

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya