Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
cover-56.png
Taylor Swift dalam music video The Fate of Ophelia. (instagram.com/Taylor Swift)

Intinya sih...

  • Taylor Swift bertransformasi menjadi Ophelia dalam balutan gaun putih, gambarkan kisah cinta yang tragis

  • Menyulap diri menjadi Marilyn Monroe, Taylor kenakan bodysuit merah dari Versace

  • Membawa memori ke era girl group 1960-an, metallic leather diamonds dengan gold metal rings dikenakan Taylor

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Taylor Swift baru saja merilis album ke-12, "The Life of a Showgirl" dengan "The Fate of Ophelia" sebagai lagu utamanya. Memberikan kejutan yang berbeda, Taylor hadirkan music video yang terinspirasi dari tokoh legendaris dan ikonik pada abad ke-20, Ophelia.

Album yang ditulis disela-sela The Eras Tour pada 2024 ini merekonstruksi ulang kisah yang ditulis oleh Shakespeare. Sebagai director, pemain, dan penulis lagu, Taylor menunjuk fashion stylist Joseph Cassell Falconer untuk membantunya menghadirkan busana yang spektakuler di music video The Fate of Ophelia.

Taylor sangat teliti dalam setiap pemilihan busana yang diinginkannya. Ia memilih desainer yang sama dengan perancang kostumnya di The Eras Tour, menandakan ia tak ingin kehilangan koneksi dengan 11 album sebelumnya. Taylor ternyata tak hanya menyampaikan pesan melalui lagu yang dibawakannya, namun menghidupkan visual dan makna tersirat melalui busananya yang dipakai.

1. Taylor bertransformasi menjadi Ophelia dalam balutan gaun putih, gambarkan kisah cinta yang tragis

Taylor Swift dalam music video The Fate of Ophelia. (youtube.com/Taylor Swift)

Taylor Swift membuka music video-nya dengan menjelma menjadi sosok dalam lukisan Ophelia tahun 1900-an. Tokoh Ophelia merupakan karakter yang dibuat oleh William Shakespeare dalam drama Hamlet. Kisah ini yang kemudian menginspirasi banyak seniman, termasuk Friedrich Wilhelm Theodor Heyser yang lukisannya menjadi inspirasi Taylor.

Sang seniman menggambarkan seorang perempuan berbusana putih yang terbaring di dasar sungai, menjadi simbol kematian yang tragis bagi Ophelia. Lukisan Ophelia merupakan potret kisah cinta yang tak berakhir indah dari Ophelia dengan Helmet.

Dalam adegan terakhir, Ophelia menggenggam rue, tanaman yang menjadi simbol penyesalan namun juga dapat mengobati rasa sakit. Di lukisan aslinya, Ophelia terbaring di permukaan air dengan beberapa bunga di sekeliling tubuhnya serta busana putih yang warnanya memudar.

Taylor menghidupkan kembali sosok Ophelia dalam klip The Fate of The Ophelia, mengikuti setiap detail termasuk taburan bunga dan warna gaun yang pucat nyaris pudar. Ia mengenakan gaun polos berlengan flounce nan dramatis.

Custom gown dari label Alberta Ferretti ini dirancang oleh desainer Lorenzo Serafini. Untuk membuat penampilan Taylor semakin menyerupai Ophelia, gaun tersebut menerapkan teknik pewarnaan tea-stained, hasilnya tone yang kusam dan pudar. Taylor sukses memadukan referensi modern dan seni histori dalam setiap elemen video, terutama visual gaya busana yang dikenakannya.

2. Menyulap diri menjadi Marilyn Monroe, Taylor kenakan bodysuit merah dari Versace

Taylor Swift dalam music video The Fate of Ophelia (instagram.com/taylorswift)

Dalam sekejap, Taylor bertransformasi menjadi sosok ikonik di abad ke-20, Marilyn Monroe. Perubahan dalam busananya menjadi simbol babak baru dalam kisah cintanya.

Ia tak melakoni jalan tragis seperti Ophelia, melainkan memilih menyusuri takdir berbeda, sebab seseorang, sebagaimana dalam lirik lagunya, "saving my heart from the fate of Ophelia".

Taylor menjadikan Ophelia versi dirinya sebagai metafora perempuan yang berusaha memegang kendali dan mengubah takdirnya. Ophelia dalam imajinasi Taylor tidaklah menjadi sosok yang kisahnya berakhir dengan luka, ia akan menjadi modern pop star. Ilustrasi ini diciptakan melalui kehadiran sosok bintang Hollywood Marlyn Monroe.

Ia kenakan bodysuit merah karya rumah mode Versace dengan well structured bustier, dihias dengan taburan kristal berwarna serupa. One piece skin-tight outfit ini dikenakannya bersama opera gloves yang disulam permata, coraknya selaras dengan busana utama.

Pelantun lagu "Love Story" itu juga mengenakan garter belt yang dibubuhi rumbai kristal sebagai ornamen, membuat red pumps dari Jimmy Choo itu semakin bersinar. Tampaknya, ini bukan kali pertama bagi Taylor tampil dengan crystal-embroidered bodysuit karya luxury fashion brand, Versace. Selama ia menjalani The Eras Tour, label Milan tersebut telah menyokong sejumlah atasan bodi fit dengan taburan kristal mewah untuknya.

Taylor kian menyerupai Marilyn berkat rambut blonde bergelombang dengan tatanan bob pendek bervolume khas era 1950-an. Sementara, complexion ala Marilyn yang begitu mulus bak porcelain juga diadaptasi oleh Taylor.

Dipulaskannya pula lipstik merah klasik dengan pouty lips, eyeliner tebal, dan bulu mata lentik yang memberi kesan mata yang teduh namun tetap menggoda. Tak ingin melewatkan sedikit pun detail, Taylor juga membubuhkan tahi lalat kecil di atas bibirnya, sangat khas Marilyn.

Set perhiasan dari Lorraine Schwartz menyempurnakan seluruh look Taylor yang bertransformasi menjadi Marilyn selama kurang dari 20 detik. Taylor memamerkan gaun rancangan khusus dari sejumlah luxury brand itu dengan berjoget di backstage bersama para penari latarnya, memberikan gambaran sebagai bintang pop star.

3. Membawa memori ke era girl group 1960-an, metallic leather diamonds dengan gold metal rings dikenakan Taylor

Taylor Swift dalam music video The Fate of Ophelia (instagram.com/taylorswift | youtube.com/Taylor Swift)

Di adegan berikutnya, Taylor tampil sebagai The Ronettes, mod (modernist) girl group era 1960-an. Girl group yang membawakan lagu Be My Baby tahun 1963 ini memiliki signature look berupa beehive hairstyle. Potongan rambut panjang ditata dengan conical shape yang menyerupai bentuk sarang lebah.

Tunangan Travis Kelce ini menyulap dirinya dengan sempurna, mengikuti setiap detail look ala The Ronettes dan membawa penonton menikmati visual mod look yang populer di dekade itu. Taylor menjelma menjadi penyanyi utama dalam grup musik perempuan era 60-an. Ia kembali percayakan jenama Roberto Cavalli sebagai desainer untuk menciptakan black shattered-glass dress.

Robert Cavalli tampaknya sudah menjadi 'langganan' Taylor untuk mendesain gaun sesuai keinginan penyanyi country music itu. Buktinya, di The Eras Tour, rumah mode tersebut mendesain setidaknya 20 gaun berbeda.

Busana Taylor dibuat dari metallic leather diamonds yang digabungkan oleh gold metal rings. Gaun hatler ini juga dimodifikasi dengan detail layering necklace bertabur kristal yang memancarkan kesan chic. Untuk gelang, ia pilih single bangle bracelet warna hitam yang serupa dengan penari latarnya.

Gaya pop culture ditandai dengan winged eyeliner yang bold dan bulu mata lentik yang memberi sentuhan tajam pada tatapan mata. Lipstik pun dibuat lebih soft dengan warna oranye yang hangat. Kali ini, Taylor kenakan stripes heels hitam yang memiliki warna serupa dengan nail art.

3. Penuh makna tersirat, gaun dari koleksi A Lover's Kiss karya Paolo Sebastian dan swimsuit dari Area menghidupkan panggung theater ala Taylor

Taylor Swift dalam music video The Fate of Ophelia (instagram.com/taylorswift)

Beranjak ke sequence berikutnya, Taylor tiba-tiba muncul dengan gaun mewah dan rambut merah bergelombang. Ia memerankan karakter utama dalam sebuah opera, lengkap dengan penari latar yang kenakan kostum pelaut.

Busana yang dikenakan Taylor hadirkan pesan tersirat. Sequins gown tersebut adalah haute coutre fall season 2024 dari koleksi A Lover's Kiss karya Paolo Sebastian.

Dress dengan taburan kristal silver yang gemilang itu diberi tambahan korset terbuka yang membuatnya tampak lebih berdimensi. Terdapat detail hati dan anak panah yang merupakan penghormatan kepada pengabdian abadi Cupid dan Psyche.

Gaun ini terinspirasi dari kisah-kisah yang ditulis oleh Shakespeare. Dalam catatan yang ditulis oleh Paolo Sebastian, disebutkan A Lover's Kiss mengambil inspirasi dari kisah cinta agung di masa lalu, seperti Romeo dan Juliet, Dante dan Beatrice, maupun Cupid dan Psyche.

Kisah legendaris di masa lalu itu memberi pesan, entah melalui kekuatan atau pengorbanan, cinta sejati adalah kekuatan itu sendiri. Taylor tampaknya tengah menyiratkan bahwa kisah cinta versinya memiliki kekuatan yang besar hingga mampu melepaskan dia dari belenggu kisah tragis. Ia juga memuji sosok yang telah menyelamatkan hati Taylor dari 'fate of Ophelia'.

Lalu latar di tengah lautan berubah dalam sekejap, kini Taylor seolah berada di dasar laut. Penyanyi perempuan paling kaya di dunia itu tampil dalam balutan baju renang biru. Koreografinya meniru Busby Berkeley, koreografer dan sutradara yang terkenal di era 1930-an, masa keemasan bagi Hollywood.

Gaya sinematografi spektakuler dengan tarian sinkronisasi massal, set yang megah, dan permainan air yang jadi ciri khas Busby Berkeley, menjadi inspirasi Taylor sepenuhnya. Taylor menari dengan gerak kaki yang mencolok, ia pakai baju renang berwarna aquamarine yang dirancang oleh Area. Dalam adegan itu, para penari membawa pelampung atau swim ring, memberi kode seandainya Ophelia memiliki lifesavers, mungkin ia tak akan mati karena tenggelam.

Meski memvisualkan momen yang syarat makna, Taylor tetap tampil fashionable. Ia menyempurnakan look dengan custom cap dari Area label womenswear legendaris dari Manhattan. Kalungnya adalah karya Olivia Button Riviere Necklace yang dibanderol dengan harga $5,600.00. Sementara, cincin berbentuk hati yang dikenakannya merupakan Aquamarine and Diamond Heirloom Bezel Ring dari desainer Retrouvaí seharga $13,280.00.

4. Menutup music video dengan gaun yang membalut dirinya, ia juga tampil stunning meniru gaya showgirl

Taylor Swift dalam music video The Fate of Ophelia (instagram.com/taylorswift)

Joseph Cassell Falconer kembali menunjuk Robert Cavalli sebagai jenama busana yang gaunnya dikenakan oleh Taylor pada babak penutupan. Melalui gaun berdesain tali dan kristal emas, Taylor menghidupkan visual 'terikat', di mana seluruh elemen seolah menjerat tubuhnya.

Ia mengontekstualisasikan jalinan tali ke dalam logistik di balik layar opera. Dalam babak penutupan, Taylor kembali kenakan kalung leher karya Joanna Laura Constantine dan gelang antik For Future Reference yang telah hadir sejak pertengahan 1800-an.

Semua terikat, semunya saling bertaut dan terbungkus. Taylor menutup 'drama' dalam musik videonya dengan visualisasi tubuh yang terbalut tali lalu terangkat ke atas, menutup semua babak dan kisah Ophelia yang tragis.

Kali ini, Taylor tampil memukau dengan curtain bangs dan rambut hitam yang bergelombang. Ia menegaskan riasan wajahnya dengan eyeliner yang terpulas degan teknik hooded eyes, membingkai mata dengan begitu tajam. Lipstik merah yang selalu melekat pada identitasnya, terpulas sempurna.

Dengan cepat, adegan finale menutup pertunjukan The Fate of Ophelia. Taylor tampil sebagai showgirl, penampil perempuan dalam pertunjukan teater dengan kostum eksotis dan terbuka. Showgirl biasanya menari atau menjadi gadis paduan suara. Konsep showgirl lahir dari tradisi kabaret Prancis dan revue theatre di awal abad ke-20.

Taylor sebagai showgirl mengenakan headdress yang bentuknya seperti headpiece cabaret Paris, penutup kepala yang menjulang tinggi. Tampilannya megah dengan bulu dan ronce yang penuh warna. Dihias payet, kristal, dan manik-manik agar semakin berkilau di bawah lampu sorot. Tentu, ini menjadi focal point dari look Taylor, sehingga penonton langsung paham ia tengah 'meniru' showgirl.

Kali ini, Taylor tampil dengan busana warna merah, di mana ansambel ini dirancang oleh Bob Mackie untuk "Jewel Finale" dari pertunjukan Jubilee! di Las Vegas. Kostum adibusana dirancang begitu kompleks untuk para showgirl, semua elemen yang dikenakan Taylor terbuat dari kawat Prancis dan dilapisi kain yang serupa warna kulit. Busana yang ikonik juga legendaris ini menjadi kostum yang dikenakan Taylor pada sejumlah cover albumnya.

5. After party pada music video terbaru Taylor mengembalikan kembali memori The Eras Tour, desainer hingga perancang busana dipilih dari album sebelumnya

Taylor Swift dalam music video The Fate of Ophelia (instagram.com/taylorswift)

Ini adalah after party dari music video "The Fate of Ophelia". Taylor ganti busana hingga 2 kali dalam phase ini, membawa memori fans akan album di era sebelumnya, mengingatkan kembali pada The Eras Tour yang telah berlalu.

Pada busana after party pertama, Taylor tampil kenakan shimmering party dress karya desainer New York, Kelsey Randall. Dirancang selama 13 hari, busana dengan desain rumbai rantai dan kristal ini terjalin menjadi sebuah backless dress yang memesona.

Dalam musik video tersebut, Taylor memadukannya pakai outer bulu warna hijau. Mengingatkan kembali penggemar akan The Eras Tour, saat perempuan berusia 36 tahun itu membawakan album Midnights, ia juga kenakan outer bulu biru yang serupa.

Ditutup dengan epik, Taylor kenakan gaun kristal dan berlian Zydo Italy karya Area. Kali ini, makeup Taylor tampak lebih menonjol, pipinya pink merona dengan bibir cherry pink glossy finsih.

Sang superstar terbaring di bak mandi, membawa kembali adegan di atas bath tub, seperti di music video pada album sebelumnya. Adegan penutup, sekaligus menjadi cover album.

The Fate of Ophelia menjadi pilot song untuk album teranyar Taylor. Pada album ini, Taylor mengisyaratkan untuk mengungkap rahasia di balik gemerlap panggung yang selama ini disimpan para entertainer dari masa ke masa. Taylor membagikan apa yang dia alami di luar panggung, bukan hanya apa yang terjadi saat ia berada di bawah lampu sorot.

Music video dengan sejumlah busana yang syarat akan makna itu sukses menggabungkan era keemasan di masa lalu dengan sentuhan modern ala Taylor. Perempuan itu berupaya tak hanya menuangkan kisah cinta ala remaja yang penuh gejolak dan romansa, namun membangkitkan nilai seni di masa lalu. Menurutmu, bagaimana penampilan terbaru Taylor Swift di music video-nya?

Editorial Team