Ence Adinda, Sebarkan Edukasi Pilah Sampah lewat iLitterless

Salah satu inspirasinya datang dari film dokumenter

Pembahasan terkait isu lingkungan memang gak bisa lepas dari permasalahan sampah. Bisa dikatakan, masalah sampah menjadi salah satu akar utama dari semakin parahnya isu lingkungan. Terlebih jika kita membicarakan sampah rumah tangga. Mulai dari sampah plastik, limbah elektronik, hingga limbah lainnya yang dapat mengganggu ekosistem.

Sayangnya, masih ada sebagian masyarakat yang kurang aware terhadap sampah atau limbah rumah tangga. Misalnya saja, masih banyak yang belum tahu bagaimana cara mengidentifikasi jenis sampah. Padahal ini menjadi awal untuk menghadapi isu sampah.

Permasalahan ini juga menjadi keresahan tersendiri bagi Ence Adinda. Berangkat dari keresahannya ini lah, Ence memutuskan untuk membuat NGO bernama iLitterles Indonesia. iLitterless sendiri bertujuan untuk mendorong sirkularitas melalui manajemen sampah industri FnB dan rumah tangga.

Dalam wawancara khusus bersama IDN Times pada Senin (18/12/2023), Ence menceritakan cerita dan perjalanannya selama membangun iLitterless dan menyebarkan edukasi tentang pilah sampah kepada masyarakat. Yuk, simak di bawah ini!

1. Diawali keresahannya, Ence memutuskan membangun iLitterless

Ence Adinda, Sebarkan Edukasi Pilah Sampah lewat iLitterlessEnce Adinda (dok. pribadi)

Tahun 2021 memang menjadi masa transisi untuk banyak orang. Termasuk untuk Ence yang awalnya mengajar di kampus, akhirnya ia harus stay at home dan berfokus di rumah tangga. Selama itu pula, ada satu fakta yang berhasil menjadi eye-opener untuknya. Ia melihat bahwa rumah tangga ternyata menghasilkan sampah dan limbah yang luar biasa. Terlebih bagi kaum menengah ke atas yang sering berbelanja ke supermarket dengan produk layering packaging.

"Dari situ, aku kepikiran, kira-kira apa ya yang bisa aku lakukan untuk mengelola sampah dengan baik? Sampai akhirnya, aku belajar ke bank sampah dekat rumah (Malang), pemilahannya seperti apa sih, kemudian bank sampah itu konsepnya jual belinya seperti apa," tutur Ence.

Di momen tersebut, Ence kembali menemukan fakta bahwa ternyata peraturan di bank sampah gak cukup fleksibel. Karena jika ingin menyetorkan sampah, bobot minimalnya adalah 50 kilogram. Tentunya itu merupakan jumlah yang cukup banyak dan sulit untuk ditimbun di rumah.

Keresahan yang dirasakan Ence semakin besar ketika ia menonton film dokumenter Netflix berjudul Plastic Ocean. Film tersebut menggambarkan bagaimana biota laut terdampak sampah-sampah di daratan.

"Setelah itu, yang terlintas dalam pikiranku adalah bagaimana caranya menjembatani orang-orang yang sudah punya awareness terhadap lingkungan. Spesifiknya tentang sampah, anorganik, tapi mereka terbatas waktu, jarak, dan lain-lainnya untuk menyetorkannya ke bank sampah. Akhirnya aku bikin gerakan namanya iLitterless pada Juli 2021, kalau secara harfiah aku artikan sebagai minim sampah," lanjutnya.

2. Berfokus pada edukasi terkait pilah sampah dan menargetkan pada kafe-kafe

Ence Adinda, Sebarkan Edukasi Pilah Sampah lewat iLitterlessEnce Adinda (dok. pribadi)

Di awal berdirinya iLitterless, fokusnya adalah pada pelayanan jemput sampah secara gratis untuk kafe-kafe. Kafe menjadi target utama, karena sampah yang dihasilkan industri FnB pun tentunya sangat banyak. Hal yang dilakukan oleh Ence dan iLitterless adalah mengadakan semacam workshop mengenai apa itu iLitterless, concern mereka, hingga tujuannya.

"Tapi ada eye-opener lainnya buatku dan suami, karena saat itu suamiku sebagai Co-Founder. Banyak masukan, kenapa kami langsung mulai layanan jemput sampah dulu? Padahal, saat itu awareness di Malang masih belum bagus tentang edukasi sampah dan pilah sampah," katanya.

Itulah kenapa, akhirnya iLitterless mulai membangun fokus untuk edukasi terkait pemilahan sampah. iLitterless kemudian membuat tagar khusus, yaitu 'pilah sampah itu mudah'. Menurut Ence, semua orang memang harus tahu dulu masalahnya, urgensinya, dan edukasinya. Karena jika mereka sudah paham, maka akan terbentuk sebuah perubahan perilaku.

"Kami juga lihat secara data, sampah yang dikirim ke TPA itu sekitar 700 ton. Namun, pengurangannya hanya sampai 20 persen saja. Ternyata memang masalahnya adalah pemilahan sampah yang minimal," tambahnya.

Ence juga menyebutkan, akhirnya yang menjadi salah satu mandat atau goals iLitterless adalah SDGs nomor 12 terkait Responsible Consumption and Production. Karena saat ini pun sudah ada regulasinya di Permen No. 75 LHK bahwa produsen wajib untuk melakukan peta pengurangan sampah. Sehingga, menurut Ence, akarnya memang ada di edukasi terlebih dahulu.

Ence bersama iLitterless terus bergerak untuk menyebarluaskan edukasi pemilahan sampah pada masyarakat. iLitterless juga pernah melakukan edukasi dan sosialisasi ke beberapa sekolah hingga kampus. Khususnya yang berada di kota Malang, mulai dari UB, UMM, UM, hingga BINUS.

3. Saat ini sudah menjadi official collecting partner Tetra Pak Indonesia

Ence Adinda, Sebarkan Edukasi Pilah Sampah lewat iLitterlessEnce Adinda (dok. pribadi)

Hingga saat ini, tepatnya di tahun 2023, iLitterless telah menjadi official collecting partner Tetra Pak Indonesia. Tetra Pak merupakan salah satu produsen yang membuat atau memproduksi kemasan karton untuk makanan dan minuman. Sebenarnya, jika ditarik mundur ke belakang atau tepatnya 2021, iLitterless sendiri sudah mulai mengumpulkan kemasan karton.

"Di tahun 2021, kafe-kafe itu kan pasti ada produk coffee dan non-coffee yang mereka menggunakan susu. Itu kemasannya pakai karton, itu tidak diterima oleh pemerintah hingga bank sampah mana pun di Malang. Karena dianggap tidak memiliki value," ucapnya.

Sehingga, di tahun 2021 itu iLitterless mengumpulkan sampah-sampah dari karton. Namanya adalah UBC atau Used Beverage Carton, yang akhirnya menjadi campaign utama iLitterless. UBC sendiri biasanya digunakan oleh kemasan susu, jus buah, yogurt, dan sejenisnya. Meskipun sering dianggap gak punya nilai, UBC ternyata tergolong recyclables.

Artinya, UBC masih tetap bisa didaur ulang. Serat pulp di UBC pun terbukti memiliki kualitas untuk dibuat menjadi bahan daur ulang kertas, tisu, hingga karton. Perlu waktu yang cukup lama bagi iLitterless untuk menggaungkan UBC ini. Sampai akhirnya, iLitterless terkoneksi dengan Tetra Pak, salah satu produsennya, dan menjadi partner resmi mereka.

Baca Juga: Mercy Elizabeth, Wujud Nyata Kesetaraan Gender di Perusahaan Tambang

4. UBC atau Used Beverage Carton masih menjadi campaign utama iLitterless

Ence Adinda, Sebarkan Edukasi Pilah Sampah lewat iLitterlessEnce Adinda (dok. pribadi)

Hingga saat ini, iLitterless memiliki sistem bernama Integrated Circular Waste Management System bersama dengan Indomilk dan juga Tetra Pak. iLitterless memiliki target untuk memberikan edukasi kepada 500 kafe di Malang tentang pentingnya pemilahan sampah dari sumber. Setelah mereka diberikan edukasi, maka akan ada layanan ataupun pengambilan sampah terpilah secara gratis. Kemudian, sampah-sampah mereka akan di-recover di storage-nya iLitterless. Kemudian akan dikirimkan ke pabrik-pabrik pendaur.

"Sampai saat ini, kami sistemnya pengumpulan sampah dari sumber, meminimalisir kontaminasi sampah. Jadi, nilai bahan daur ulangnya tetap bagus dan memastikan sampah ini masih bisa didaur ulang. Campaign utama kami memang UBC atau Used Beverage Carton tadi," kata Ence.

Selain itu, sudah ada dua inisiatif yang dilakukan oleh iLitterless untuk upcycling sampah. Pertama, di tahun 2022 yaitu acara Green Consumer Day, saat itu iLitterless mengangkat tentang textile waste. Mereka membuka donasi baju bekas gak layak pakai, yang bisa didonasikan oleh seluruh masyarakat kota Malang. Masyarakat Malang bisa mendonasikan baju-bajunya ke drop point yang tersebar di kafe-kafe mitra.

"Setelah itu, iLitterless memberdayakan ibu-ibu penjahit yang pada waktu itu terdampak COVID-19 untuk mengubah textile waste ini agar menjadi fashion products yang lebih punya nilai. Tentunya, lebih punya nilai pakai juga," lanjut Ence.

Kedua, iLitterless juga punya proyek MVP atau pilot project. Proyeknya ini mengubah tutup botol yang berbahan HDPE untuk dijadikan papan. Kemudian, papannya ini nanti bisa dijadikan furniture

5. Bukan minimalist living, kita bisa memulainya dengan 'mindful living'

Ence Adinda, Sebarkan Edukasi Pilah Sampah lewat iLitterlessEnce Adinda (dok. pribadi)

Isu tentang lingkungan sebenarnya gak bisa terlepas dari gaya hidup atau lifestyle. Karena gak bisa dimungkiri, saat ini banyak pola hidup manusia yang justru semakin merusak lingkungan. Khususnya dalam penumpukan sampah. Oleh sebab itu, penerapan gaya hidup ramah lingkungan ternyata menjadi cukup krusial.

Apalagi, kebanyakan sampah yang dihasilkan itu memang berasal dari rumah tangga. Ence memberikan contoh, kita juga perlu mengontrol apa yang kita beli dan apa yang kita konsumsi. Ia menyebutnya sebagai mindful lifestyle.

"Secara data, 60 persen sampah kita itu sebenarnya dari rumah tangga. Termasuk kita nih, yang ada di kos gitu, ya. Berarti sebenarnya, kalau misalkan setiap orang memahami konsep bahwa kita secara person itu bisa melakukan personal contribution minimal dengan mindful, apa sih yang kita beli, apa sih yang kita konsumsi, itu sudah akan membawa dampak yang luar biasa," tuturnya.

Menurutnya, minimalist lifestyle mungkin masih terasa sulit diaplikasikan. Oleh sebab itu, kita bisa menggantinya dengan mindful lifestyle ketika berkonsumsi. Maksudnya, kita harus tahu dan paham apa yang kita konsumsi. Namun, kita bisa merubah kebiasaan itu secara perlahan dari langkah-langkah yang kecil.

Sebagai contoh, saat ini sudah banyak produk ramah lingkungan. Jika kita tetap mengonsumsi produk itu secara masif, maka sama saja kita tetap melakukan penumpukan sampah. Kita bisa memulainya dengan menyadari apa yang sebenarnya kita butuhkan. Sehingga, kita gak perlu membeli suatu produk dalam jumlah banyak.

Dengan menerapkan mindful lifestyle, kita bisa lebih sadar dan aware terhadap apa yang kita konsumsi. Namun, penerapannya secara lebih perlahan dan dimulai dari langkah kecil. Ence menyebutnya dengan step by step. Tujuannya supaya perubahannya lebih sustain atau tahan lama. Karena pada dasarnya, perubahan pola hidup memang perlu dilakukan secara bertahap.

6. Tips untuk mengurangi sampah mulai dari diri sendiri

Ence Adinda, Sebarkan Edukasi Pilah Sampah lewat iLitterlessEnce Adinda (dok. pribadi)

Langkah kecil yang kita lakukan bisa dimulai dari diri sendiri. Misalnya untuk mengurangi sampah, kita bisa menerapkannya kepada diri sendiri terlebih dahulu. Ada beberapa tips yang disampaikan oleh Ence. Pertama, mencari role model. Menurutnya, akan sulit untuk melakukan sesuatu tanpa adanya 'contoh'.

"Ketika sudah dapat role model, otomatis kita punya guidelines-nya. Kadang akan lebih sulit menerapkan sesuatu tanpa ada guidance. Maka dari itu, aku suka mengangkat tokoh-tokoh influencer  yang ternyata dia menyuarakan mindful lifestyle. Sehingga kita tahu nih step by step-nya seperti apa," ujarnya

Kedua, lakukan semuanya secara sedikit demi sedikit, tapi bisa sustain. Daripada langsung memilih langkah besar, tetapi akhirnya berhenti di tengah jalan. Misalnya, kalau kamu suka belanja, cobalah untuk menerapkan kebiasaan jangan gampang tergiur promo. Pastikan kamu menerapkannya secara perlahan. Karena tentunya perubahan seperti ini membutuhkan waktu yang lama.

"Terakhir, jangan lupa juga menyebarkan value yang kita lakukan. Misal, aku secara rutin menyebarkan apa yang aku lakukan. Bagaimana cara memilah sampah di rumah lewat Reels, postingan Instagram, dan Instagram Stories. Kemudian itu kan dilihat oleh 1000 followers aku, siapa tahu mereka akan melakukan hal yang sama," ucapnya.

Ence juga menyebutkan, hal-hal baik itu akan menular, meskipun sifatnya kecil. Jadi, jangan pernah meremehkan personal contributions. Jangan ragu dan lelah untuk menyebarkan hal-hal baik di media sosial. Karena dampaknya pun pastinya akan baik, khususnya untuk diri sendiri dan selebihnya untuk masyarakat yang lebih luas. Apalagi jika dilakukannya dengan konsisten.

Kisah Ence Adinda dalam membangun iLitterless bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita. Dimulai dari keresahannya, Ence akhirnya bisa membangun iLitterless dan memberikan dampak baik pada lingkungan. Ence juga percaya, langkah baik yang dilakukan dari hati, itu pasti memberikan dampak luar biasa. 

Baca Juga: Profil Okky Madasari, Penulis dan Novelis yang Cinta Isu Sosial

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya