Pakem Paes Adat Jawa: Ageng, Yogya Putri, Solo Putri, Solo Basahan

- Pakem Paes Solo PutriTata rias pengantin Solo berkiblat pada tradisi Keraton Solo. Identik dengan bedak kekuningan, alis mangot, eyeshadow hijau dan cokelat, serta paes hitam.
- Pakem Paes Solo BasahanPengantin Solo Basahan mengenakan kain dodot alas-alasan, selendang udet cinde, kampuh dodot motif alas-alasan. Riasan berbeda dengan paes hijau dan sanggul bokor.
- Pakem paes Yogya PutriRiasan berkiblat pada tradisi Keraton Yogyakarta. Tata rambut sunggar di atas telinga, penunggul yang bermakna derajat tinggi bagi perempuan yang sudah menikah.
Pembicaraan hangat mengenai pernikahan Luna Maya kembali mencuri perhatian. Dalam suatu konten bersama Ivan Gunawan dalam video berjudul 'Jakarta Reception? Luna Maya Reveals the Details at Haji Igun Boutique!', Luna menjelaskan gaya paes yang sempat menuai kritik dari warganet karena tidak sesuai dengan pakem yang ada. Sejak awal, Luna memang menginginkan tampilan yang clean dan minimalis.
"Aku udah punya apa yang aku inginkan dan pakai. Aku bilang, antara paes putri yogya dan paes ageng itu akan aku ambil tengah-tengahnya. Aku suka the cleanness atas sanggulnya, tapi aku mau paesnya tuh yang sebenarnya paes putri Yogya yang simpel polos, aku pengin seminimalis mungkin," katanya dalam video tersebut.
Luna bercita-cita mengenakan paes sehingga ia memilih perpaduan antara Paes Yogya Putri dan Paes Ageng. Namun, sebagian besar warganet berdiskusi bahwa seharusnya paes sesuai dengan pakem yang ada.
Ada banyak tipe paes adat Jawa, lho. Ini dia pakem-pakem yang harus kamu perhatian dari setiap paes adat Jawa.
1. Pakem Paes Solo Putri

Tata rias pengantin Solo berkiblat pada tradisi Keraton Solo. Dalam jurnal "Karakteristik Tata Rias Pengantin Solo" dari Universitas Negeri Surabaya, dijelaskan detail keragaman tata rias pengantin Solo yang terdiri dari Sawitan, Solo Langenharjan, Solo Putri, Solo Basahan, Solo Kesatrian dan Solo Takwo.
Umumnya, pengantin banyak menerapkan tata rias pengantin Solo Putri. Dari makeup identik dengan bedak kekuningan, alis mangot, eyeshadow nuansa hijau dan cokelat, blush on merah, lipstik nuansa merah dan oranye, serta paes hitam.
Paes pengantin Solo Putri terdiri dari gajahan berbentuk setengah telor bebek, pengapit seperti bunga kantil, penitis, dan godheg. Sanggul pengantin Solo Putri punya ciri khas, yaitu sanggul bangun tulak yang dipercayai sebagai penolak bala.
Tipe sanggul ini tinggi dan menonjol dengan sunggar pada bagian depannya. Sunggar merupakan style rambut dengan menyasak bagian depan rambut hingga membentuk setengah lingkaran yang disesuaikan dengan sanggul.
Aksesori kepalanya menggunakan 7 buah cundhuk mentul, 6 buah tunjungan, 2 buah sokan, centung, dan cunduk jungkat. Beberapa detail roncean melatinya terdiri dari tibo dodo bawang sebungkul, bunga mawar, sintingan, dan sisir atau keket.
Pengantin Solo Putri umumnya mengenakan kebaya beludru yang dipadukan dengan jarit batik. Motifnya bisa sidomukti yang bermakna harapan kehidupan mulia atau sidoasih dengan makna saling mengasihi dan menghormati. Lalu, potongannya wiron yang menandakan bahwa pengantin saling mencintai pasangannya.
2. Pakem Paes Solo Basahan

Gaya pengantin Solo Basahan dalam jurnal "Karakteristik Tata Rias Pengantin Solo" dari Universitas Negeri Surabaya, dijelaskan detail dari busana hingga riasannya. Berbeda dengan Solo Putri, pengantin Solo Basahan mengenakan busana yang berbeda. Bukan kebaya melainkan kain dodot alas-alasan, selendang udet cinde, kampuh dodot motif alas-alasan.
Detail rias dan paesnya pun berbeda dengan Solo Putri. Pengantin Solo Basahan memiliki ciri khas dari alis berbentuk menjangan meranggah. Bentuk gajahannya mirip dengan Solo Putri dengan lengkungan seperti setengah telur.
Bedanya, paes Solo Basahan berwarna hijau dengan makna selalu berpikir positif dan banyak ide. Lalu, rambutnya dihiasi sanggul bokor mengkurep yang bermakna mandiri dan nerimo ing pandum.
Aksesorinya terdiri dari 9 buah cundhuk mentul, semyok garuda mungkur, cunduk jungkat, centung. Sementara ronce melatinya berbentuk rajut motif truntum dengan tibo dodo pager timun dan sisir atau keket.
3. Pakem paes Yogya Putri

Detail perkembangan tata rias pengantin Yogya Putri dijelaskan dalam jurnal berjudul "Perkembangan Tata Rias Pengantin Jogja Putri" (2023) dari Universitas Negeri Yogyakarta. Paes Yogya Putri dan Solo Putri memiliki beberapa kemiripan dan perbedaan.
Tata rias pengantin Yogya Putri berkiblat pada tradisi Keraton Yogyakarta. Ciri khasnya terletak pada tata rambut sunggar di atas telinga, menggunakan hiasan di dahi (cithak) dari potongan daun sirih bentuk wajik, serta menerapkan gajahan dengan bentuk yang ujungnya runcing atau lancip.
Paes pengantin Yogya Putri menggunakan penunggul yang bermakna derajat tinggi bagi perempuan yang sudah menikah. Harapannya, posisi perempuan dipandang lebih tinggi.
Lalu, ada pengapit yang bermakna menjaga agar tujuan utama pernikahan tetap berada di jalan yang lurus. Penitis pada riasan Yogya Putri mengarah ke ujung hidung dengan makna bahwa segala sesuatu harus memiliki tujuan yang efektif.
Godheg berada di sisi telinga agar pengantin senantiasa introspeksi diri dan gak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Cithak di dahi diharapkan agar pengantin perempuan bisa menjadi sosok yang cerdas dan berakhlak baik.
Untuk sanggulnya, pengantin Yogya Putri menggunakan sanggul ukel tekuk asli Yogyakarta. Sedangkan aksesorinya terdiri dari satu gunungan menghadap belakang, satu cundhuk mentul menghadap belakang, satu bunga mawar besar dipasang di belakang sanggul, dan bunga jebehan di samping kanan dan kiri sanggul.
Riasan pengantin Yogya Putri juga bisa dimodifikasi. Cundhuk mentul dihadapkan ke depan dengan jumlah ganjil (3 atau 5), jebehan menggunakan bunga mawar asli, serta rajutan melati berbentuk jaring yang menempel pada sanggul.
Busana pengantin Yogya Putri umumnya kebaya panjang beludru warna hitam tanpa bef, memiliki aksen bordir emas. Dipadu bawahan kain batik motif sidoasih, sidomukti, simbar lintang, atau selop. Namun kini, padu padannya semakin bervariasi dengan kebaya modern.
4. Pakem Paes Ageng

Jurnal Pendidikan Sejarah "Arti Simbolis Paes Ageng Masa Hamengkubuwono IX tahun 1940-1988" menjelaskan detail Paes Ageng yang merupakan tata rias keraton sejak masa pemerintahan Hamengkubuwono I. Kini, Paes Ageng sudah bisa digunakan oleh masyarakat dengan modifikasi tertentu. Busananya mengenakan kampuh atau kain dodotan.
Dalam jurnal tersebut dikatakan bahwa semula, riasan ini tidak diperbolehkan memakai eyeshadow dan blush on untuk menjaga keaslian wajah pengantin putri. Namun, seiring perkembangan zaman, diperbolehkan menggunakan makeup yang lebih membuat pengantin tampak cerah dan bersinar.
Paes Ageng identik dengan bentuk alis menjangan ranggah, jahitan mata, dan hiasan di dahi. Secara makna, Paes adalah upaya untuk mempercantik diri agar dapat membuang jauh-jauh perbuatan buruk untuk menjadi orang saleh dan dewasa.
Sama dengan paes yang lain, Paes Ageng memiliki unsur penunggul, pengapit, penitis, dan godheg, alis menjangan ranggah. Bedanya, Paes Ageng menggunakan jahitan mata, garis yang ditarik dari ujung mata ke arah kepala. Jahitan mata merupakan simbol agar pengantin bisa melihat secara jelas mana yang baik dan buruk.
Lalu, ada prada dan ketep, pengisi paes dengan paduan warna hitam dan emas. Kinjengan diletakkan di dalam paes, menggambarkan capung yang selalu bergerak.
Untuk Paes Ageng, pengantin menggunakan sanggul bokor. Sanggul bokor ini dilengkapi oleh daun pandan, melati, gajah ngoling, teplok (rajutan melati), ceplok jebehan, jebehan (bunga korsase 3 warna), sumping, dan centhung.
Dari detail pakem-pakem di atas, kamu tertarik dengan pakem paes yang mana, nih? Solo atau Yogyakarta?