Jangan Nyinyir, Nih 7 Alasan Wanita Usia 25-an Masih Belum Menikah

Menikah itu bukanlah sebuah lomba lari...

Stigma yang selama ini mengakar dalam tatatan masyarakat Indonesia adalah wanita sewajarnya menikah di rentang usia 20-an awal. Bahkan sudah mulai diresahkan apabila masih belum dipinang ketika menginjak usia seperempat abad. Padahal perkara menikah tak sesederhana tentang angka belaka. Karena menikah bukanlah sebuah lomba lari; siapa cepat, dia menang. Menikah itu tujuannya adalah baik, serta niat yang tentunya baik pula, dan sebaiknya pun dilakukan dengan cara yang sebaik-baiknya.

Menikah bercerita tentang kesiapan dari berbagai hal, seperti batin, fisik, maupun materil. Dan, sejatinya menikah itu tidak pula dilandaskan pada ikutan trend yang menjamur. Tak masalah jika memang benar sudah matang atau setidaknya cukup matang dalam aspek-aspek terkait, namun bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya? Padahal menikah merupakan keputusan besar yang hendaknya memiliki pertimbangan yang tidaklah sepele.

Walaupun menikah dengan seseorang yang dicintai adalah satu kado terindah dalam hidup, namun tak berarti pula pondasi pernikahan hanya cukup dibangun atas nama cinta semata. Dan, bukan berarti pula cinta tak mampu tumbuh pasca-nikah, karena bicara soal cinta memang melahirkan begitu banyak peluang cerita. Intinya, menikah tak hanya problematika hati tapi juga logika karena manusia memang dibekali dengan keduanya.

Nah, beberapa hal berikut mungkin dapat memantik pemahaman penuh empati bagi kamu yang selama ini sibuk mengurusi perkara wanita usia 25-an, atau bahkan yang berusia lebih matang di mana dalam kacamatamu merupakan fenomena yang tak seharusnya terjadi atas mengapa jari mereka masih belum diikat oleh sebuah cincin kawin.

1. Masih belum siap secara mental.

Jangan Nyinyir, Nih 7 Alasan Wanita Usia 25-an Masih Belum Menikahhttp://sf.co.ua

Kematangan emosi tidak serta merta ditaksir dari bilangan semata. Karena kematangan emosi pun merupakan hal yang kompleks, yang tidak sekadar bicara soal angka. Usia yang matang tidak mutlak menjamin bahwa seseorang dapat dikatakan siap untuk berumah tangga. Terdapat variasi latar belakang mengapa seorang wanita lantas memutuskan untuk menunda pernikahan di usia yang terbilang pas untuk berkeluarga.

Satu hal yang harus ditanamkan dalam diri adalah manusia itu memiliki cerita tentang kehidupannya masing-masing. Kita tidak punya hak untuk menghakimi cerita satu sama lain. Kita bahkan bukanlah salah satu tokoh dalam ceritanya, kita mungkin hanya mendapat cerita yang diceritakan dari cerita orang lain tentang ceritanya.

Intinya, kita sama sekali tak punya hak untuk memaksa atau bahkan sekedar bersikeras merombak perjalanan panjang yang telah dilampauinya demi cerita itu. Sedangkan dia punya hak penuh untuk melangkah kemanapun yang dia mau selagi masih dalam koridor yang positif.

Tidak perlu merasa angkuh apabila seorang wanita mengenakan gaun pengantin lebih dahulu daripada wanita lain walaupun mereka seumuran. Karena menikah bukanlah tentang siapa yang lebih dulu. Bukan berarti dia yang lebih dulu mencicipi bagaimana melakoni peran sebagai seorang isteri akan mutlak lebih bahagia bathinnya daripada dia yang dikatakan terlambat untuk dipinang.

Berpikirlah lebih lapang, bahwa bahagia dalam pernikahan tidak serta merta diukur dari cepat atau lambatnya sebuah pernikahan dilangsungkan. Apabila dia yang lebih dulu bersanding di pelaminan hanya takut dicap sebagai sosok yang tidak laku, lalu dari segi apakah kebahagian itu dimaksud olehnya? Sedangkan dia yang dilabeli dengan perawan tua bahkan dapat menikmati hari dengan kebahagian yang lebih hakiki karena dia sepenuhnya sadar apa yang dia inginkan.

Bijaksanalah dalam menafsirkan kesiapan mental yang sejatinya dengan kesiapan yang sekedar disiap-siapkan karena dirongrong oleh krisis umur yang terus menggerus setiap tahunnya. Memang benar bahwa wajar jika kesiapan mental bagi sepasang calon pengantin tidak mencapai 100% lantaran kompleks sekali faktor yang mengikat sebuah ikatan pernikahan.

Pun demikian, tetap saja hal tersebut selayaknya tak dijadikan dalih untuk buru-buru menikah dengan sembrono. Dan, bukan berarti pula wanita yang memutuskan untuk menunda pernikahan adalah mereka yang terlalu berhati-hati. Intinya, cerdaslah dalam membedakan kesiapan mental dan nafsu semata karena menikah bukan untuk coba-coba.

2. Masih belum siap secara materi.

Jangan Nyinyir, Nih 7 Alasan Wanita Usia 25-an Masih Belum Menikahhttp://www.huffingtonpost.com

Masing-masing kita punya mimpi yang berbeda. Masing-masing kita punya tanggungan masa depan yang tak sama. Jadi, janganlah menyamakan semua wanita. Jangan saling membandingkan wanita yang satu dengan yang lainnya karena masing-masing mereka memiliki jalannya sendiri. Tidak perlu saling menyalahkan atau sibuk menentukan jalan siapa yang paling benar. Cukup benahi jalan sendiri.

Dia mungkin masih memiliki tanggungjawab besar untuk menyekolahkan adik-adiknya. Dia mungkin memiliki mimpi untuk menjejakkan kaki orang tuanya ke Tanah Suci sebelum dia melepas status lajangnya. Atau bahkan dia memiliki rencana untuk menikmati bulan madu ke destinasi yang benar-benar diidamkannya. Dia mungkin tidak mau terlalu membebani orangtuanya dengan biaya pernikahannya kelak. Dia memiliki pertimbangan untuk memiliki pendapatan yang cukup dengan tujuan mendampingi finansial suaminya kelak.

Sementara biaya pernikahan pun tidak selembar daun. Dia sedang dalam proses mengumpulkan pundi-pundi tersebut yang membuatnya lebih lambat untuk mengenakkan gaun pengantin. Rezeki masing-masing individu memang sudah ada yang mengatur.

Namun, satu hal dalam realita yang tak bisa manusia untuk menutup mata adalah tak semua dari kita memiliki peluang yang sama. Jika semua adalah orang kaya, lalu dimana kita akan belajar berbagi kepada sesama yang masih mendaki menuju puncak kesuksesan?

Setiap pilihan yang dibuat adalah bagian dari hidupnya. Kita memang tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Pun demikian, bukan berarti kita dapat seenaknya mengambil keputusan dengan pemikiran dangkal. Pengalaman hidup yang telah kamu lalui berbeda dengannya.

Kamu mungkin dapat dengan mudah memilih universitas elit atau tempat kerja yang kamu mau tanpa harus terlalu berlelah-lelah lantaran finansial dan koneksi yang tangguh dari keluarga besarmu. Berbanding terbalik dengannya yang harus susah payah untuk sekadar diterima di sekolah biasa atau perusahaan sederhana lantaran latar perekonomian keluarganya yang tergolong lemah.

Satu hal yang wajib kamu akui adalah kamu tidak akan pernah tahu rasanya menjadi dia yang harus berjuang mati-matian, sehingga sedikit banyak akan berpengaruh kepada bagaimana dia memandang dinamika hidup. Dan, dia bahkan bahagia dengan pilihan yang ditentukannya itu, lantas mengapa justru kamu yang risau karenanya? Padahal kamupun sejatinya tak peduli, kamu hanya sekadar nyinyir dengan sesuatu yang bukan hakmu.

3. Masih trauma dengan luka masa lalu.

Jangan Nyinyir, Nih 7 Alasan Wanita Usia 25-an Masih Belum Menikahmotherboard.vice.com

Pernikahan bukanlah perkara remeh, dan dia menyadari itu dengan utuh. Pengalaman silam yang telah terlanjur membekaskan luka mendalam mungkin masih belum bisa membuatnya benar-benar lepas.

Mungkin dia pernah sepenuhnya mencintai namun dicintai setengah-setengah. Mungkin dia pernah begitu setia namun dibalas dengan perselingkuhan penuh dusta. Dia mungkin pernah begitu percaya namun dikhianati begitu saja. Dia mungkin sempat melambungkan mimpi namun dihempaskan dengan tiba-tiba ditinggal pergi.

Ada luka yang masih dicobanya untuk berdamai. Jangan salahkan dia jika masih belum mampu untuk sembuh, karena kamu bahkan tidak pernah tahu seberapa perih yang dia rasa. Kamu tak pernah tahu seberapa kuat dia mencoba untuk bangkit hingga sekarang dia hanya butuh sedikit waktu lagi untuk benar-benar pulih.

Itulah yang mengakibatkannya menunda pernikahan sesaat. Dia sepenuhnya pahami bahwa suaminya kelak pantas memeperoleh cintanya utuh. Dia juga mengakui bahwa memang sudah sewajarnya manusia diciptakan untuk 'berdampingan'.

dm-player

Apabila kamu belum pernah merasakan sakitnya patah hati ataupun manisnya jatuh cinta, sejatinya kamu bahkan tak memiliki dasar yang cukup kuat dalam hal emosional, lantaran kamu hanya sekadar mengetahui teori tapi tak pernah merasakannya langsung di hati. Jadi, cukup dengan mendukungnya untuk lekas pulih, tanpa harus mengomeli seolah kamu benar-benar merasakan sakitnya.

4. Masih ingin mengejar karier.

Jangan Nyinyir, Nih 7 Alasan Wanita Usia 25-an Masih Belum Menikahhttp://myciin.com

Karakter manusia itu bervariasi. Keinginan manusia bahkan lebih luas lagi. Ada wanita yang merasa baik-baik saja menikah di usia belia walaupun tidak memiliki pendapatan. Namun ada pula wanita yang berprinsip bahwa dia pun juga selayaknya mampu membantu perekonomian keluarga dengan agaknya cukup siginifikan melalui bekerja.

Menjadi seorang wanita karier bukan berarti seluruh waktunya akan tersita dengan urusan pekerjaan dan menelantarkan keluarga. Dia cukup memahami bahwa keluarga adalah prioritas. Dia cukup mengerti untuk membagi waktu, bukannya menyita waktu demi pekerjaan.

Di satu sisi, mengembangkan online bussiness memang membuatnya lebih fleksibel, akan tetapi diapun cukup realistis untuk menyadari bahwa tak semua orang memiliki keberuntungan yang sama. Dia cukup jeli membedakan antara optimis dan realistis. Dan, mungkin peruntungannya berada pada peluang lain, selama masih dalam jalur kaidah tatanan hidup yang dipedomaninya.

Belajarlah untuk memperluas pola pikir. Dia mungkin menunda pernikahan karena masih terikat kontrak dinas dengan institusinya. Dia mungkin memerlukan satu atau dua tahun lagi hingga jabatannya stabil. Dia mungkin masih memiliki mimpi yang ingin diwujudkannya dan sepertinya akan tercapai dalam waktu dekat, dia hanya takut jika suaminya dan anak-anaknya akan merasa terlalaikan karena dalam beberapa waktu itu mimpinya akan tergapai.

Dia bukannya berambisi menjadi orang nomor satu. Dia hanya menyusun rencana dalam karirnya untuk cukup mencapai jabatan yang mapan. Perlu ditekankan bawah mapan bukan berarti bahwa dia memasang target hingga bergelimang harta. Dia cukup tahu bahwa kebutuhan finansial keluarganya akan semakin bertambah setiap kenaikan umur anaknya.

Dan, dia hanya mengantisipasi jika kelak suaminya berhalangan untuk mencukupi semua kebutuhan rumah tangga mereka. Sehingga dia berkesempatan lebih dan tak terlalu ketar-ketir untuk menanggulangi krisis tersebut.

Mungkin dia hanya termasuk tipikal individu yang lebih memilih untuk berada di zona aman yang tenang dengan langkah-langkah antisipatif yang dirancang sebagai upaya preventif akan kemungkinan terburuk di kemudian hari. Sekali lagi, manusia itu memiliki ciri yang berbeda-beda, dan semuanya akan saling melengkapi dalam suatu keberagaman untuk mengajarkan esensi toleransi.

Dia pun bukan bermaksud mengedapankan ego, akan tetapi mencoba berdamai dengan nafsu dan mengambil jalan tengah dengan langkah yang bijak setelah dirundingkannya dengan orang-orang terkait.

Sekali lagi, masing-masing kita punya pertimbangan. Cerita hidup seseorang tidak ada yang persis sama, sehingga tidak sepantasnya kita saling menyalahkan satu sama lain. Apa yang telah dia lalui dan apa yang telah kamu lalui itu tidaklah setara walaupun mungkin sekilas tampak mirip. Perasaan manusia itu tak ada yang sama, satupun.

5. Masih ingin fokus ke pendidikan.

Jangan Nyinyir, Nih 7 Alasan Wanita Usia 25-an Masih Belum Menikahwww.shutterstock.com

Ada orang yang senang sekali berada di sekolah atau kuliah, menuntut ilmu setinggi-tingginya. Ada juga yang enggan dan cukup menyudahinya hingga bangku sarjana atau bahkan SMA. Kembali lagi pada bahwa manusia itu diciptakan dengan preverensinya masing-masing. Jika semua isi kepala adalah sama, lalu bagaimana kita akan belajar menghargai perbedaan?

Jadi, tak ada pula rasanya hak untuk mendiskritkan seorang wanita yang mengejar pencapaian di ranah pendidikan formal. Walaupun itu membuatnya menikah di usia awal 30an, namun itu adalah pilihan yang dibuatnya. Itu adalah haknya. Jika pria merasa pendidikan wanita tersebut terlalu tinggi, maka pantaskanlah dirinya bagi wanita itu. Tidak melulu soal strata atau jabatan kerja, tapi lebih kepada pola pikir untuk mengimbanginya.

Pun demikian dengan peluang untuk memiliki keturunan, dia sepenuhnya sadari dengan resiko terhadap tingkat fertilitasnya. Akan tetapi, tetap saja itu adalah haknya yang cukup menjadi bahan diskusi bersama dengan orang-orang terkaitnya, dan itu mungkin bukan kamu.

6. Masih belum dilamar si dia.

Jangan Nyinyir, Nih 7 Alasan Wanita Usia 25-an Masih Belum Menikahkelascinta.com

Umur sudah matang, mental sudah siap, pendidikan sudah selesai, pekerjaan sudah mapan, tapi masih saja belum melangsungkan pernikahan. Salah satu faktornya, mungkin saja adalah si pria belum kunjung melamar. Entah karena alasan apa, intinya pernikahan itu ditunda beberapa waktu. Si pria pun memiliki niat untuk menikah, akan tetapi ada faktor yang membuatnya harus meminta si wanita untuk menunggu sedikit lebih lama.

Misalnya, dia masih harus menyelesaikan kuliah Masternya beberapa bulan lagi yang didanai beasiswa di luar negeri. Sehingga agak tidak memungkinkan baginya untuk menikah, sementara si wanita pun enggan diboyong ke negeri tetangga. Selain itu, si pria juga merasa akan kurang bertanggungjawab rasanya jika meninggalkan isterinya walaupun masih tinggal bersama keluarga.

Alhasil, mereka memutuskan untuk melangsungkan pernikahan sepulang si pria berjuang dari belahan bumi sana. Dan, selama menunggu, si wanita dapat melanjutkan harinya dengan melakukan hal-hal yang baginya berarti. Itu adalah komitmen yang mereka sepakati. Jadi, mengapa kamu harus repot melontarkan kata-kata menggurui?

7. Masih belum menemukan si dia.

Jangan Nyinyir, Nih 7 Alasan Wanita Usia 25-an Masih Belum Menikahhttp://www.huffingtonpost.com

Jodoh memang teka-teki Tuhan. Lajang berjodoh dengan duda atau janda pun termasuk satu hal yang memang sudah digariskan oleh Sang Pencipta. Ada yang bertemu dengan belahan jiwanya di usia yang terbilang belia, adapula yang harus melalui fase usia yang cukup dewasa untuk membina rumah tangga. Jodoh itu bukan seperti membeli baju di pasar raya, yang dapat dipilih begitu saja dan dapat dibuang jika sudah tak lagi suka.

Bersyukurlah jika kamu menemukan jodoh di usia yang sesuai dengan keinginanmu. Namun, bukan berarti wanita yang masih menikmati kesendirian di usiang matang adalah mereka yang enggan terikat dalam komitmen sebuah hubungan, ataupun mereka yang memasang standar terlalu tinggi.

Kamu hanya tidak pernah pahami rasanya jadi mereka yang mungkin merasa sedikit kecil hati melihat rekan sebayanya sudah menggendong bayi. Sedangkan mereka cuma bisa gigit jari karena masih saja sendiri menantikan sosok suami.

Intinya, jangan terlalu nyinyir dengan hidup orang lain. Cukuplah bereskan perkara hidup sendiri. Dan, jikapun kamu memang benar peduli, maka cobalah tawarkan solusi, jangan hanya mengkritisi sesuka hati.

Rahmadila Eka Putri Photo Verified Writer Rahmadila Eka Putri

Hai, salam kenal. Terima kasih sudah membaca tulisan saya. Mari terhubung melalui Facebook (Rahmadila Eka Putri), Instagram (@rahmadilaekaputri), ataupun Twitter (@ladilacious), kritik dan sarannya juga dipersilahkan, lho!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya