Jenahara Menyelami Fast Fashion yang Kian Diminati Konsumen Indonesia

Perubahan tren yang cepat membuat desainer harus bertahan

Bicara soal fashion, saat ini industri modest fashion di Indonesia terus mengalami peningkatan serta perubahan. Dinamika tren fashion tak bisa lagi diduga, karena setiap orang memiliki kesukaannya tersendiri terhadap suatu tren maupun gaya.

Melihat semua hal itu, desainer kenamaan Jenahara Nasution berbagi pengalamannya untuk tetap bertahan dan memberikan inspirasi terbaik hingga saat ini. Yuk, kita simak seperti apa sih cerita perempuan yang akrab disapa Jehan mengenai industri modest fashion di Indonesia.

1. Rencana Indonesia sebagai kiblat modest fashion dunia di tahun 2020, masihkah ada harapan atau sekadar angan-angan?

Jenahara Menyelami Fast Fashion yang Kian Diminati Konsumen IndonesiaIDN Times/Syarifah Noer Aulia

Sebagai negara yang didominasi oleh masyarakat muslim, bukan menjadi hal yang sulit untuk mengembangkan bisnis modest fashion. Jenahara Nasution bukanlah pemain baru dalam industri modest fashion di tanah air, Putri dari artis sekaligus desainer andal, Ida Royani ini mengungkapkan tentang kondisi modest fashion yang sedang terjadi saat ini.

Tak bisa dimungkiri, Indonesia memiliki magnet yang sangat luar biasa dalam industri modest fashion. Hal inilah yang mendasari pemerintah untuk segera berbenah diri dan memberikan dukungan pada penggiat modest fashion tanah air demi mencapai kiblat modest fashion dunia 2020.

Meskipun tahun 2020 hanya tinggal hitungan bulan, penggiat modest fashion tanah air dan pemerintah masih terus semangat untuk mewujudkan rencana besar tersebut.

2. Sebenarnya Indonesia sudah siap menjadi kiblat modest fashion dunia sejak sembilan tahun yang lalu

Jenahara Menyelami Fast Fashion yang Kian Diminati Konsumen Indonesiainstagram/Jenaharanasution

Bila ditelusuri lebih dalam, perkembangan modest fashion di tanah air sudah melesat sejak tahun 2008 silam. Antusias market dalam negeri yang begitu luar biasa mampu mendorong perkembangan industri modest fashion Indonesia.

"Sebenarnya marketnya sudah siap sejak lama, namun impian ini tidaklah mudah. Butuh kerja sama yang solid antara penggiat fashion dan pemerintah. Justru hal inilah yang sepertinya masih belum rampung dari dulu hingga kini." ujarnya.

3. Variasi tren modest fashion Indonesia menjadi andalan untuk menarik pasar dalam maupun luar negeri

Jenahara Menyelami Fast Fashion yang Kian Diminati Konsumen IndonesiaIDN Times/Syarifah Noer Aulia

Bila dibandingkan dengan negara berpenduduk muslim lainnya, Indonesia jauh lebih open minded dalam tren maupun gaya, sehingga lebih bervariasi. Hal inilah yang menjadi daya tarik yang luar biasa bagi pasar dalam maupun luar negeri. Kombinasi bahan, pola maupun warna menjadi andalan modest fashion Indonesia yang juga diminati pasar luar negeri.

"Pada dasarnya tren fashion saat ini masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Warna-warna dasar, seperti monokrom dan pastel masih mendapat sambutan yang luar biasa dari konsumen dalam maupun luar negeri. Variasi gaya busana yang dimiliki modest fashion Indonesia inilah yang akan jadi bekal utama untuk mewujudkan mimpi kiblat modest fashion dunia 2020," cerita Jenahara.

Baca Juga: Pengalaman Desainer Jenahara Tentang Toleransi Ini Menohok Banget!

dm-player

4. Jeli melihat peluang fast fashion menjadi motivasi Jenahara bergabung dengan brand Suqma

Jenahara Menyelami Fast Fashion yang Kian Diminati Konsumen IndonesiaIDN Times/Syarifah Noer Aulia

Saat ini industri modest fashion khususnya pakaian ready to wear telah didominasi oleh konsep fast fashion. Fast fashion sendiri merupakan pakaian yang sedang tren atau paling diminati konsumen. Hal ini bisa berdasarkan dari fashion selebritas maupun peragaan busana yang hingga akhirnya menjadi sorotan dan laku di pasaran.

Melihat peluang tersebut, akhirnya Jenahara memutuskan untuk bergabung dengan brand Suqma dua tahun lalu, tepatnya di tahun 2017. Mengusung konsep gaya busana yang comfortable, stylish, versatile dan affordable, diharapkan bisa menjadi alternatif pilihan masyarakat dalam berbusana.

5. Adanya perbedaan DNA antara brand Jenahara dan Suqma

Jenahara Menyelami Fast Fashion yang Kian Diminati Konsumen Indonesiainstagram/suqmaid

Sejak kali pertama brand Jenahara sudah memiliki DNA nya sendiri, warna-warna dasar monokromatik, detail pada cuttingan dan pastinya minim motif. Koleksi Jenahara lebih menyasar pada konsumen generasi produksi dengan rentang usia 25-40 tahun.

Sedangkan Suqma hadir sebagai fast fashion yang diperuntukkan bagi generasi muda yang baru saja memulai karir dalam hidupnya. Namun, seiring dengan perubahan tren fashion, market kedua brand tersebut khususnya Suqma mengalami pergeseran. Tak sedikit diantara market Suqma yang justru datang dari market brand Jenahara yang lebih matang, misalnya ibu-ibu muda.

6. Kolaborasi desainer dengan industri adalah kunci untuk tetap bertahan di tengah derasnya arus fashion

Jenahara Menyelami Fast Fashion yang Kian Diminati Konsumen IndonesiaIDN Times/Syarifah Noer Aulia

"Kita tidak bisa menutup mata bahwa saat ini permintaan konsumen semakin mengalami peningkatan yang signifikan. Hampir setiap waktu, konsumen seakan menagih koleksi-koleksi terbaru. Tentu hal ini tidak mudah bagi seorang desainer untuk berganti koleksi dalam kurun waktu yang berdekatan. Kolaborasi dengan industri garmen menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat," ungkap perempuan berusia 34 tahun tersebut.

7. Perkembangan teknologi yang begitu pesat, mendorong Jenahara untuk bisa menciptakan vending machine hijab di ruang publik

Jenahara Menyelami Fast Fashion yang Kian Diminati Konsumen IndonesiaIDN Times/Syarifah Noer Aulia

'Serba Cepat' mungkin dua kata tersebut bisa mewakili kondisi kehidupan kita saat ini. Melihat kenyataan yang ada mendorong, Jehan untuk bisa lebih dekat dengan para pelanggannya. Sukses berkolaborasi dengan industri garmen tak membuatnya berpuas diri. Jehan mengaku ingin memanfaatkan teknologi demi bisa menciptakan sebuah vending machine hijab yang bisa dijumpai di ruang publik.

"Siapa sih yang gak ingin bisnisnya makin berkembang. Impian saya ini semoga segera terealisasikan yakni sebuah vending machine hijab yang tersedia di berbagai tempat ruang publik, misalnya stasiun MRT, stasiun Kereta Api, pusat perbelanjaan besar maupun kecil. Hal ini guna memudahkan konsumen untuk mendapatkan busana yang diinginkannya," tutup Jehan saat ditemui IDN Times di Head Office Suqma, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Beda Gaya Hijab Jenahara Vs Zaskia Sungkar, Sama Manisnya!

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya