Perempuan mengalami proses biologis pada sistem reproduksi yang disebut dengan menstruasi. Prosesnya terjadi saat lapisan rahim meluruh, lalu jaringan dan darah mengalir melalui serviks dan keluar dari tubuh lewat vagina. Menstruasi biasanya terjadi sekali dalam sebulan dengan durasi normal sekitar 2 hingga 7 hari.
Ketika dijelaskan secara medis, menstruasi kedengaran normal, bukan? Akan tetapi, pembahasan mengenai topik ini kerap dianggap memalukan. Menstruasi terasa tabu saat dibicarakan di ruang terbuka, bahkan kadang di ruang pribadi sekalipun.
Tabu menstruasi bukan sekadar kesunyian diskusi, tetapi ini tentang dampak yang merugikan para perempuan, di mana mereka harus dua kali lipat menanggung beban fisik dan mental. Perasaan malu, minimnya bantuan, penolakan, hingga ejekan bukan hal baru saat perempuan sedang menstruasi. Oleh sebab itu, stigma seputar menstruasi perlu dipatahkan.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Sport, Education and Society pernah mengulas isu ini pada 2023. Meski lebih menyoroti perspektif laki-laki terhadap menstruasi dalam aktivitas petualangan, solusi yang direkomendasikan cukup relevan dan cakupan penerapannya juga luas.
Penelitian yang ditulis oleh Heather E. Prince dan Erin Annison tersebut merekomendasikan tiga upaya yang mesti dilakukan untuk mendekonstruksi stigma dan tabu seputar menstruasi. Coba kita uraikan melalui ulasan berikut ini.
