7 Alasan Kenapa Seseorang Lebih Mudah Overthinking di Malam Hari

Overthinking, atau terlalu banyak berpikir, adalah kebiasaan yang sering kali tidak kita sadari. Aktivitas ini bisa membuat seseorang merasa cemas, khawatir, atau bahkan stres. Banyak orang mengaku bahwa mereka cenderung lebih sering overthinking saat malam hari dibandingkan siang hari.
Fenomena ini tidak hanya mengganggu pikiran, tetapi juga berdampak langsung pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa overthinking dapat memicu gangguan tidur seperti insomnia. Lalu, apa saja alasan yang menyebabkan seseorang lebih mudah overthinking pada malam hari? Berikut adalah tujuh alasannya.
1. Lingkungan yang lebih tenang dan sunyi

Pada malam hari, suasana cenderung lebih tenang dan sunyi. Tidak ada hiruk-pikuk lalu lintas, suara bising dari orang-orang, atau gangguan lain yang biasa terjadi di siang hari. Meski keadaan ini memberikan ketenangan, justru bagi sebagian orang, keheningan tersebut dapat memicu pikiran-pikiran yang tidak diinginkan.
Dalam keheningan malam, otak memiliki lebih banyak ruang untuk memproses informasi, termasuk masalah-masalah yang belum terselesaikan. Ketika tidak ada distraksi eksternal, fokus otak sering kali beralih ke persoalan yang selama ini dihindari. Akibatnya, kamu mungkin mulai memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak perlu dikhawatirkan.
2. Kurangnya aktivitas fisik di malam hari

Ketika siang hari, kamu mungkin sibuk dengan berbagai aktivitas seperti bekerja, belajar, atau bersosialisasi. Aktivitas tersebut membantu otak untuk tetap fokus pada hal-hal yang sedang dilakukan. Namun, saat malam tiba, aktivitas fisik cenderung berkurang.
Kurangnya aktivitas ini memberikan ruang bagi otak untuk "mengembara" ke berbagai pemikiran, baik yang positif maupun negatif. Pikiran yang tidak diarahkan ini sering kali memunculkan kekhawatiran atau asumsi yang tidak realistis. Situasi ini diperburuk jika kamu sebelumnya memiliki beban pikiran yang tidak terselesaikan di siang hari.
3. Waktu untuk refleksi diri

Malam hari sering kali menjadi waktu untuk refleksi diri. Kamu mungkin mulai memikirkan apa saja yang telah terjadi sepanjang hari, baik itu tentang keputusan atau perasaan yang dirasakan. Meskipun refleksi diri bisa bermanfaat untuk evaluasi dan pengembangan pribadi, terkadang proses ini berubah menjadi overthinking.
Alih-alih menemukan solusi, pikiran kamu justru berputar-putar di satu masalah tanpa arah. Hal ini dapat memunculkan rasa tidak puas, bahkan terhadap keputusan yang sebenarnya sudah tepat. Overthinking yang muncul akibat refleksi berlebihan juga sering kali membawa dampak negatif terhadap kepercayaan diri.
4. Perubahan ritme sirkadian

Ritme sirkadian adalah jam biologis tubuh yang mengatur pola tidur dan aktivitas kita. Ketika malam tiba, tubuh mulai memproduksi melatonin, hormon yang membantu kita merasa mengantuk. Namun, bagi beberapa orang, perubahan ritme sirkadian ini justru memengaruhi aktivitas otak.
Sebagian orang merasa otaknya lebih aktif di malam hari, sehingga pikiran-pikiran tertentu muncul tanpa kontrol. Akibatnya, kamu mungkin mulai memikirkan hal-hal kecil yang seharusnya tidak mengganggu. Kondisi ini dikenal sebagai "hyperarousal," di mana otak menjadi terlalu siaga pada saat yang tidak tepat.
5. Kekhawatiran tentang hari esok

Malam hari sering kali menjadi waktu di mana kamu mulai memikirkan apa yang akan terjadi esok hari. Apakah pekerjaanmu akan selesai tepat waktu? Apakah ada masalah yang harus diselesaikan? Kekhawatiran tentang hal-hal tersebut bisa menjadi pemicu utama overthinking. Rasa cemas ini sering kali muncul karena ketidakpastian atau ekspektasi tinggi terhadap diri sendiri.
Kamu mungkin merasa harus menyelesaikan semua tugas dengan sempurna, sehingga pikiranmu terus bekerja meskipun tubuhmu sudah lelah. Jika dibiarkan, rasa khawatir ini bisa memengaruhi kemampuanmu untuk bersantai dan menikmati waktu malam. Padahal, sebagian besar kekhawatiran tersebut mungkin tidak pernah terjadi.
6. Pengaruh media sosial dan teknologi

Banyak orang menghabiskan waktu sebelum tidur dengan menggulir media sosial atau menonton video di perangkat mereka. Meskipun aktivitas ini tampak seperti cara untuk relaksasi, kenyataannya hal ini justru dapat memicu overthinking. Konten yang kamu lihat di media sosial dapat membuatmu merasa cemas atau tidak cukup baik.
Perbandingan sosial ini sering kali tidak realistis, tetapi tetap dapat memengaruhi suasana hati. Selain itu, paparan cahaya biru dari layar gadget dapat menghambat produksi melatonin, sehingga sulit bagi tubuh untuk merasa rileks. Sebagai hasilnya, pikiran kamu terus aktif, bahkan ketika waktunya untuk tidur.
7. Beban emosional yang tidak terlepas

Malam hari adalah waktu di mana kamu tidak lagi terganggu oleh aktivitas luar. Namun, ini juga menjadi momen di mana emosi yang tertahan sepanjang hari muncul ke permukaan. Jika kamu mengalami konflik atau menghadapi masalah yang belum terselesaikan, emosi tersebut cenderung muncul di malam hari.
Hal ini bisa membuat pikiranmu terus-menerus merenungkan apa yang telah terjadi, sehingga menyebabkan overthinking. Selain itu, tekanan emosional ini dapat memperburuk suasana hati dan membuatmu merasa tidak berdaya. Untuk beberapa orang, ini juga menjadi pemicu mimpi buruk atau gangguan tidur lainnya.
Dengan memahami penyebab overthinking dan menerapkan tips-tips di atas, kamu dapat menciptakan malam yang lebih tenang dan sehat secara mental. Tidur yang berkualitas tidak hanya memberikan manfaat fisik, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan emosional. Jadi, mulailah langkah kecil untuk menghentikan overthinking dan nikmati malam yang lebih damai. Selamat mencoba!