Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi murung (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi murung (pexels.com/Alex Green)

Menghindari kelekatan emosional adalah ciri utama dari avoidant attachment. Tipe ini berkembang karena pola asuh yang kurang responsif terhadap kebutuhan emosional anak. Orang dengan gaya attachment ini cenderung menghindari keterikatan dalam hubungan.

Mereka lebih suka mandiri dan merasa sulit untuk bergantung pada orang lain. Meskipun terlihat kuat dan tidak membutuhkan orang lain, sebenarnya mereka sering mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang mendalam. Memahami avoidant attachment bisa membantu kamu lebih baik dalam memahami diri sendiri atau orang terdekat yang mungkin memiliki pola ini.

1. Pengertian avoidant attachment

ilustrasi merenung (pexels.com/Anete Lusina)

Avoidant attachment adalah salah satu dari empat gaya attachment dalam teori attachment. Gaya ini ditandai dengan ketakutan terhadap keterikatan emosional yang mendalam. Orang dengan gaya ini sering merasa tidak nyaman saat harus berbagi perasaan atau bergantung pada orang lain.

Mereka biasanya tumbuh dalam lingkungan di mana kebutuhan emosionalnya diabaikan. Akibatnya, mereka belajar untuk mengandalkan diri sendiri dan menekan emosinya. Ini menyebabkan kesulitan dalam membangun hubungan yang intim dan stabil.

2. Penyebab avoidant attachment

ilustrasi merenung (pexels.com/cottonbro studio)

Pola asuh yang kurang responsif adalah penyebab utama avoidant attachment. Ketika anak tidak mendapatkan perhatian emosional yang cukup, mereka belajar untuk menekan emosinya. Mereka menjadi terbiasa mengandalkan diri sendiri daripada mencari dukungan dari orang lain.

Selain pola asuh, pengalaman traumatis juga bisa berkontribusi. Jika seseorang mengalami penolakan atau pengabaian di masa kecil, mereka cenderung mengembangkan mekanisme perlindungan. Akibatnya, mereka menghindari keterikatan emosional yang mendalam dengan orang lain.

3. Ciri-ciri avoidant attachment

ilustrasi bertengkar (pexels.com/RDNE Stock project)

Orang dengan avoidant attachment sering merasa tidak nyaman dengan kedekatan emosional. Mereka cenderung menghindari diskusi yang melibatkan perasaan atau emosi. Mereka lebih suka menjaga jarak dalam hubungan untuk melindungi diri sendiri.

Mereka juga sulit mengungkapkan perasaan dan kebutuhan emosionalnya. Ketika menghadapi konflik, mereka lebih memilih menarik diri daripada mencari solusi bersama. Hal ini bisa menyebabkan masalah dalam hubungan jangka panjang.

4. Dampak avoidant attachment dalam hubungan

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/RDNE Stock project)

Avoidant attachment bisa menyebabkan hubungan yang kurang harmonis. Orang dengan gaya ini cenderung menghindari komitmen dan keterikatan emosional yang mendalam. Pasangan mereka sering merasa diabaikan atau kurang dicintai.

Kurangnya komunikasi emosional juga menjadi tantangan besar. Mereka sering terlihat dingin atau tidak peduli, padahal sebenarnya mereka hanya takut terhadap kedekatan emosional. Ini bisa membuat pasangan merasa frustrasi dan tidak diprioritaskan.

5. Cara mengenali avoidant attachment dalam diri sendiri

ilustrasi merenung (pexels.com/MART PRODUCTION)

Jika kamu merasa sulit untuk terbuka kepada orang lain, ini bisa menjadi tanda avoidant attachment. Kamu mungkin merasa lebih nyaman mengandalkan diri sendiri daripada meminta bantuan orang lain. Hubungan yang terlalu dekat bisa terasa menekan atau menakutkan.

Selain itu, kamu mungkin lebih memilih menghindari konflik daripada menyelesaikannya. Saat ada masalah dalam hubungan, kamu cenderung menarik diri atau menghindari diskusi emosional. Jika banyak dari hal ini sesuai dengan dirimu, kamu mungkin memiliki gaya attachment ini.

6. Cara mengatasi avoidant attachment

ilustrasi konsultasi (pexels.com/cottonbro studio)

Mengatasi avoidant attachment memerlukan kesadaran dan usaha yang konsisten. Langkah pertama adalah mengenali pola-pola yang menghambat kedekatan emosional. Setelah itu, cobalah untuk lebih terbuka dan berlatih mengungkapkan perasaan secara perlahan.

Terapi atau konseling bisa sangat membantu dalam proses ini. Seorang profesional bisa membimbing kamu untuk memahami akar permasalahan dan mengembangkan keterampilan emosional yang lebih sehat. Selain itu, membangun hubungan dengan orang yang suportif juga bisa mempercepat proses perubahan.

7. Peran pasangan dalam menghadapi avoidant attachment

ilustrasi berbicara (pexels.com/cottonbro studio)

Pasangan dari seseorang dengan avoidant attachment perlu bersabar dan pengertian. Mereka harus memberikan ruang bagi pasangannya untuk berkembang tanpa merasa tertekan. Memahami bahwa pasangan mereka butuh waktu untuk terbuka sangatlah penting.

Komunikasi yang jujur dan tanpa paksaan adalah kunci utama. Jangan memaksa pasangan untuk berubah secara instan, tetapi dorong mereka untuk lebih nyaman dalam berbagi perasaan. Dengan dukungan yang tepat, seseorang dengan avoidant attachment bisa belajar membangun hubungan yang lebih sehat.

Meskipun avoidant attachment bisa menjadi tantangan dalam hubungan, bukan berarti tidak bisa diatasi. Dengan kesadaran dan usaha, setiap orang bisa belajar membangun keterikatan yang lebih sehat. Memahami dan menerima diri sendiri adalah langkah pertama menuju perubahan yang positif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team