Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Atasi Stres Akibat Trauma di Tempat Kerja, Cek Bro!

Ilustrasi orang ketakutan (pexels.com/@rodnae-prod/)
Ilustrasi orang ketakutan (pexels.com/@rodnae-prod/)

Gangguan stres pasca-trauma meningkat di kalangan karyawan, menurut Indeks Kesehatan Mental  terbaru oleh Total Brain dan Aliansi Nasional Koalisi Pembeli Kesehatan. Risiko PTSD meningkat 36% sejak Februari 2021, dan 55% sejak dimulainya pandemik.

Selain itu, stres, kecemasan, dan depresi terus meningkat, terutama bagi karyawan wanita: wanita telah melaporkan peningkatan stres sebesar 18% dan peningkatan mood depresi sebesar 14%. Maka dari itu harap diingat bahwa kamu tidak sendiri.

Jadi apa sebenarnya trauma di tempat kerja itu, dan apa pengaruhnya terhadap orang-orang? Trauma di tempat kerja seringkali berasal dari intimidasi, rasisme, seksisme, batasan yang buruk, bahkan penyerangan. Bekerja di lingkungan kerja yang beracun ini dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan serangan panik, gangguan makan, dan gejala fisik seperti IBS kronis dan migrain atau yang lebih buruk. 

Mengalami trauma ini dapat berdampak jangka panjang tidak hanya pada karier, tetapi juga pada kesejahteraan fisik dan emosional. Lantas bagaimana cara mengatasinya? Dilansir YourTango, berikut 5 cara atasi stres akibat trauma di tempat kerja. 

1. Luangkan waktu untuk diri sendiri

Ilustrasi pria menyendiri. (pixabay.com/Arifur Rahman Tushar)
Ilustrasi pria menyendiri. (pixabay.com/Arifur Rahman Tushar)

Meluangkan waktu untuk diri sendiri sangat penting bagi kesehatan mental. Cobalah untuk istirahat yang cukup, olahraga, dan makan makanan bergizi yang memelihara kesehatanmu.

Selain itu, cobalah untuk keluar menuju alam dan terhubung kembali dengan diri sendiri. Ini dapat menimbulkan perasaan tenang dalam diri kita.

2. Identifikasi kebutuhanmu

Ilustrasi berpikir (pexels.com/@vanessa-garcia/)
Ilustrasi berpikir (pexels.com/@vanessa-garcia/)

Mulailah dengan memeriksa nilai-nilai dan kebutuhan mendasar dalam pekerjaanmu. Ini akan membantumu lebih memahami batas-batas apa yang telah dilintasi.

Ini juga akan membuat kita lebih bisa mengidentifikasi perasaan kita sendiri. Dengan mengidentifikasi apa yang dirasakan, akan lebih memudahkan kita untuk mencari solusi yang tepat.

3. Rasakan apa yang perlu dirasakan

ilustrasi pria sedang cemas (Pexels/Nathan Cowley)
ilustrasi pria sedang cemas (Pexels/Nathan Cowley)

Perasaan kita adalah milik kita sendiri. Tidak ada yang berhak memberi tahu kita apa yang seharusnya atau tidak seharusnya kita rasakan.

Oleh karena itu, janganlah menahan suatu perasaan demi menuruti orang lain yang mengatakan bahwa tidak seharusnya kita memiliki perasaan tersebut. Rasakanlah apa yang memang dirasakan.

4. Buat jurnal tentang perasaanmu

Ilustrasi menulis (pexels.com/@fotios-photos/)
Ilustrasi menulis (pexels.com/@fotios-photos/)

Trauma muncul ketika kita tidak dapat memproses emosi kita sendiri secara efektif. Membuat jurnal adalah langkah pertama yang bagus untuk membantu kita mengeluarkan emosi yang meluap-luap dari kepala dan hati kita.

Cobalah untuk mulai menulis apa yang kita rasakan. Ini akan membuat kita merasa lega dan mengurangi stres yanhg berlebihan.

5. Cari dan terima dukungan

Ilustrasi konsultasi (pexels.com/@rodnae-prod/)
Ilustrasi konsultasi (pexels.com/@rodnae-prod/)

Dukungan tentunya sangat penting bagi setiap orang. Cobalah untuk temukan terapis yang memberi kita ruang aman dan rahasia yang kita butuhkan untuk memproses pikiran dan perasaan kita, dan memahami apa yang terjadi.

Jangan sampai kita membiarkan diri kita tersiksa dengan stres yang kian lama mengganggu aktivitas. Dan, juga jangan ragu untuk meminta pertolongan profesional.

Jika kita berada dalam lingkungan toxic yang mengakibatkan stres, maka cobalah sebisa mungkin untuk keluar dari lingkungan tersebut. Ingat bahwa kesehatan lebih penting!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us