Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Hal yang Harus Dibatasi dalam Menyerap Informasi Baru, Jangan Over!

ilustrasi pria membaca koran (unsplash.com/Roman Kraft)
ilustrasi pria membaca koran (unsplash.com/Roman Kraft)

Di era digital yang serba cepat, informasi baru tersedia dalam jumlah yang sangat besar setiap harinya. Berbagai sumber seperti media sosial, berita daring, hingga diskusi di platform digital terus membanjiri kehidupan sehari-hari dengan beragam data dan opini. 

Kelebihan informasi atau information overload dapat menyebabkan kelelahan mental, kesulitan berkonsentrasi, serta meningkatnya risiko penyebaran misinformasi. Konsumsi informasi yang tidak terkendali juga dapat memengaruhi kesehatan psikologis, terutama ketika seseorang terus-menerus terpapar berita negatif atau konflik yang berlebihan.

Supaya kinerja otak tidak terbebani, yuk simak ketujuh hal yang harus dibatasi dalam menyerap informasi baru di bawah ini. Cek, yuk!

1. Konsumsi berita yang berlebihan

ilustrasi media massa online (unsplash.com/Obi - @pixel9propics)
ilustrasi media massa online (unsplash.com/Obi - @pixel9propics)

Berita merupakan salah satu sumber informasi utama dalam kehidupan sehari-hari, tetapi mengonsumsi berita secara berlebihan dapat berdampak negatif. Berita sering kali menyoroti peristiwa yang memicu kecemasan, seperti bencana alam, konflik, atau krisis ekonomi. Jika tidak dibatasi, paparan terhadap berita negatif dalam jumlah besar dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan perasaan tidak berdaya.

Selain itu, tidak semua berita disajikan secara objektif. Banyak media memiliki sudut pandang tertentu yang dapat memengaruhi cara berpikir. Oleh karena itu, membatasi konsumsi berita dengan memilih sumber yang kredibel dan mengatur waktu khusus untuk membaca berita dapat membantu menjaga keseimbangan mental.

2. Informasi dari media sosial yang tidak terkurasi

ilustrasi media massa online (unsplash.com/Fujiphilm)
ilustrasi media massa online (unsplash.com/Fujiphilm)

Media sosial menjadi tempat utama dalam mendapatkan informasi, tetapi banyak informasi yang tersebar tanpa verifikasi yang memadai. Hoaks dan misinformasi sering kali menyebar dengan cepat karena pengguna cenderung membagikan konten tanpa mengecek kebenarannya.

Algoritma media sosial dirancang untuk menampilkan konten yang sesuai dengan minat pengguna, sehingga dapat menciptakan gelembung informasi yang mempersempit sudut pandang. Membatasi penggunaan media sosial dengan cara menyaring sumber yang diikuti dan menghindari konten sensasional dapat membantu menjaga kualitas informasi yang diterima.

3. Terlalu banyak sumber yang berbeda

ilustrasi media massa online (unsplash.com/Annie Spratt)
ilustrasi media massa online (unsplash.com/Annie Spratt)

Mencari informasi dari berbagai sumber memang penting untuk mendapatkan perspektif yang seimbang, tetapi terlalu banyak referensi justru dapat membingungkan. Setiap sumber sering kali memiliki sudut pandang yang berbeda, bahkan bertolak belakang.

Jika informasi yang diterima terlalu banyak dan beragam, proses pengambilan keputusan bisa menjadi lebih sulit karena adanya kontradiksi di antara sumber-sumber tersebut. Membatasi jumlah sumber informasi dan memilih yang memiliki kredibilitas tinggi akan membantu memahami suatu topik dengan lebih jelas dan mendalam.

4. Konten edukasi yang berlebihan dalam waktu singkat

ilustrasi media massa online (unsplash.com/Brian McGowan)
ilustrasi media massa online (unsplash.com/Brian McGowan)

Mempelajari hal baru merupakan bagian penting dari perkembangan diri, tetapi menyerap terlalu banyak informasi dalam waktu singkat dapat menurunkan efektivitas pembelajaran. Otak memiliki keterbatasan dalam memproses dan menyimpan informasi secara optimal. Jika terlalu banyak materi yang dikonsumsi dalam satu waktu, informasi yang diserap akan lebih cepat terlupakan.

Selain itu, kelelahan mental dapat terjadi jika terus-menerus terpapar konten edukatif tanpa jeda. Memberikan waktu bagi otak untuk mengolah dan mencerna informasi dengan metode seperti catatan atau diskusi dapat meningkatkan pemahaman yang lebih baik.

5. Informasi yang tidak relevan dengan kebutuhan

ilustrasi media massa online (unsplash.com/Brian McGowan)
ilustrasi media massa online (unsplash.com/Brian McGowan)

Tidak semua informasi yang tersedia di internet perlu dikonsumsi. Terkadang, membaca atau menonton sesuatu yang tidak berkaitan dengan kebutuhan hanya akan membuang waktu tanpa memberikan manfaat yang nyata. Informasi yang tidak relevan juga dapat mengganggu fokus terhadap hal-hal yang lebih penting.

Mengidentifikasi tujuan sebelum mencari informasi dapat membantu menyaring mana yang benar-benar dibutuhkan dan mana yang sebaiknya dihindari. Dengan cara ini, waktu dan energi dapat digunakan secara lebih efisien.

6. Paparan opini dan komentar yang berlebihan

ilustrasi media massa online (unsplash.com/AronPW)
ilustrasi media massa online (unsplash.com/AronPW)

Di dunia digital, opini dan komentar mudah ditemukan di berbagai platform, mulai dari media sosial hingga forum diskusi. Meskipun ada banyak pendapat yang bernilai, tidak semua opini bersifat konstruktif atau didasarkan pada fakta yang kuat. Terlalu banyak membaca opini dan komentar, terutama yang bersifat negatif atau penuh spekulasi, dapat mempengaruhi cara berpikir secara tidak sadar.

Terlalu sering terlibat dalam perdebatan di internet dapat menguras energi dan waktu tanpa memberikan hasil yang berarti. Memilih untuk membaca opini dari sumber yang kredibel dan membatasi keterlibatan dalam diskusi yang tidak produktif adalah langkah yang bijak.

7. Multitasking dalam menerima informasi

ilustrasi media massa online (unsplash.com/Nathana Rebouças)
ilustrasi media massa online (unsplash.com/Nathana Rebouças)

Menerima banyak informasi secara bersamaan sering kali dianggap sebagai cara yang efisien untuk belajar, tetapi kenyataannya dapat mengurangi pemahaman dan retensi. Misalnya, mendengarkan podcast sambil membaca artikel atau menonton video edukasi sambil mengerjakan tugas lain dapat membuat fokus terbagi.

Otak membutuhkan waktu untuk memproses informasi dengan baik, dan multitasking hanya akan menurunkan efektivitas belajar. Mengalokasikan waktu khusus untuk menyerap informasi secara fokus akan membantu pemahaman yang lebih mendalam dan mengurangi risiko kelelahan mental.

Membatasi cara menyerap informasi bukan berarti menutup diri dari pengetahuan baru. Namun, dengan batasan tersebut kamu dapat mengelola arus informasi agar tetap relevan, bermanfaat, dan tidak membebani pikiran.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us