Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Hal yang Harus Kamu Batasi Saat Berteman dengan Mantan, Awas!

ilustrasi pria berbicara dengan mantannya (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Komunikasi yang terlalu intens dapat memicu kebingungan emosional
  • Membatasi topik pembicaraan nostalgia membantu membangun hubungan baru
  • Kontak fisik dan kedekatan emosional perlu dibatasi untuk menjaga kesehatan emosional

Menjaga hubungan baik setelah berpisah bukanlah hal yang mustahil. Namun, tetap ada batasan yang perlu dijaga agar tidak menciptakan luka baru atau membuka kembali hal-hal yang seharusnya sudah ditutup. Tidak semua orang bisa atau harus berteman dengan mantan, tetapi bagi sebagian orang, hubungan tersebut bisa menjadi bentuk kedewasaan emosional. Meskipun demikian, membangun kedekatan kembali dengan seseorang yang pernah menjadi pasangan bisa membawa berbagai tantangan.

Beberapa orang merasa bahwa berteman dengan mantan adalah bentuk penyelesaian yang sehat. Namun, jika tidak diatur dengan hati-hati, pertemanan semacam ini bisa berubah menjadi bumerang. Emosi lama bisa muncul kembali tanpa disadari, dan hubungan yang sudah berakhir bisa mengalami tarik-ulur yang membingungkan. Tak hanya berpengaruh pada diri sendiri, tetapi juga bisa berdampak pada lingkungan sosial yang lebih luas.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, langsung saja simak tujuh hal yang harus kamu batasi saat berteman dengan mantan berikut ini. Let’s scroll down!

1. Komunikasi yang terlalu intens

ilustrasi pria berbicara dengan mantannya (freepik.com/wayhomestudio)

Meskipun komunikasi merupakan dasar dalam hubungan antarmanusia, menjalin komunikasi yang terlalu intens dengan mantan bisa menjadi celah bagi kebingungan emosional. Ketika pesan singkat, panggilan, atau obrolan melalui media sosial terus berlangsung setiap hari, hubungan yang sebelumnya telah selesai bisa terasa seperti masih berjalan. Ini membuat seseorang sulit untuk melangkah maju dan benar-benar menerima kenyataan bahwa hubungan tersebut telah usai.

Membatasi frekuensi komunikasi membantu menjaga jarak yang sehat. Seseorang perlu menyadari bahwa tidak semua hal penting harus dibagikan kepada mantan, terutama yang bersifat pribadi atau emosional. Kecenderungan untuk bergantung secara emosional kepada orang yang pernah dekat secara romantis bisa mengganggu proses pemulihan dan adaptasi setelah perpisahan. Menjaga komunikasi dalam kadar yang wajar, hanya saat penting dan relevan, merupakan langkah bijak dalam membangun batasan yang sehat.

2. Kenangan dan nostalgia masa lalu

ilustrasi pria berbicara dengan mantannya (freepik.com/pch.vector)

Berbicara mengenai kenangan bersama mantan memang bisa membawa senyuman, tetapi juga dapat membuka luka yang belum sepenuhnya sembuh. Terlalu sering membahas masa lalu hanya akan membuat pertemanan dipenuhi oleh bayangan hubungan lama. Ini bisa menciptakan harapan yang tidak realistis atau bahkan membangkitkan keinginan untuk kembali menjalin hubungan, meskipun alasan perpisahan masih sangat valid.

Membatasi topik pembicaraan yang menyangkut nostalgia adalah langkah penting. Fokuslah pada hal-hal yang netral dan tidak berkaitan dengan sejarah hubungan terdahulu. Menghindari topik masa lalu dapat membantu kedua belah pihak untuk membangun hubungan yang baru tanpa terbebani dengan cerita lama. Hal ini pun membuka jalan untuk menghormati proses pertumbuhan pribadi yang dijalani setelah berakhirnya hubungan.

3. Kontak fisik dan kedekatan emosional

ilustrasi pria berbicara dengan mantannya (freepik.com/yanalya)

Kontak fisik seperti berpelukan, menggenggam tangan, atau bahkan bersandar satu sama lain bisa memicu ikatan emosional yang pernah ada. Hal-hal semacam ini mudah menimbulkan salah tafsir, baik dari diri sendiri maupun dari mantan. Dalam konteks pertemanan, menjaga jarak fisik adalah bentuk penghormatan terhadap batas-batas emosional yang telah dibuat setelah putus.

Selain kontak fisik, kedekatan emosional juga perlu dibatasi. Curhat tentang masalah pribadi, perasaan terdalam, atau masalah asmara bisa membangkitkan kembali hubungan yang semestinya sudah diselesaikan. Jika terlalu banyak berbagi secara emosional, mantan bisa kembali menjadi sosok yang terlalu penting dalam hidup. Padahal, peran itu sudah tidak lagi sesuai dengan status hubungan saat ini. Menahan diri untuk tidak menjadi emotional crutch bagi mantan merupakan bagian penting dari menjaga integritas pertemanan.

4. Melibatkan mantan dalam urusan pribadi atau keluarga

ilustrasi pria berbicara dengan mantannya (freepik.com/bearfotos)

Mengajak mantan menghadiri acara keluarga, meminta nasihat dalam pengambilan keputusan pribadi, atau melibatkan mantan dalam kegiatan sehari-hari adalah kebiasaan yang harus dihindari. Hal tersebut bisa menciptakan kesan bahwa hubungan masih berlangsung atau bahkan membingungkan pihak lain yang baru hadir dalam kehidupan pribadi.

Keterlibatan mantan dalam ruang yang bersifat intim seperti keluarga atau urusan rumah tangga bisa menghambat pertumbuhan pribadi. Sebuah hubungan yang sudah selesai seharusnya tidak lagi menjadi bagian dari struktur sosial yang dekat. Menetapkan batas yang jelas mengenai sejauh mana mantan boleh tahu dan terlibat dalam kehidupan adalah bentuk kematangan emosional. Hal ini juga dapat menghindari kecanggungan yang bisa muncul di kemudian hari, terutama jika telah memiliki pasangan baru.

5. Perbandingan dengan hubungan baru

ilustrasi pria berbicara dengan mantannya (freepik.com/freepik)

Salah satu kesalahan terbesar dalam berteman dengan mantan adalah membandingkan hubungan saat ini dengan hubungan yang dahulu. Hal ini tidak hanya menyakiti pasangan baru, tetapi juga menciptakan ekspektasi yang keliru terhadap mantan. Setiap hubungan memiliki dinamika dan keunikannya sendiri, dan membandingkan hanya akan memperkeruh situasi.

Seseorang perlu membatasi pembicaraan tentang pasangan baru kepada mantan, terlebih jika nada pembicaraan mengarah pada perbandingan. Begitu pula sebaliknya, tidak sehat jika mantan ikut memberikan penilaian atau komentar terhadap hubungan yang sekarang dijalani. Pertemanan dengan mantan tidak seharusnya menjadi sumber validasi terhadap hubungan baru, melainkan menjadi cerminan dari kedewasaan dalam menjaga jarak dan privasi.

6. Harapan akan kembali bersama

ilustrasi pria berbicara dengan mantannya (freepik.com/pressfoto)

Meski hubungan telah berakhir, beberapa orang tetap menyimpan harapan untuk bisa bersama kembali di masa depan. Berteman dengan mantan bisa memperkuat harapan tersebut, apalagi jika komunikasi dan kedekatan emosional tidak dibatasi dengan baik. Hal ini hanya akan memperpanjang proses penyembuhan dan membingungkan arah hidup yang seharusnya sudah mulai dijalani secara terpisah.

Menjaga kewaspadaan terhadap perasaan yang muncul kembali sangatlah penting. Jika tujuan pertemanan adalah sebagai upaya untuk mendekati kembali mantan, maka hubungan pertemanan itu tidak sehat. Sebaiknya, tentukan batasan sejak awal, termasuk menyadari bahwa hubungan tersebut telah selesai dan tidak perlu diulang. Menahan diri dari membayangkan kemungkinan untuk kembali bersama akan membantu menjaga kejernihan berpikir dan kejelasan tujuan hidup ke depan.

7. Interaksi di media sosial

ilustrasi pria berbicara dengan mantannya (freepik.com/freepik)

Media sosial menjadi ruang yang sering kali memperlihatkan keterlibatan berlebihan dengan mantan. Memberi komentar, menyukai setiap unggahan, atau bahkan mengunggah foto bersama meski sudah berpisah bisa menimbulkan persepsi yang membingungkan bagi publik. Aktivitas seperti ini sebaiknya dikurangi atau bahkan dihentikan sepenuhnya demi menjaga batasan yang sehat.

Penggunaan media sosial harus diatur dengan sadar dan bijak. Jika interaksi di media sosial masih sangat intens, maka sulit bagi salah satu pihak untuk benar-benar melupakan dan melanjutkan hidup. Bahkan, hal ini bisa berdampak negatif terhadap hubungan baru yang sedang dibangun, karena pasangan baru bisa merasa tidak dihargai atau diprioritaskan. Menjaga ruang digital dari bayang-bayang hubungan masa lalu dapat memperkuat stabilitas emosional dan membantu proses transisi secara utuh.

Hubungan yang sehat bukan hanya tentang bagaimana seseorang mencintai, tetapi juga tentang bagaimana ia melepaskan dengan bijak. Berteman dengan mantan bukanlah keharusan, melainkan pilihan yang harus diambil dengan pertimbangan matang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us