Suasana dalam Program ASEAN LIVE Creators for Change 2025 (Dok. TikTok)
Buat kamu yang penasaran, berikut profil singkat 3 pemenang tersebut:
Jhonatan Dari Borneo: Budaya dayak dalam sorotan digital
Sebagai pemenang pertama, Jhonatan asal Borneo menyalurkan semangat budaya Dayak melalui karya-karya digitalnya. Baginya, identitas Dayak bukan sekadar simbol seremonial, tetapi nilai hidup sehari-hari seperti rasa syukur, keseimbangan, dan kedekatan dengan alam.
“Program ASEAN LIVE Creators for Change menjadi pengingat bahwa kreativitas bukan sekadar hiburan, tetapi sarana pemberdayaan,” ujarnya.
Leni: Membawa bahasa daerah Indonesia kembali mainstream
Leni, pemenang kedua, memulai perjalanannya dari keprihatinan terhadap masa depan bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Data dari lembaga bahasa dan UNESCO menunjukkan penggunaan yang terus menurun, bahkan beberapa bahasa menghilang dari percakapan sehari-hari. Kekhawatiran ini terasa personal baginya karena tumbuh di Belitung Timur, sementara ia sendiri tidak sepenuhnya fasih berbahasa Belitong.
“Saya berharap program ini terus berlanjut agar lebih banyak anak muda terdorong berkontribusi bagi daerah dan negara mereka,” ujarnya.
Sir Pedot: Membuka ruang belajar digital bagi semua pelajar Malaysia
Firdaus, pemenang ketiga yang dikenal sebagai Sir Pedot, memulai perjalanan kontennya dari niat sederhana: membuat pengetahuan lebih mudah diakses pelajar secara digital. Sebagai dosen di Malaysia, ia melihat banyak anak muda membutuhkan panduan tentang topik-topik yang tidak diajarkan di kurikulum formal, mulai dari beasiswa, literasi digital, public speaking, hingga pemahaman budaya Asia Tenggara.
“Membawakan sesi LIVE membutuhkan keberanian. Pelatihan ini membuat saya lebih fokus dan membantu saya menciptakan konten yang lebih jelas dan terarah,” kata Firdaus.