7 Topik Penting yang Harus Dibicarakan dalam Menjalani Situationship, Cek!

- Kejelasan tujuan dalam hubungan penting untuk menghindari kebingungan dan kesalahpahaman.
- Frekuensi dan bentuk komunikasi perlu dibahas agar menciptakan rasa aman dalam hubungan.
- Eksklusivitas dalam interaksi harus disepakati untuk melindungi perasaan kedua pihak.
Situationship merupakan istilah yang kerap digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan romantis yang belum memiliki kejelasan status. Hubungan ini seringkali berada di antara batas pertemanan dan pacaran, namun tidak diikat oleh komitmen yang jelas. Fenomena ini semakin sering ditemui di era modern, ketika sebagian individu merasa nyaman berada dalam hubungan yang lebih fleksibel dan bebas.
Tanpa kejelasan tujuan dan arah, hubungan dalam situationship rentan terhadap kesalahpahaman. Masing-masing pihak mungkin memiliki ekspektasi yang berbeda, dan tanpa percakapan yang terbuka, konflik bisa saja muncul. Itulah mengapa penting untuk mendiskusikan topik-topik tertentu secara eksplisit, agar hubungan yang dijalani dapat memberikan kenyamanan emosional bagi kedua belah pihak.
Berikut ini ketujuh topik penting yang sebaiknya dibicarakan dalam menjalani situationship agar tetap sehat dan tidak merugikan salah satu pihak. Simak sampai habis!
1. Kejelasan tujuan dalam hubungan

Kejelasan tujuan merupakan hal mendasar dalam situationship, karena tanpa arah yang disepakati bersama, hubungan rentan mengalami kebingungan. Banyak individu terjebak dalam hubungan yang berjalan tanpa arah, hanya karena tidak pernah membicarakan apa yang sebenarnya diinginkan dari relasi tersebut. Beberapa mungkin berharap hubungan akan berkembang menjadi komitmen jangka panjang, sementara yang lain hanya mencari teman dekat dengan kedekatan emosional tanpa embel-embel status.
Membahas tujuan sejak awal bukan berarti terburu-buru dalam menetapkan label hubungan. Justru, pembicaraan ini membantu kedua pihak untuk mengetahui posisi satu sama lain. Jika satu pihak ingin komitmen dan pihak lainnya belum siap, setidaknya ada kejujuran dan kesepahaman. Dengan begitu, keduanya dapat memutuskan untuk tetap melanjutkan atau mengambil langkah lain yang lebih sehat secara emosional.
2. Frekuensi dan bentuk komunikasi

Dalam hubungan yang belum jelas, komunikasi menjadi aspek krusial untuk menghindari kesalahpahaman. Seringkali, salah satu pihak merasa diabaikan hanya karena ekspektasi terhadap komunikasi tidak sejalan. Ada individu yang merasa nyaman berkomunikasi setiap hari, sementara yang lain lebih suka berinteraksi hanya saat memiliki waktu luang. Perbedaan ini bisa menjadi sumber konflik apabila tidak dibicarakan sejak awal. Memahami kebutuhan komunikasi masing-masing membantu menciptakan rasa aman dalam hubungan.
Selain frekuensi, bentuk komunikasi juga perlu dibahas. Beberapa orang lebih menyukai komunikasi langsung melalui pertemuan tatap muka, sedangkan yang lain lebih nyaman menggunakan pesan teks atau panggilan. Kesepakatan mengenai cara berkomunikasi ini dapat meminimalkan potensi salah tafsir dan menjaga kesinambungan hubungan.
3. Eksklusivitas dalam interaksi

Topik eksklusivitas sering kali menjadi sumber kebingungan dalam situationship. Tanpa status resmi, kedua pihak bisa memiliki persepsi yang berbeda mengenai sejauh mana kedekatan ini diperbolehkan berkembang dengan orang lain. Sebagian mungkin merasa bebas untuk menjalin interaksi serupa dengan orang lain, sementara sebagian lain berharap adanya loyalitas dan kedekatan yang hanya dibagikan secara eksklusif.
Oleh sebab itu, penting untuk membicarakan secara terbuka mengenai batasan hubungan. Apakah hubungan ini bersifat terbuka atau tertutup, dan apa makna eksklusivitas bagi masing-masing pihak. Menyepakati hal ini tidak hanya melindungi perasaan kedua pihak, tetapi juga memberikan kerangka yang lebih sehat bagi relasi yang dijalani.
4. Kesiapan emosional dan batasan pribadi

Situationship menuntut kedewasaan emosional dari kedua pihak. Tidak jarang hubungan ini melibatkan ikatan perasaan yang cukup dalam, walau tanpa komitmen resmi. Kesiapan untuk terlibat secara emosional sebaiknya dibahas agar tidak ada pihak yang merasa dimanfaatkan atau terbebani. Jika salah satu pihak belum siap membuka diri secara emosional, maka sebaiknya hal tersebut disampaikan dengan jujur, agar tidak memunculkan harapan yang tidak realistis.
Selain itu, setiap individu memiliki batasan pribadi yang harus dihormati. Batasan ini mencakup hal-hal seperti kenyamanan dalam berbagi cerita pribadi, intensitas pertemuan, hingga ruang privasi yang dibutuhkan. Diskusi mengenai batasan ini menciptakan rasa aman dan menunjukkan penghargaan terhadap kedaulatan pribadi masing-masing.
5. Harapan terhadap masa depan

Membicarakan masa depan dalam situationship mungkin terasa berat, namun hal ini tetap relevan. Beberapa individu menjalani hubungan ini dengan harapan akan berubah menjadi komitmen jangka panjang, sementara yang lain hanya ingin menikmati kebersamaan tanpa ikatan. Jika harapan tidak dibicarakan secara terbuka, akan ada kemungkinan besar muncul ketidakseimbangan dalam hubungan. Satu pihak bisa merasa terikat secara emosional, sedangkan pihak lain justru bersikap santai tanpa beban.
Dengan mendiskusikan harapan terhadap masa depan, kedua belah pihak dapat memahami arah yang diinginkan. Apabila memang tidak ada rencana jangka panjang, hal itu juga perlu diterima sebagai keputusan yang sah. Yang terpenting adalah adanya kejujuran dan keterbukaan dalam berbagi perspektif. Harapan yang sejalan akan menghindarkan hubungan dari rasa kecewa dan penyesalan yang berlebihan di kemudian hari.
6. Kebutuhan akan ruang pribadi

Hubungan tanpa status bukan berarti harus melekat setiap saat. Justru, dalam situationship, ruang pribadi menjadi elemen penting untuk menjaga keseimbangan emosi. Setiap individu memiliki aktivitas, tanggung jawab, dan kehidupan sosial yang perlu dihormati. Tanpa kesadaran ini, hubungan bisa berubah menjadi beban emosional apabila salah satu pihak merasa dikekang atau terlalu dituntut kehadirannya. Menghargai kebutuhan untuk sendiri adalah bagian dari kedewasaan dalam menjalani hubungan semacam ini.
Diskusi mengenai ruang pribadi dapat mencakup waktu untuk melakukan aktivitas sendiri, tidak selalu membalas pesan dengan cepat, atau bahkan menjaga jarak sementara untuk merefleksikan hubungan. Ketika kedua pihak menyepakati pentingnya ruang tersebut, hubungan akan terasa lebih ringan dan menyenangkan. Tidak ada rasa bersalah karena ingin sendiri, dan tidak ada kecurigaan karena ketidakhadiran sesaat.
7. Kemungkinan untuk mengakhiri hubungan

Tidak semua situationship berakhir dengan bahagia. Dalam banyak kasus, hubungan ini berakhir karena tidak adanya kejelasan atau salah satu pihak mulai merasa tidak nyaman. Maka dari itu, penting untuk membicarakan kemungkinan berakhirnya hubungan sejak awal, bukan sebagai bentuk pesimisme, melainkan sebagai langkah realistis dan bijaksana. Dengan begitu, jika suatu saat salah satu pihak merasa hubungan sudah tidak sehat lagi, keduanya sudah memiliki kesepahaman mengenai cara menyelesaikannya.
Pembicaraan ini bisa mencakup bagaimana cara terbaik untuk berpisah secara baik-baik, tanpa meninggalkan luka mendalam. Membuka ruang diskusi tentang pengakhiran hubungan mencerminkan kedewasaan emosional dan empati terhadap perasaan orang lain. Ketika keluar dari hubungan sudah dianggap sebagai pilihan yang sah, maka tidak ada tekanan berlebihan untuk mempertahankan sesuatu yang sebenarnya sudah tidak memberikan kebahagiaan.
Hubungan yang dijalani tanpa status tetap bisa memberikan kenyamanan dan kebahagiaan, selama terdapat rasa saling menghargai. Tidak semua relasi perlu memiliki label yang kaku, namun bukan berarti bebas dari tanggung jawab emosional.